1.

9 0 0
                                    

Hosh… hosh…

“Berhenti kamu! Jangan lari! Dasar bocah sialan!” Terdengar teriakan keras dan sengau yang disertai umpatan dari belakangnya, membuat gadis berambut hitam dengan panjang sebahu itu semakin mempercepat larinya. Tak dipedulikan ranting pohon maupun rumput liar yang setinggi dada menggores kulit tangan, wajah, maupun kakinya. Prioritas saat ini adalah berlari sejauh mungkin dari orang-orang yang tengah mengejarnya itu.

Gadis itu lantas mengambil jalan yang mengarah ke kanan ketika menemukan pertigaan dari arah larinya tadi. Tetapi sialnya, pilihan yang dia ambil malah mengarahkannya pada jalan buntu, di mana di depannya terdapat jurang yang menganga cukup dalam dan lebar.

“Mau lari ke mana lagi kamu gadis kecil? Kamu sudah tidak bisa ke mana-mana lagi.” Terdengar suara tawa cekikikan dari kelima orang yang mengejarnya, membuat perasaan ngeri pada gadis itu semakin hebat. Dia tak menyangka para penculik itu berhasil mengejar hingga kemari.

“Baiklah, jangan membuang-buang waktu lagi. Cepat! Tangkap bocah sialan itu!” Mendengar instruksi dari pria yang berdiri di tengah, keempat orang lainnya langsung menyerbu ke depan untuk menangkap gadis itu.

Melihat keempatnya yang berjalan semakin dekat dengan dirinya, gadis itu reflek bergerak ke belakang menuju jurang. Hingga pada akhirnya…

_Argh!_

Mika tersentak dari mimpi yang dialaminya dan langsung terbangun begitu dia merasakan tubuhnya jatuh ketika di dalam mimpi. Dia langsung mendudukkan dirinya sendiri di kasur kemudian meraih segelas air putih yang selalu berada di meja samping tempat tidurnya dan meminumnya hingga tandas dalam tiga kali tegukan besar. Setelah menghabiskan segelas air putih, Mika mencoba mengatur pernapasannya yang terasa memburu ketika terbangun dari mimpinya tadi.

_Tarik napas, tahan selama tiga detik, kemudian keluarkan._ Mika mengulangi langkah-langkah itu hingga dirinya merasa kembali tenang dan baik-baik saja.

_Ini adalah ketiga kalinya,_ batin Mika mengingat mimpi yang baru saja dia alami. Pada mimpi kali ini pun, dia kembali terbangun dengan kondisi yang sama. Jantung berdetak kencang, tubuh banjir dengan keringat dingin, dan perasaan ngeri yang tak tertahankan. Padahal, mimpi yang dialaminya tidak begitu seram, tetapi entah kenapa berhasil membuat bulu kuduk Mika merinding sendiri setelah terbangun dari mimpi buruk itu. Firasatnya mengatakan, mimpi ini bukanlah pertanda yang baik.

###

Cuaca pagi ini mendung, membuat suasana hati Mika yang buruk sejak semalam menjadi semakin campur aduk. Dengan langkah lesu, Mika turun dari kamarnya yang berada di lantai dua menuju lantai satu. Tujuannya adalah meja makan yang letaknya berdampingan dengan dapur. Terlihat di sana sudah duduk empat orang penghuni rumah yang lain.

Setelah semua anggota keluarga berkumpul, Andra, selaku kepala keluarga segera memimpin doa untuk makan. Menu sarapan pagi ini adalah nasi goreng seafood kesukaan seluruh anggota keluarga. Dengan tenang, kelimanya memakan sarapan mereka segera setelah Andra selesai memimpin doa. Setelah selesai sarapan, mereka segera berangkat ke tempat tujuan masing-masing.

Mika adalah sosok yang mandiri sejak kecil. Dia tidak suka jika diantar jemput oleh orang tuanya atau menggunakan sopir. Oleh karena dia suka olahraga, Mika memutuskan mengendarai sepeda untuk pergi ke mana pun. Jika terpaksa tidak bisa mengendarai sepeda, seperti ketika sakit, barulah dia akan meminta Juna –kakaknya- untuk mengantar ke sekolah.

The Right Eye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang