Prolog

438 11 8
                                    

Pagi hari yang cerah, para penghuni SMA Galaxy Bima tengah melaksanakan upacara bendera merah putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari yang cerah, para penghuni SMA Galaxy Bima tengah melaksanakan upacara bendera merah putih. Dengan cuaca yang terik ditambah lagi amanat yang disampaikan oleh guru di depan sangat lama, membuat para murid kewalahan. Tak sedikit juga yang sakit serta meminta izin untuk ke UKS. Parahnya lagi, ada lebih dari lima orang yang pingsan. Membuat petugas PMR kesulitan dengan orang-orang yang sakit secara tiba-tiba.

“Udah pada sarapan, ‘kan?” tanya sang guru.

“Udahan Pak, panas!” para murid menyahut.

“Baguslah kalian sudah sarapan, karena pidato saya masih sangat panjang.”

“Pak!” mereka merengek.

“Ini untuk nilai keseharian kalian, agar lebih disiplin lagi! Untuk nilai raport! Ini Minggu ketiga kita sekolah setelah penaikan kelas, pada senang ‘kan? Naik semua ‘kan? Nggak ada yang tinggal kelas?”

“Enggak!”

“Bapak udah Pak, panas ini! Bisa-bisa jadi rakyat semut ini Pak, item kepanasan!”

Guru di depan tersenyum bangga, anak muridnya memang baik. Baik dalam berkeluh kesah.

“Dua Minggu kemarin kita tidak melaksanakan upacara, karena Minggu pertama kita melakukan pengenalan dan Minggu kedua ada classmeeting. Jadi kalian senang kita upacara lagi, benar ‘kan murid-murid yang bapak sayangi?!”

“IYAAA!!”

“BAPAK, PANAS!!!” kali ini bukan permintaan merengek, mereka semua mengeluarkan sekuat tenaga untuk berteriak.

Guru-guru di depan malah tertawa, entah niat apa hingga mereka membiarkan anak muridnya kepanasan.

“Sehat Nak, biar kalian kuat.” ujar guru melanjutkan pidatonya.

Di belakang barisan murid-murid, para anggota PMR mondar-mandir demi mengetahui apakah ada yang sakit atau tidak.

Di barisan kelas 10 IPS 4, dua perempuan melambaikan tangannya dari dalam barisan, meminta agar PMR datang.

Segera satu anggota PMR laki-laki menghampiri.

“Kak, ini pingsan!” ujarnya menunjuk dua teman yang sudah tergeletak.

PMR lelaki yang nametag nya bernama Guntur itu melambaikan tangan pada PMR yang lewat, namun sepertinya PMR itu tidak sadar.

“Sebentar ya,” ujarnya. Ia berlari pelan memanggil perempuan itu.

Setelah sampai, ia langsung menariknya. “Alesya, ari kamu teh kunaon?”

“Ih Guntur, lepas! Nggak boleh pegang-pegang.” gadis itu melepaskan cengkeramannya.

Atuh kamu di panggilin nggak nyaut-nyaut, cepet itu ada yang pingsan!” Guntur panik.

“Ya ‘kan Esya nggak tau. Di mana?”

Secret Love [ ✓✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang