"Hei, nona manis~"
Dantalion berjalan menghampiri seorang wanita muda yang sedang duduk sendirian di sebuah table, mengedipkan matanya dan duduk di sisi perempuan itu.
Sang wanita memberikannya tatapan datar sebelum tersenyum licik.
"Butuh waktu lama juga, macet di jalan?" tegur wanita itu, kini cahaya yang dipantulkan dari sisi DJ membuatnya terlihat jelas. Wanita itu memiliki paras dan kharisma yang sangat tinggi, jelas seorang bangsawan. Dantalion terkekeh.
"Harus bantu teman tadi. Anda sendiri bagaimana, Nona Aini?" balas Dantalion, menopang pipinya dengan sangat menawan.
Aini, putri termuda dari seorang duke yang menguasai Caina. Aini terkenal sebagai pribadi yang supel dan 'nakal', ia melakukan bisnis bersama Dantalion beberapa kali dalam dunia seperti ini.
"Tidak banyak yang mengesankan. Hanya minum sendirian di sini," jawab Aini, memainkan gelasnya. Sebuah "Oho?~" lepas dari bibir Dantalion.
"Kalau begitu, nona cantik. Izinkan pangeran ini menjadi pasangan anda malam ini," goda Dantalion mendekat sambil membungkukkan tubuhnya, tangan kanannya ia silang di dada seolah-olah memberi hormat. Melihat ulah koleganya, Aini tertawa.
"Pasangan? Imut sekali, bukankah kau masih bocah?" tanya Aini balik, ia menarik kerah Dantalion hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. Siapa yang berani melawan godaan dari pangeran lust? Benar, Aini!
"Aku bocah yang banyak pengalaman, kakak. Atau tante? Mommy?" balas Dantalion tidak mau kalah, membuat bangsawan perempuan itu tersenyum dan melepaskan kerah si pangeran.
"Potong basa-basinya. Kau mau apa dariku, Dantalion?" tegas Aini, ia meneguk alkohol di gelasnya.
"Aku butuh bantuanmu seperti yang telah kukatakan. Kau bawa?" jawab pangeran berambut putih-pink itu enteng, menaikkan kedua bahu. Aini mengangkat satu alis dan menyalakan rokoknya dengan korek. Wanita itu dengan lihai menghembuskan asap yang baru ia hisap. Tanpa bicara apa-apa, Aini hanya memiringkan kepalanya ke arah kanan dengan sinis. Dantalion menolehkan kepalanya ke arah kode Aini, mendapati dance floor yang ramai.
Dantalion menyipitkan matanya untuk melihat... satu, tiga, enam(?) anak dari bangsawan sedang berbaur dalam pesta di sana. Dantalion tampak tersenyum puas untuk sesaat, sampai ia melihat dua wajah yang tidak begitu disukainya.
"Astaga, kau bawa mereka berdua juga?" tanya Dantalion tidak percaya.
"Kau minta putri dari bangsawan yang memiliki koneksi ke organisasi kriminal untuk membantumu. Sudah kucarikan, ada enam di Caina. Bercinta saja dengan mereka malam ini dan bujuk mereka untuk bilang pada ayah tercinta agar menuruti kemauanmu. Done, enam organisasi kriminal akan berada dalam peganganmu, Danny Kecil," jawab Aini, mengetukkan rokoknya beberapa kali ke asbak. Dantalion terlihat lesu.
"Kenapa? Kupikir enam sekaligus bukan angka yang banyak untukmu? Kau biasa dengan sepuluh per malam, bukan?" Dantalion menggaruk kepalanya dengan dramatis, ia terlihat bingung.
"Gak masalah. Masalahnya, Aini! Dua anak itu buruk rupa! Kau tahu aku pilih-pilih!" seru Dantalion di tengah kerasnya dentuman musik, membuat Aini tertawa terbahak-bahak.
"Sialan, kau gak ada bedanya dengan Asmodeus. Merem saja nanti lah, apa susahnya," tawa Aini, membuat Dantalion menghela napas.
"Ini bukan upayamu untuk mengerjaiku, kan? Aku tahu di matamu aku cuma anak kecil yang mudah ditipu," keluh Dantalion, mendapatkan senyuman hangat dari Aini.
"Tentu saja bukan. Lalu Danny, kali ini mau bayar bantuanku dengan apa?" tanya Aini, menunggu bayarannya untuk diberikan. Apa saja boleh, loh! Dantalion memiringkan kepala dan dengan mudah menjawab,
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...