you're here, but not mine

77 37 2
                                    

Hai, apa kabar?
Semoga selalu baik-baik saja.
Selamat hari kamis kembali..
Selamat membaca, semoga suka♡

🌧

Asghar melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang selalu ramai tak kenal waktu. Dia tidak perduli dengan apa dan mau kemana mereka semua, karena tujuannya malam ini adalah untuk mencari senyum gadis di belakangnya.

Sudah rahasia umum, saat perempuan berkata baik-baik saja padahal sebenarnya...kalimat itu hanya dusta belaka. Dan Rain, sedang tidak jujur dengan perasaannya hari ini.

Asghar tidak berjanji, tapi mengusahkan agar kehadirannya menjadi alasan Rain akan tersenyum lagi.

Motor itu berhenti di sebuah jalanan dalam gang yang tidak begitu lebar, tetapi cukup untuk menampung belasan motor di setiap barisnya. Asghar melirik kaca spionnya, gadis di boncengannya terlihat mengamati tempat sekitar. Lucu, Asghar pikir Rain pasti baru tahu ada tempat seperti ini di kotanya.

"Rain, mau makan disini nggak? Atau mau ke tempat lain aja?" tanyanya.

Rain bergeming, pandangannya jatuh pada sebuah gerobak yang di kerumuni beberapa orang di depan sana. Sepertinya Rain tertarik untuk mencoba makan disini. Dimanapun juga tidak masalah, asal bersama Asghar.

"disini aja, makanan pilihan lo selalu enak," ucapnya pelan. Asghar menangguk lalu keduanya turun dari motor dan melangkah mendekat ke arah gerobak tersebut.

"mau yang mana Rain? Biar gue ambilin," Asghar sudah berdiri di sampingnya dengan tangan yang membawa sebuah piring ceper.

"ini boleh ambil apa aja?" Rain berjinjit, berbisik pada Asghar agar suaranya tidak terdengar oleh orang-orang di sebelahnya.

"boleh, asal di habisin."

Rain mengangguk. Tangannya mulai menunjuk beberapa jenis sate-satean yang langsung di ambil oleh tangan milik Asghar. Tidak terlalu banyak, karena saat ini dia sedang tidak begitu nafsu makan.

Asghar menyerahkan piring itu kepada penjual, kemudian kembali bersuara "kang, indomie soto medan dua ya." ucapnya.

Asghar mengajak Rain pada sebuah angkringan yang sering di kunjunginya dengan ketiga sahabatnya. Tidak terlalu besar, tapi cukup terkenal dengan makanannya yang murah, tapi rasanya tidak murahan. Asghar pikir Rain harus merasakan makanan ini, setidaknya sekali dalam hidupnya.

Seperti halnya lontong sayur Mbah Jum, sekarang Angkringan. Tidak tahu kalau besok. Rasanya Asghar ingin mengajak Rain berkeliling kota mencoba berbagai tempat makan enak menurutnya, dan melihat bagaimana reaksi gadis itu setelahnya. Ah, tunggu.. tadi Rain bilang makanan pilihannya selalu enak.

"Rain, kalo malam lo suka jalan-jalan kaya gini nggak?" tanyanya setelah mereka duduk bersebelahan pada sebuah tikar lesehan. Rain menggeleng "jarang," jawabnya. Asghar membalasnya dengan bergumam.

Tak lama setelah percakapan singkat itu, pesanan keduanya datang. Asghar mengambil sendok beserta garpu kemudian mengelapnya dengan tisu, lalu memberikannya pada Rain.

"selamat makan," ucapnya tersenyum manis.

Suara dentingan sendok mendominasi indra pendengaran keduanya selama beberapa menit. Asghar sudah tidak tahan untuk tidak bersuara.

"habis ini lo mau kemana? ada tempat yang mau di tuju nggak?" tanyanya pada Rain yang masih sibuk dengan mie di mangkuknya.

Di beri pertanyaan seperti itu, tentu saja bingung. Asghar mengajaknya keluar secara tiba-tiba, jadi sudah pasti Rain tidak punya tempat tujuan tertentu saat ini.

Cerita Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang