"Ketika semua telah pergi, apa masih ada tujuan dalam hidupku?"
•
•
"Kamu memprediksikan itu sendiri, atau mengetahuinya dari beberapa sumber?"
Lelaki itu terdiam, tatapannya tak luput menghilang dari mataku "memprediksikan itu sendiri. Kau tau, itu salah satu rutinitasku di rumah pohon" Atlas mengangkat kedua bahunya dengan alis terangkat.
Aku mengangguk, dan kembali menatap ke arah langit. Memandangi biru sore yang indah.
"Mau pulang?"
•••
Aku berhenti di depan pintu rumah, hendak mengambil kunci yang ku letakkan di dalam pot bunga. Tapi tiba-tiba seseorang menepuk bahuku, aku berbalik dan melihat seorang wanita tua berdiri di hadapanku dengan seulas senyum, aku pun membalasnya dan bertanya "ada yang bisa aku bantu?"
"Bisa ikut aku?, ada hal penting yang harus kamu lihat"
Ada sedikit keraguan dalam hatiku, tak seperti biasanya ada seseorang yang menyapaku terlebih mengajakku untuk ikut bersamanya. Walau hanya wanita tua aku harus tetap waspada.
"Memangnya kenapa?"
Dapatku lihat raut cemas tercetak di wajah keriputnya, "di jalan raya, seseorang membutuhkan mu. Dia sekarat" ucap wanita itu terburu-buru, aku terkejut mendengar penuturannya. Apa maksudnya?
Dia sekarat
Apa dia korban tabrak? Lalu ada apa dengan diriku? Kenapa dia membutuhkanku?
Perasaan ku semakin cemas, rasanya hatiku seperti di remas kuat-kuat, sangat sakit. Aku tidak tau, pikiran ku kalut. Aku segera mengikuti jalan wanita itu dan berjalan agak terburu-buru.
Terjadi kemacetan di jalan, sebuah kerumunan berada di tengah jalan yang menyebabkan mobil dan kendaraan lain menghentikan lajunya. Aku bingung, sebenarnya ada apa?
Aku menerobos orang-orang yang berkerumun itu, dan pikiranku semakin kalut saat melihat siapa yang terkulai lemas di sana. Pandangan ku merabun saat bulir-bulir air mata mulai membasahi area mata serta wajahku.
Dia meraih wajahku, menghapus air yang menetes di pipiku. Dengan keadaan tidak berdaya dia masih sempat tersenyum padaku, aku tak bisa membendung air mata ini, kenapa semua terjadi secara tiba-tiba?
Aku menoleh menatap orang-orang yang mengelilingi kami "kenapa diam saja, cepat telpon ambulan!" aku berteriak pada semua, tak peduli seberapa lancangnya aku berbicara. Yang ada dalam pikiranku hanyalah, menyelamatkan dia dari kata sekarat.
"Ibu!!" aku merengkuh tubuhnya yang penuh dengan darah, kenapa ini bisa terjadi! Harusnya ibu masih di kantor sekarang!
"Jaga dirimu baik-baik, ibu akan menatapmu dari atas sana, bersama para bintang" ibu berucap terbata-bata. Kalimatnya semakin membuatku hancur. Kalimatnya.. Ada makna lain di balik ucapan itu, terdengar indah namun begitu menyayat.
Tepat saat suara sirine ambulan terdengar nyaring, tangan yang menggenggam tubuhku merenggang. Aku terduduk diam dan membawa nya kedalam pangkuan ku, aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya saat melihat mata wanita itu terpejam, seluruh tubuhnya melemas. Begitu pun aku, yang membedakan hanya.. Nyawanya telah pergi.
Denyutnya menghilang.
Suara nafasnya tak terdengar lagi.
Kulitnya sepucat salju.
Beberapa orang berbaju putih menghampiri kami dengan sebuah tandu orange, mereka membawa ibu masuk ke dalam ambulan dan meninggalkan orang-orang yang sejak tadi berada dalam lingkaran kerumunan, termasuk aku.
Wanita yang menghampiriku tadi yang ikut masuk ke dalam mobil, aku hanya diam termenung dengan air mata yang sudah tidak bisa keluar lagi.
Semuanya.. Seperti mimpi.
Namun begitu terasa nyata.
•••
Langit mendung menyelimuti malam ini, di sebuah pemakaman. Aku hanya bisa menangis dalam diam, sudah tidak ada air mata lagi yang berjatuhan, mataku terasa kering.
Beberapa orang sudah pergi meninggalkan jejak kaki nya di tanah lembek akibat rintik hujan yang terkadang jatuh lalu pergi lagi.
Di sampingku, seseorang dengan jaket blezzer hitam serta topi dengan warna serupa pula sedang memandang gundukan tanah itu.
Tangan sebelah kanannya terus menggenggam tangan kiriku, entah bagaimana dia bisa mengetahui kabar bahwa ibu telah tiada, dan sekarang ia datang menghampiriku ke TPU.
Sampai sekarang ia hanya diam, menatap gundukan tanah itu dengan wajah datar. Aku tidak tau apa yang ia pikirkan, sedari tadi lelaki itu tak pernah berucap bahkan ketika ia datang menghampiriku.
Mungkin ia tau, sekarang aku sedang tidak ingin bicara. Lelaki itu akan mengerti kapan ia harus mengajakku berbicara dan kapan ia harus membiarkan ku diam dan berkalut dalam pikiranku sendiri.
"Atlas" panggilku pelan, bahkan suaraku terdengar sangat lirih dan parau. Kerongkongan ku kering, kaki ku sudah tak sanggup lagi menopang tubuhku. Kaki ini rasanya sudah tidak berdaya lagi mengakibatkan aku hampir terjatuh sesaat setelah memanggil namanya.
Dengan sigap tangan ini merengkuh kedua bahuku, menyandarkan kepala ku pada bahunya.
Hawa malam kali ini, rasanya dua kali lipat lsbih dingin. Aku mendongak menatap lelaki di sampingku yang sedang menatapku pula, dapatku lihat sekilat cahaya muncul di kedua manik matanya. Tatapan nya.. Seolah memberi arti lain, makna yang sangat besar di balik tatapan nya yang mendalam.
Di antara kegelapan bumi, rasanya hanya ada bulan dan mata galaksi milik anak itu yang memancarkan cahaya bersinar. Mengalahkan lampu-lampu kota yang tidak seberapanya di bandingkan dengan itu.
Aku menunduk, dadaku terasa sesak.
Sakit sekali.
Aku terus memukul dadaku yang terasa sangat sakit itu, sangat sesak dan sempit. Dengan pukulan ini, berharap sedikit melonggar dan membuatku sedikit lebih tenang.
Lelaki itu menarik tanganku, menghentikan pukulan itu yang membuat kepalan tanganku melonggar. Dia sedikit menunduk dan kembali menatapku dalam.
Entahlah, ku rasa malam ini ia sangat berbeda. Sungguh berbeda dengan Atlas yang aku kenal, sikapnya yang lebih dingin namun membuatku merasa lebih hangat.
Terlebih saat ia menarik tubuh tak berdaya ini ke dalam pelukannya, memberikan rasa hangat yang melebihi dari tatapannya.
Mungkin malam ini, akan menjadi titik terendah dalam hidupku.
•
•
•
Azura 🪦
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe Sky
Fantastik"Ketika Langit mempertemukan kita di langit fajar dan mengakhirinya pada langit senja" "Aku pecinta Langit biru, dan kamu pecinta Langit malam" hanya di saat matahari terbit dan terbenam kita bisa bertemu bercerita tentang Langit tertawa bersama alu...