Where am i?

9 3 0
                                    


01.00 AM.

"RHAELA DIANA!"

Suara teriakan lelaki itu menggema dikantor polisi kota Shelcouth. Kota besar yang penuh dengan kekejaman manusiawi dan kelicikan para pemerintah, salah satu anggotanya adalah lelaki yang tengah menatap putri semata wayangnya penuh amarah.

"APA YANG KAU LAKUKAN HAH?! KAU TELAH MEMPERMALUKAN KU DIDEPAN BANYAK ORANG KARENA KALAKUAN TAK BERMORAL MU! AKU SANGAT BENCI KETIKA KAU BERBUAT SEENAK JIDAT KAU SEAKAN AKAN HIDUPMU KAU YANG TANGGUNG SENDIRI!"

"Mengapa aku bisa mempunyai anak tak berguna seperti ini."

Gadis itu memutar bola matanya jengah "Dan aku juga heran kenapa Tuhan memberikan takdir bahwa kau itu Ayahku. Sangat menjengkelkan."

Pria ber-name tag Daemon Gunn Gillian itu sontak membulatkan matanya sempurna.

"Kau-"

"Kenapa? Tidak terima? Bahkan aku tidak tau bagaimana perasaan Ibu diatas sana melihat kelakuan busukmu didunia. Bukan hanya seluruh dunia yang kau rusak, bahkan hati kecil anakmu yang kau bilang 'tidak berguna' ini kau sama sekali tidak peduli. Entah sekecewa apa dia diatas sana-"

PLAK!

Rhaela, gadis yang merasakan pipinya begitu panas tengah kesusahan untuk menahan buliran air mata yang siap jatuh membasahi pipinya yang mulai memerah. Tapi, ia tidak akan pernah menangis didepan bajingan berkedok 'Ayah' ini.

"Berani nya kau..."

"KAU DENGAR! DIANA PUN AKAN MERASA SANGAT MALU MELIHAT KELAKUAN MU DITEMPAT TERKUTUK ITU! APA KAU TIDAK BERKACA?" Daemon menarik tubuh Rhaela kasar menghadap kaca yang terpantul dirinya dan sorot mata Ayahnya yang tajam "Kau lihat! Betapa buruknya dirimu dalam pantulan kaca ini. Kau sama sekali tidak pantas untuk diberikan marga Gillian."

"Kau sama sekali tidak ada rasa bersyukur atas apa yang aku telah berikan untukmu. Kau tidak akan bisa hidup sampai detik ini jika bukan karena ku, kau paham?!"

Dengan hati yang berkecamuk Rhaela menatap pantulan dirinya yang berantakan. Memori memori indah dirinya bersama Ibunya tercinta- Diana, memenuhi seluruh pikirannya. Sampai titik dimana Diana meninggalkannya karena kelakuan Ayahnya yang melampaui batas. Dengan paras yang sangat mirip, membuat Rhaela merasa sangat terpukul disetiap detiknya. Ia menunduk menetralkan seluruh pikiran dan perasaannya. Cukup sudah, ini semua memuakkan.

Rhaela berbalik menatap Daemon tajam "apakah Ibu masih hidup saat ini?"

Kalimat singkat itu berhasil membungkam Daemon dalam sekejap.

"Apa maksudmu? ITU BUKAN SALAHKU!"

"IBUMU ADALAH SEORANG JAL*NG!!!"

Satu tinjuan kuat mendarat sempurna dirahang tegas Daemon "CUKUP KAU BAJINGAN! KAU YANG MERUSAK HIDUP IBUKU! KAU!!!" Tinjuan demi tinjuan ia layangkan, tak segan-segan ia layangkan sebuah tendangan hingga Daemon terjatuh cukup kuat dilantai kantor polisi yang dingin.

Para polisi yang berjaga hendak memisahkan, lebih tepatnya melindungi Daemon dari serangan serangan anak semata wayangnya. Hati Rhaela kembali gusar, ia tidak bisa mengontrol dirinya. Memori memori itu habis memukulinya yang dimana ia pun tengah memukul Daemon. Bukan memori indah, tetapi memori dimana Daemon menghabisi Diana dengan sangat tidak manusiawi. Satu pukulan yang ia layangkan pada Ayahnya, semakin banyak memori yang terlintas.

"CUKUP! SUDAH RHAELA SUDAH!" Tegas polisi yang tengah menahannya sekuat tenaga.

Polisi polisi lain menghalangi penglihatan Rhaela pada Daemon agar amarahnya melunak, sebagian polisi lain mengamankan Daemon ke posisi yang lebih jauh dari Rhaela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABDITORY. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang