7. Turns Out She's Quena

400 14 0
                                    

Devan yang fokus dengan menyetir di kagetkan dengan suara klakson yang keras dari arah belakang. Spontan membuat devan menghentikan mobil miliknya. Ia melihat dari kaca mobil, dua gadis yang keluar dari mobil merah yang hampir menabrak nya tadi. Mereka berbicara dengan pria paruh baya sekitar umur 50 tahun. Devan langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri mereka.

"apakah anda bisa menyetir mobil ha?" teriak devan kepada dua gadis di depannya itu, membuat mereka menatap devan "anda hampir saja menabrak saya!" lanjut devan.

"ma - maaf tuan" jawab seorang gadis pendek dengan rambut yang terurai gelombang menatap ke bawah.

"maaf tuan saya tidak sengaja, ini atas kelalaian saya" kata gadis agak tinggi dengan mata yang bengkak sehabis menangis.

"apakah kata maaf bisa merubah semula?" ucap dingin devan.

"maaf tuan" ucap gadis pendek sambil menatap devan.

"oh no... Bukankah ini gadis yang aku foto di lapangan basket kemarin?" batin devan yang melihat wajah gadis pendek yang bernama quena "baiklah, lain kali kalau tidak bisa mengendarai mobil sebaiknya tidak usah mengendarai" ucap devan langsung pergi meninggalkan mereka. Mengingat hari ini devan pindah ke rumah barunya dan pasti candra sudah menunggu di sana.

Devan melajukan mobilnya kembali menuju alamat rumah barunya. Sekitar 40 menit devan sudah sampai di depan gerbang dan langsung masuk memarkirkan di halaman rumah nya. Di sana sudah terdapat banyak kotak kardus yang berisi keperluan devan. Tak hanya itu di tempat duduk teras terdapat candra, rani (istri candra), dan laily yang akan membantu devan merapikan barang barang dan membersihkan rumah barunya.

"lama banget, kita udah nungguin dari tadi" ucap candra.

"lbl lbl, lama banget loh" kata laily.

"sudah sudah yang penting devan sudah sampai kan" kata rani sambil mengelus tangan candra.

Devan yang sudah muak melihat candra dan rani bermesraan, langsung membuka pintu rumah nya dan masuk kedalam, masih sepi tak ada barang barang yang tertata rapi di rumah besar itu. Mereka langsung meletakan barang barang tadi di tempatnya, membersihkan ruang tamu, dapur , kamar, setiap ruangan yang berada di lantai 2,dan yang terakhir adalah membersihkan halaman rumah devan terutama di depan gerbang yang terdapat daun daun kering yang berserakan dan kantong plastik.

"capek banget gue" ucap laily lalu duduk di sofa ruang tamu diikuti yang lain kecuali rani yang masih di dapur membuat minuman dingin.

"iya, dirumah aja kalau bantu istri gak secapek ini"

"gak cari pembantu aja van?" tanya rani sambil membawa nampan berisi 4 gelas es jeruk lalu meletakan dimeja dan duduk di samping candra.

"belum kepikiran buat cari pembantu, masalah itu nanti aja lah" ucap devan sambil mengambil minuman yang dibuat rani dan meminumnya.

"sebaiknya pikirkan mulai sekarang, apakah kau sanggup untuk membersihkan rumah besarmu ini"

"ya, nanti ku pikirkan"

"oh ya van, tadi lama sampainya kenapa? Tumben tumbennya terlambat biasanya tepat waktu"

"tadi di jalan hampir kecelakaan"

"what? Bagaimana ceritanya" tanya mereka serempak.

"hanya hampir saja, mobil yang berada di belakang ku tidak fokus mengendarai"

"Lo tahu mereka siapa van?"

"ya, dia mahasiswi perinceton, can kau masih ingat dengan foto yang ku kasih? Dialah dan temannya yang hampir menabrak mobilku untungnya saja mereka memutar kemudi ke arah yang lain"

"oh gitu" jawab candra sambil menganggukkan kepala nya.

