2. Teka-Teki

37 12 7
                                    

"Aku nggak mau jadi pecundang." Ia mendongakkan kepalanya sedikit, membiarkan tetesan air dari rambutnya membasahi wajahnya. "Aku nggak mau ikutin jejak Papa."

Pria itu mendobrakkan mejanya kuat, anak semata wayang yang ia besarkan itu sudah berani melawan dirinya. "Maksud kamu apa? Papa selama ini sudah bersikap baik sama dia! Dia itu bukan tanggung jawab kamu yang harus kamu jaga selama 24 jam!"

***

Gio menatap lurus dari sudut tembok tengah memperhatikan sebuah pemandangan dua sejoli yang sedang bertengkar di area kantin sekolah. Ia memicingkan matanya tak suka melihat cowok itu baru saja mencengkeram pergelangan tangan gadis bermata coklat itu.

Sejujurnya ada hasrat dalam dirinya ingin menolong gadis itu, akan tetapi ia tak mau gegabah, ia tahan sebisa mungkin perasaan ingin menolong itu agar tak menimbulkan kekacauan besar.

Salah satu teman sekelasnya melewatinya begitu saja, dengan cepat Gio langsung menarik tangannya dan memberinya isyarat agar cowok berkacamata itu diam tak membuat kebisingan.

"Anak baru?" Tanya Anton dengan nada berbisik.

Gio mengangguk dan ikut memelankan volume suaranya. "Cowok itu siapa, Tang?"

Anton menurunkan kacamatanya sedikit. "Tang siapa?"

"Bukannya nama lo Kutang?"

"Jancuk memang si Nindy." Umpat Anton kesal. "Nama gue Anton."

"Ah bodo amat mau nama lo siapa." Gio menunjuk ke arah cowok disana yang gelagatnya seperti sedang meminta maaf pada gadis itu. "Lo jelasin dulu, cowok itu siapa?"

"Gue jelasin nanti aja, gue laper berat mau makan dulu."

Gio menunjukkan rolling eyes-nya seraya mengeluarkan dompetnya dari saku celana dan mengambil sepuluh lembar uang merah. "Segini cukup?"

Mata Anton melebar dan meraih uang itu cepat. "Sihiy .., dapat duit." Anton mengibaskan uang pemberian Gio dan tercium aroma harum dari uang itu. "Bau duit orang kaya beda, ya."

"Kalo lo mau duit yang banyak, lo harus jadi teman gue. Nanti gue kasih lebih dari itu."

"Seriusan, lo?" Ekspresi Anton terlihat sangat antusias. "Nggak nyangka seorang crazy rich mau temenan sama gue."

Sepuluh lembar uang merah merupakan nominal yang sangat kecil menurut Gio. Mudah baginya untuk mendapatkan apapun keinginannya karena saldo di rekeningnya tidak akan pernah habis meskipun pengeluarannya terlampau banyak.

Suap menyuap merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan oleh orang- orang yang mempunyai banyak uang. Banyak orang-orang melakukan hal itu demi memperlancar segala keperluan atau pun keinginannya.

Termasuk Gio, ia rela mengeluarkan uang demi berteman dengan Anton. Dirinya sangat yakin Anton merupakan orang yang bisa diandalkan dan ia akan menjadikannya sebagai sumber informasi mengenai gadis yang sangat membuatnya penasaran itu.

"Buruan lo kasih tau, cowok itu siapa?" Cecar Gio tak sabar ingin mendengar informasi dari mulut Anton.

"Oh, itu pacarnya Mila." Anton memasukkan uangnya ke dalam saku kemejanya. "Udah lama mereka pacaran."

"Terus?"

"Sambil makan lah, Bray. Gue laper banget."

Gio berdecak kesal dan mendorong paksa badan Anton menuju bangku kantin. Untungnya Johan dan Mila sudah pergi dari sana, jadi ia bisa lancar melewati tempat itu tanpa harus mengalihkan perhatian mereka berdua.

ARMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang