Day 1
Pagi yang chaos.
Diawali dengan Rachel yang lupa untuk menyalakan alarm, dan alhasil ia bangun terlambat 30 menit dari waktu biasanya.Setelah sekian menit Rachel berlari, akhirnya ia sampai di tempat biasanya ia menunggu angkutan.
Dan entah kenapa angkutan pada pagi itu selalu penuh, sudah ada 3 mobil angkutan yang lewat tetapi semuanya tidak ada yang mau berhenti.“Duh, gimana ini? Mana bel masuk tinggal 15 menit lagi.”
Rachel sejenak mendudukan diri di kursi yang ada, sembari membuka ponsel dan membuka satu persatu room chat dari ketiga sahabatnya, berharap salah satunya dapat menolongnya..
“Agnia, coba telepon Agnia. Pasti dia masih dijalan, rumah dia kan searah sama rumahku." Ucapnya mencoba berpikir sepositif mungkin.
Rachel coba menelepon Ola, tapi sama sekali tak ada jawaban. Tak patah semangat, ia kembali menelepon sahabatnya tersebut. Dan ya, ia berhasil. Ola mengangkat panggilan tersebut.
“Halo Gni. Lagi dimana?"
“Dimana? Dimana lagi lah Kalau bukan di sekolah. Baru banget nyampe." Jawabnya.
“Ish, terus aku gimana ya? Udah setengah jam nih nungguin angkutan tapi gak ada yang mau ngangkut." Jawab Rachel dengan nada gelisah.
“Ya iyalah, ini udah jam berapa Ra. Pasti semuanya penuhlah.”
“Yah, gimana dong? Masa jalan kaki sih aku.."
“Ya mau gimana lagi. Eh? Ada apel dadakan Ra. Udah dulu ya, aku mau masuk dulu ke kelas. Ntar Bu Rina ngamuk lagi. Bye."Dan ya, teleponnya ditutup secara sepihak.
“Ish? Main dimatiin aja lagi..”
Rachel mencoba untuk menenangkan diri sembari membuka aplikasi ojek online yang ada.
Mungkin kalian bertanya, jika ada aplikasi ‘ojol’ kenapa harus naik angkutan?
Jawabannya sangatlah sederhana, karena terkadang ongkos ‘ojol’ biasanya akan lebih mahal dua kali lipat dari ongkos naik angkutan.Tepat sebelum Rachel memesan ojol, sebuah motor berhenti tepat di depan Rachel . Dan ternyata pengendara motor tersebut adalah Raka.
“Ra! Mau bareng nggak?" Ucap Raka sembari memberhentikan sepeda motornya.
“Lah? Raka? Bareng?" Tanya Rachel kebingungan.
“Iya. ayo naik. Nih helmnya." Jawab Raka sembari memberikan helm.
“Kok bisa lewat sini sih? Kan rumah kamu bukan da-”
“Ah bawel ah, hayu udah naik.”Dan ya, inilah penyebabnya ia bisa bersama Raka.
Seorang Raka Pradipta, seorang siswa yang sangat terkenal dimata guru-guru karena segudang prestasinya. Ditambah dia juga di casting menjadi salah satu model untuk majalah sekolah.
Makin tergila-gila-lah para adik kelas kepadanya.Hah, mereka tidak tahu bagaimana ‘tengilnya’ seorang Raka Pradipta jika sedang jahil.
Pada awalnya Rachel agak sedikit kebingungan karena tiba-tiba Raka memberikan tumpangan kepadanya. Dan ditambah fakta bahwa rumah Raka sangat jauh dari rumahnya, bahkan tidak searah sama sekali.
Day 1
“Raka! Stop-stop! Ih ayo, gerbangnya udah mau ditutup itu!"
“Eh-eh, Ra! Pelan-pelan dong! Nggak bisa kalem anaknya, heran."Dengan sigap Rachel turun dari sepeda motor milik Raka. Dan langsung berlari ke arah gerbang samping yang masih belum ditutup. Tapi baru saja ia sampai di gerbang tersebut, pak Fadli langsung buru-buru menutup gerbang tersebut.
“Eh pak-pak-pak, tunggu!" Teriak Rachel sembari berlari.
“Loh, Rachel? Belum masuk toh? Hadeh ayo-ayo masuk, sebelum Bu Rina keliling kesini." Ucap pak Fadli sembari menahan pintu gerbang.
“Eh, dibuka dulu dong helmnya. Tumben dianterin, sama siapa toh?" Lanjut pak Fadli.
“Sama saya pak. Sini helmnya Ra." Potong Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days: 'The Sunset is Beautiful, isn't it?' (Script Ver.)
Teen Fiction'Senja. Siapa yang tidak mengaguminya? Sebuah mahakarya dari Tuhan yang maha kuasa, bahkan tak akan ada yang bisa menandinginya. Senja adalah sebuah obat. Obat dikala lelah. Yang bahkan tak memerlukan sebuah usaha maupun biaya. Tuhan memberikannya...