Mereka berbincang sangat lama di rumah baru devan. Tak lama rani dan laily pamit untuk pulang ke rumah mereka. Laily terlebih dulu mengantarkan rani untuk pulang kerumah nya dan kerumah laily sendiri. Sedangkan candra kembali ke perusahaan milik devan. Devan juga meninggalkan rumah baru nya dan mengikuti candra ke perusahaan karena hari ini devan harus menyelesaikan tugasnya dan terdapat jadwal untuk meeting dan ketemuan dengan kolega bisnis lain.

Melajukan mobilnya dijalan yang cukup ramai dan diikuti mobil candra di belakang. Butuh waktu sekitar 45 menit, akhirnya mereka sampai di perusahaan Vano Cord Group. Memarkirkan mobil mereka di parkiran perusahaan lalu berjalan masuk ke ruang mereka masing masing. Sesampai di ruang kerjanya, devan di sambut oleh berkas berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Devan langsung duduk di kursi kerjanya dan mengambil satu per satu berkaa yang menumpuk itu.

Sudah saatnya waktu istirahat siang. Tapi devan tetap berkutat dengan berkas berkas di hadapannya. Masih kurang sepuluh lagi untuk menyelesaikan semuanya.

Tok... Tok... Tok...

Ketukan pintu mengalihkan fokus devan. Devan langsung memberikan ijin untuk masuk ke ruangnya dan menampilkan sosok pria yang tak lain candra.

"udah waktunya istirahat van, otak butuh istirahat juga" ucap candra yang langsung duduk di kursi depan devan yang terhalang oleh meja.

"duluan aja, masih nyelesain ini" jawab devan yang masih berfokus dengan kerjaannya.

"ck! Kerja, kerja mulu di otak lo, kesehatan juga harus di perhatian juga lah"

"hem"

"hem, hem, lama lama gue stres sumpah kalau dekat sama orang dingin"

"ya"

"yi" ucap candra yang menirukan perkataan devan.

"dari pada lo cerewet gak jelas, bantu bantu sini juga boleh"

"ogah banget, mending makan dulu" kata candra sambil beranjak dari kursi dan keluar dari ruangan devan.

Setelah kepergian candra, devan lebih fokus dengan pekerjaannya. Devan memang tidak menyukai pekerjaan yang di tunda tunda. Waktunya hanya diisi dengan pekerjaan, pekerjaan terus menerus. Mungkin karena masih jomblo sangat lama, merubah sikap devan menjadi lebih dingin dan mementingkan pekerjaan saja. Bahkan devan juga sampai melupakan waktu istirahatnya.

Devan sudah meliwatkan waktu istirahat nya, bahkan sekarang ia masih mengurus pekerjaan itu. Pintu ruang devan terbuka sangat lebar, memperlihatkan candra yang masuk tanpa permisi.

"van istirahat, nih gue bawain kopi sama makanan" ucap candra yang memakai lo gue dan menaruh minuman dan makanan tadi di meja kerja devan.

"hem" jawab devan yang masih fokus dengan pekerjaan. Candra yang kesal melihat devan yang masih menyelesaikan pekerjaannya, candra langsung mengambil berkas itu dari tangan devan.

"maksud lo apa ha!" ucap devan sinis dan menatap candra dengan tatapan tajam.

"makan dulu van, emang pekerjaan penting tapi kesehatan juga penting" jawab candra mengabaikan tatajam tajam devan.

"huff" hembusan nafas berat devan untuk menenangkan dirinya "ya, terima kasih" lanjut devan dan mengambil makanan spageti yang terbungkus dengan kotak makanan dan kopi.

Candra yang melihat temannya sudah makan, ia langsung meletakan berkas tadi dimeja kerja devan kembali. Devan melahap makanan tadi hingga habis. Meminum kopi nya dan langsung menyelesaikan pekerjaannya kembali yang tadi sempat di tunda.

"ck! Kerja mulu hidup lo" ucap candra yang sudah kesal dengan devan yang hanya pekerjaan, pekerjaan di otaknya.

From CEO Debt to Girl Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang