Hening.
Semua orang terdiam memperhatikan lelaki berbaju batik yang berdiri di tengah-tengah panggung itu.
Ruangannya nampak sedikit gelap. Dihiasi dengan cahaya lampu yang redup, dan suara air yang menetes.
Semuanya berdoa. Tanpa terkecuali, diriku sendiri.
Aku sangat gelisah. Apakah aku bisa mendapatkan piala emas berkilau yang ada di hadapanku ini?
Semoga semuanya berjalan dengan lancar, Ya Tuhan... Batinku.
"Mari kita mulai, pengumuman untuk para juara Olimpiade." Ucap pria berbaju batik itu.
Kini suasana semakin tegang.
"Juara ketiga Olimpiade Sains, diraih oleh... Ananda Raffasya Pamungkas dari SMA Anjamarni!"
Semua orang bertepuk tangan.
Lelaki bernama Raffasya itu menaiki panggung besar.
"Juara kedua Olimpiade Sains, diraih oleh... Ananda Dimitri Van Alaric dari Ragaris School!"
Semua orang sangat terkejut. Sebab, Ragaris School adalah sekolah elite berpredikat A. Setiap tahunnya, mereka selalu meraih juara pertama dalam olimpiade bidang akademik maupun non akademik.
Namun kali ini, Ragaris School mendapat juara kedua. Lalu siapakah yang meraih juara pertama?
Jantungku berdegup kencang. Adakah kesempatanku untuk mendapatkan piala emas itu?
Dimitri, perwakilan Ragaris School menaiki panggung dengan raut wajah yang kesal. Dia mengepalkan kedua tangannya dan menundukkan tatapannya.
"Dan yang terakhir, juara pertama Olimpiade Sains diraih oleh... Ananda Kenyza Naresha dari SMA Raya Sari!"
Mataku membulat sempurna.
Mereka memanggil namaku? Apakah aku bermimpi?
Sontak semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Mereka tak percaya. Seorang gadis biasa sepertiku bisa meraih juara pertama, mengalahkan sekolah elit Ragaris School!
Hidungku mulai memerah, mataku berkaca-kaca. Aku terduduk lemas.
Buliran bening mengalir deras dari manik nila ku. Pipiku kini basah dibanjiri oleh airmata.
Aku tak bisa lagi menahan tangisku. Aku hanya bisa menutup wajahku dengan kedua telapak tangan.
Ya Tuhan... apakah ini mimpi? Batinku.
Guru pembimbingku---Bu Srina membantuku untuk berdiri.
Aku-pun berjalan menuju panggung besar tersebut.
Tap.
Tap.
Tap.
Aku masih menangis. Sungguh, sangat sulit tuk menahan tangis bahagia ini.
Apa aku halusinasi? Pikirku. Aku menggelengkan kepalaku.
Ini adalah hal yang aku inginkan! Doaku benar-benar terkabul!
Aku menyeka buliran airmata itu dengan lembut. Mencoba mengulum senyuman di wajahku.
"Tepuk tangan untuk para juara!"
Terdengar sorak-sorai orang-orang bertepuk tangan. Lagu 'We Are The Champion' Queen menggema sampai ke seluruh penjuru ruangan.
Dadaku berdegup dengan kencang. Meski sekilas, aku bisa melihat lelaki perwakilan Ragaris itu menatapku dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naresha's Diary
Teen FictionBersekolah di sekolah elit ternama? Hal itu sama sekali tidak pernah terlintas di benak Naresha. Dia hanya gadis cerdas yang kebetulan saja memenangkan olimpiade sains. Dia hanya ingin bersekolah dengan tentram. Belajar dengan nyaman, bermain bersam...