• 18 •

5.1K 51 13
                                    

Perla mendeham kemudian mengangguk. "Sini sarapan, aku udah buat pasta sama frech fries."

Aku?

Dengan langkah ragu, Perla berjalan menuju meja makan lalu duduk di kursi yang Fajar tarikan untuknya, setelah itu Fajar berjalan dan duduk bersebrangan dengan Perla.

"Bisa masak?" Tanya Perla memecahkan kecanggungan.

Fajar menumpahkan susu full cream pada gelas Perla. "Kalo yang instan-instan ya bisa." Jawabnya.

Perla mengangguk lalu mengambil sendok dan garpunya mulai mencicipi makanannya. "Hmm." Perla menutup mulutnya, tidak menyangka rasanya akan seenak itu.

"Kenapa? Keasinan ya?" Tanya Fajar mencicipi makanannya memastikan, namun Perla dengan cepat menggerakan tangannya berucap tidak.

"Engga-engga, ini enak banget." Puji Perla sekali lagi menyendok pasta ke dalam mulutnya.

Fajar tersenyum mengusap bibir Perla yang terkena saus. "Abis ini mandi ya, tante Gisti udah nunggu." Gumamnya memperhatikan Perla sambil tersenyum.

Perla mengerutkan dahinya, lupa akan janjinya dengan tante Gisti akibat bertengar dengan Fajar kemarin. "Oh iya, tante Gisti hari ini ngajakin ketemu temennya."

Fajar mengangguk paham lalu menyuruh Perla cepat menghabiskan makanannya. "Pelan-pelan makannya." Kata Fajar yang melihat Perla sedikit terburu-buru.

"Aa udah mandi?" Tanya Perla setelah meminum susu di depannya.

"Mau mandi bareng?"

•••

Masih terpaku dengan kalimat yang Fajar ucapkan di meja makan, sejak tadi Perla hanya diam sambil memainkan ujung dressnya selama perjalanan menuju butik tante Gisti.

Meskipun tidak melakukannya sungguhan, tapi membayangkannya saja sudah membuat perut Perla geli. "Hei? Kok diem terus sih?" Tanya Fajar menggenggam tangan Perla yang meremasi ujung dressnya.

Perla menoleh berusaha tersenyum sebaik mungkin meski masih canggung dengan semua ini. "Ngga papa kok, cuma agak nervous aja ketemu tante Gisti sama temennya." Jawabnya.

Sambil mengendarai mobilnya Fajar tersenyum kemudian mengusap pucuk kepala Perla. "Oh oke, nanti pulangnya kabarin aja ya, jangan pulang sendirian."

Karena memang jaraknya sudah dekat, keduanya sudah sampai dan Fajar menghentikan mobilnya tepat di depan gedung butik tante Gisti.

Perla berniat membuka sabuk pengamannya namun Fajar lebih dulu bangkit membukakannya hingga wajah Fajar dekat sekali dengan wajah Perla.

Perla menelan ludahnya mengalihkan pandangannya. "Makasih." Gumamnya lalu Fajar mengangguk dan kembali ke kursinya. "Yaudah, gu-

"Aku." Ucap Fajar meminta Perla mengganti kosa katanya.

Bukannya mengikutinya, Perla justru menggigiti bibir bawahnya karena masih canggung. Melihat wanitanya yang belum terbiasa dengan semuanya, Fajar kembali bangkit mendekatkan wajahnya seperti tadi.

Kali ini Perla mendongak dengan tangannya yang menahan degupan di dadanya. "Aa?" Panggil Perla dengan suara lembut.

"Sekarang kita bukan sekedar tetangga apartementkan?" Fajar memegang pinggul Perla dengan mesra. "Kita sekarang pacaran." Lanjutnya di iringi dengan kecupan di dahi Perla.

Able 21+⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang