Hari ini adalah hari terakhir Aesther berada di Kastil Hailstorm. Sesuai dengan ucapan duke, pria itu bersedia membantunya pergi dari Valestia. Ia bahkan menyiapkan berbagai bekal perjalanan, mulai dari baju, bekal, hingga uang. Duke bahkan menawarkan diri untuk mengantarnya sendiri menuju pelabuhan, yang sebenarnya Aesther ingin menolak tawaran tersebut. Tapi duke bersikukuh dengan alasan dirinya juga perlu melakukan pemeriksaan di wilayahnya.
Dan disinilah mereka, duduk berhadapan di dalam kereta kuda. Jonathan berada di kereta lain bersama barang bawaannya. Berada di dalam satu ruang yang sama dengan duke membuat Aesther merasa sedikit sesak. Bagaimana tidak, alih-alih mengajaknya berbicara pria itu justru memilih mengamatinya dengan tatapan tajam. Sebagian wajahnya tertutup dengan kain sehingga Aesther tak bisa menebak bagaimana ekspresi sebenarnya dari pria dihadapannya. Dirinya pun merasa ragu untuk mengajak duke berbicara meskipun di dalam hati dirinya sangat ingin menanyakan soal apa yang ia dengar kemarin.
Melihat tingkah Aesther yang nampak canggung, Chris memutuskan untuk bertanya, "Apa ada sesuatu yang mengganggu Anda?"
Aesther mendongak, menatap pria dihadapannya dengan sedikit terkejut. Bilah bibirnya terbuka, hendak mengatakan sesuatu. Namun tak ada suara yang keluar dari tenggorokannya. Ia kembali menutup bibirnya.
Mereka hanyut dalam sunyi dalam beberapa saat. Chris masih mengamatinya dalam diam. Memberikan waktu pada pangeran muda untuk mengutarakan isi pikirannya. Tak lama kemudian Aesther memilih untuk mengungkapkan hal yang membuat dirinya merasa gelisah.
"Mengapa Anda melakukan hal itu?" Tanya Aesther.
Sebelah alis duke terangkat ketika dirinya mendengar sebuah pertanyaan abstrak, "Maaf, tapi saya tidak memahami maksud Anda."
Kedua bola mata hitam itu menatapnya penuh selidik. Ia tak mengatakan apapun, tapi sang duke memahami arah pembicaraan Aesther. Dibalik penutup wajahnya Chris tersenyum miring, sepertinya dirinya tertangkap basah. Aesther tak sebodoh yang ia kira.
"Mengapa Anda menyebarkan rumor pada pelayan bahwa Anda mencari kekasih rahasia putra mahkota?"
Chris mendengus mencoba menahan tawa, "Darimana Anda mendengar rumor semacam itu?"
"Barak prajurit," jawab Aesther singkat.
Sudut bibirnya terangkat. Chris menyentuh penutup wajahnya, memastikan senyumannya tersembunyi dengan baik di balik kain hitam itu.
"Dan mengapa Anda berpikir bahwa cerita itu hanyalah rumor?"
"Terlalu banyak kebetulan," Aesther mendongak ke arah Chris, "Mengapa rumor itu sampai kepada saya tepat di hari sebelum keberangkatan saya untuk pergi meninggalkan Valestia?"
"Bukankah itu terjadi karena Anda yang mencari tahu sendiri hal tersebut?"
"Ah, jadi Anda benar-benar mengawasi saya," Aesther membawa tubuhnya bersandar pada kursi. Chris tersenyum kecil mendengar perkataan Aesther.
"Jadi apa yang membuat Yang Mulia berpikir itu hanyalah rumor?"
"Saya rasa Duke Hailstorm bukanlah orang yang sebodoh itu. Jika memang benar Anda ingin mencari kekasih mendiang putra mahkota, mengapa Anda tidak melakukan rencana itu diam-diam dan justru menceritakannya pada prajurit yang suka bergosip? Jelas-jelas hal itu justru akan membahayakan nyawa wanita itu jika berita menyebar sampai luar."
"Saya lagi-lagi merasa terkesan dengan penilaian Anda terhadap orang lain," Chris memainkan cincin di jarinya, "Tapi prajurit dan pelayan Hailstorm telah bersumpah setia pada Tuannya. Rumor hanya akan tersebar di dalam kastil, mustahil cerita itu tersebar ke luar dinding."
"Lebih mustahil untuk meyakini bahwa seorang Duke Hailstorm menaruh kepercayaan tidak mendasar pada bawahannya. Mengingat Anda selalu berada di medan perang, tempat dimana tidak ada yang tahu kapan orang-orang akan berkhianat demi hidupnya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Crown (Chanjin)✔️
Ficción históricaSamuel tak pernah inginkan tahta. Ia hanya ingin hidup tenang seperti saat dirinya masih hidup di luar istana bersama ibunya yang merupakan rakyat biasa. Namun darah kerajaan yang mengalir dalam tubuhnya membuat dirinya tetap jadi ancaman bagi tahta...