Bab 12

71.2K 5.3K 93
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!!

Happy Reading
.
.
.

Mobil Mercedes Maybach S580 berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalanan yang mulai terlihat macet, namun, hal ini membuat seseorang yang berada di dalamnya merasa sangat gelisah dan khawatir karena waktu sudah menunjukkan pukul 18.45, saat Jeanna melirik jam tangan di pergelangan tangannya.

"Apakah kita tidak akan terlambat?" Tanya Jeanna khawatir sambil terus memandangi jam tangan di pergelangan tangannya.

"Mungkin kita sedikit terlambat nona, jadi anda tidak perlu merasa khawatir," jawab Nara yang duduk di kursi penumpang, di samping Zeya yang sedang menyetir.

Wajar jika Jeanna menanyakan hal tersebut, karena di kehidupan sebelumnya dia termasuk typical orang yang selalu on time, baik untuk urusan formal maupun yang lainnya.

Setelah mendapatkan jawaban dari Nara, Jeanna berusaha menenangkan hatinya yang entah mengapa merasa sangat gelisah dan ada perasaan yang menjanggal di hatinya.

Jeanna berharap tidak akan ada hal buruk yang akan menimpa dirinya ataupun kedua asistennya.

Mencoba untuk rileks dan menepis pikiran-pikiran negatif yang mulai muncul di kepalanya, Jeanna memilih untuk melihat ke arah luar jendela. Melihat betapa padatnya lalu lintas dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Hingga ucapan Zeya membuyarkan lamunannya.

"Apa yang sedang nona pikirkan?" Tanya Zeya ketika wanita itu tidak sengaja melihat Jeanna dari pantulan spion yang mengarah padanya, membuat Nara ikut membalikkan tubuhnya untuk menoleh ke arah Jeanna.

"Hah—apa? Maaf! Aku sedang tidak memikirkan apapun." Jawab Jeanna mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum tipis ke arah Nara.

Jeanna hanya tidak ingin membuat kedua asistennya khawatir. Bolehkah Jeanna memendam apa yang dirasakannya sendirian tanpa berbagi? Jeanna hanya sedang tidak ingin bercerita, itu saja.

Melihat sikap Jeanna membuat Nara menyipitkan matanya dan menghela nafas, dia dan rekannya harus bisa memaklumi tingkah majikannya. Mungkin karena mereka baru saja memasuki kehidupan nona mereka baru-baru ini membuat nona muda itu masih merasa canggung untuk membuka diri pada orang lain.

Apalagi mereka juga baru dekat selama dua minggu terakhir, dan Jeanna juga masih membatasi untuk membuka diri, jadi Zeya dan Nara hanya bisa memakluminya.

"Nara!" Panggil Jeanna sambil terus memandang ke luar jendela. Haruskah ia mengatakan pada asistennya bahwa hatinya sangat gelisah dan tidak tenang saat ini?

Tapi— tidak, tidak. Pikirnya.

Mungkin Jeanna hanya merasa gugup karena ini adalah pertama kalinya dia muncul di publik. Entahlah, Jeanna hanya tidak ingin membuat orang lain mengkhawatirkannya, meskipun tanpa Jeanna sadari bahwa sejak tadi kedua asistennya selalu menerka-nerka, mengapa nona muda nya itu terus melamun.

"Ya?"

"Apakah pesta nya akan sangat meriah?"

Nara kemudian mengerti apa yang dipikirkan oleh nona mudanya. Tersenyum tipis, Nara dengan cepat menjawab. "Tentu saja nona, karena nona kedua Alexander bukan hanya mengundang orang-orang penting dan berpengaruh saja di negara ini. Beberapa kalangan selebriti dan model papan atas juga akan hadir."

"Benarkah? Padahal ini hanya acara ulang tahun."

Mengapa orang-orang kaya sangat suka menghambur-hamburkan uang untuk acara yang tidak terlalu penting? Padahal mereka bisa menggunakan uang mereka untuk hal yang lebih bermanfaat.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang