Sorry Gak Baper

15 3 1
                                    

"Eh, Bel, itu Albi, bukan?"

Wanita di dekat Ibel menunjuk ke seorang pria yang tengah berdiri di antara keempat pria lainnya.

"Yang mana?" tanya Ibel sambil celingukan.

"Itu, yang paling ganteng sendiri!" Jari telunjuk Siska mengarah tepat ke pria berjas navi.

Tatapan Ibel sempat tertahan di wajah pria yang tak asing baginya. Lantas ia mengalihkan pandangan ke depan.

"Sang mantan, Bel!" lirih Siska menyikut lengan Ibel yang sibuk meminum es bobanya.

"Gak penting!"

"Yakin?"

"Iyalah."

"Percaya, sih, Albi memang mantan yang paling menyakitkan."

"Hmmm."

"Bisa-bisanya dia mutusin kamu karena gak cantik!"

Kata-kata Siska mengingatkan Ibel pada bayangan 7 tahun yang lalu.

"Kamu selingkuh, Al?" tanya Ibel kala itu, menghampiri pria yang tengah berdiri di lapangan futsal.

"Jadi kamu sudah tahu?"

"Iya, apa alasan kamu?" Ibel nyolot.

"Aku gak bisa hanya punya pacar satu . Dan … aku butuh cewek yang good looking buat aku pamerin ke team futsal."

"Apa!" Mata wanita yang masih memakai seragam SMA itu melotot. "Jadi menurut kamu, aku gak—"

"Kamu kurang cantik aja," sela pria yang keringatnya membasahi wajah tampannya.

"Oh gitu? Tapi aku gak mau diduakan."

"Kalau begitu kita terpaksa harus putus."

"Untung sekarang kamu udah cantik, Bel!"

Suara Siska membuyarkan lamunan Ibel di 7 tahun lalu, saat dengan tega dan kasarnya Albi memutuskan dirinya hanya gara-gara gak glowing kayak Aletta—cewek selingkuhannya.

"Aku gak mau keinget kenangan pahit, itu, Sis, sekarang aku udah cantik gak kalah glowing sama Aletta atau selingkuhan Albi yang lainnya. Aku bisa cari cowok yang lebih dari Albi," kata Ibel dengan penuh percaya diri.

"Betul itu, setuju."

"Kamu tahu 'kan, semboyan aku gimana?"

"Buanglah sampah pada …."

"Tempatnya!" Wanita bergaun selutut dengan rambut digelung rapi ke atas itu menyahuti dengan semangat.

***

"Sis, habis makan kita langsung salaman sama Rena dan suami, ya, terus pulang!"

"Ok, sep, yuk, ngambil makanan."

Kedua wanita itu berjalan dengan santai menuju prasmanan, namun tiba-tiba ….

'Brugh!'

Ta sengaja Ibel bertabrakan dengan seorang pria. "Maaf, aku—"

"Eh, kamu Ibel 'kan?" tanya pria yang bertabrakan dengan Ibel, seolah kenal.

"Ibel? Irish Bella?" sahut pria lainnya yang juga ada di sana.

"Haish, bukan, Amar. Jangan mentang-mentang nama kamu Amar, terus dia Irish Bella," kata pria pertama.

"Dia Ibel mantan Albi, bukan?" Pria ketiga menimpali sambil menunjuk pria yang berdiri paling pinggir.

Sontak mata Ibel membelalak begitu tahu di sana juga ada Albi, sang mantan.

'Sial!' umpatnya dalam hati.

"Iya, gak salah lagi, dia mantan Albi. Buset, cantik banget, Al," seru pria pertama tadi.

Albi hanya diam dengan pandangan lekat ke arah Ibel.

Ibel yang merasa malas segera mengapit  lengan temannya. "Yuk, Sis, pergi. Di sini gerah."

Usai mengambil menu kesukaannya, yaitu bakso, Ibel dan Siska kembali ke mejanya.

"Sial gak, sih, Sis. Biasa-bisanya ketemu Albi di sini. Rupanya dia hadir juga di pernikahan Astrid," kata Ibel sambil memulai menyendok kuah bakso.

"Eh, Btw, Astrid setahuku juga mantan Albi, bukan?" Kaili ini Ibel bertanya sambil menoleh, namun ia terkejut saat kursi temannya Siska sudah terisi dengan Albi.

"Hai," sapa Albi dengan senyuman.

Lain halnya dengan Albi, Ibel malah melotot. "Mana Siska?"

"Tuh!" jari telunjuk Albi menunjuk ke seorang wanita yang tengah mengambil bakso dan mie ayam di prasmanan.

Ibel menggeleng melihat kerakusan temannya. Kembali menoleh ke pria di sampingnya.

"Terus kamu ngapain di sini?" tanyanya jutek.

"Mau ketemu kamu."

"Ngapain ketemu aku?" Ibel berusaha setenang mungkin sambil menyilangkan kakinya ke kaki yang lain.

"Mau mengatakan sesuatu?"

"Apa tuh?" tanyanya sambil mulai menggigit pentol.

"Gini …." Kata-kata Albi menggantung seolah ragu untuk melanjutkan.

"Apaan, cepetan ngomong. Entar orang yang tahu kita bisa salah paham. Dikira udah balikan," kata Ibel tanpa menatap.

"Karena memang itu yang aku inginkan."

"Hah! maksudnya?" Ibel menoleh kaget.

"Aku mau ajak balikan!"

"Hah! Balikan?"

Pria berjas navi itu mengangguk. "Iya."

"Strawberry mangga apel, sorry gak level," kata Ibel dengan maksud mengejek dan merendahkan.

"Oh ya?"

"Yes!"

"Strawbery campur soda, sorty cuman becanda," balas Albi dengan senyuman.

Ibel mendengkus. "Baguslah," ucapnya tanpa menatap.

Sesaat hening, tak ada yang berucap di antara keduanya.

"Bel, aku punya cewek!"

"Strawberry mangga pepaya. Sorry gak nanya!" Ibel tersenyum sinis.

"Bentar lagi aku akan melamar dia."

"Strawberry mangga nanas. Sorry gak panas," sekilas ia melirik sinis ke Albi.

"Dia cantik."

"Strawberry mangga lepek, sorry gak ngefek."

"Aku suka banget sama dia."

"Strawberry bunga lili, sorry aku gak peduli."

"Serius gak peduli? Padahal aku bohong, loh, cuman mau ngetes kamu aja tadi."

"Strawberry mangga wafer, sorry gak baper!"

Setelah berucap dengan sinisnya, Ibel segera beranjak dan pergi meninggalkan Albi yang masih melongo.

____

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maaf, MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang