12. Mark

1.7K 148 13
                                    


***

Renjun mencoba untuk bangkit dari tempatnya berbaring, seluruh tubuhnya terasa pegal dan sakit. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, buram. Penglihatan matanya tidak sejernih dulu, namun ia tidak mempermasalahkan itu.

Tangan kanannya terasa berat disertai dengan hangat kulit manusia yang tertidur di atasnya. Renjun merasa tersentuh melihat Mark lelap di sampingnya, karena yang ia tau kakaknya itu sangat membenci dirinya.

"Bang Mark." Panggilnya pelan.

Mark menggeliat menyamankan diri dan kembali tertidur, Renjun terkekeh melihatnya, Baru kali ini ia melihat sisi manis Mark.

"Bang..." Kini Renjun mulai menepuk bahu Mark.

Tidak ada pergerakan, Mark hanya berdehem kesal karena terganggu. Renjun menghela napas.

"BANG!" Renjun berteriak.

Pemuda di sampingnya membuka mata terkejut, Renjun sudah pasrah saja jika ia harus mendapatkan pukulan dari Mark karena itu, Ia menutup matanya takut. Tetapi apa ini? Mark malah panik dan memegang bahunya khawatir.

"Apa yang sakit Njun. Bilang sama abang atau mau panggil dokter dulu?" Mark setengah sadar reflek berkata begitu.

Renjun menggeleng tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu dari Mark, ia kira Mark akan melayangkan pukulan padanya atau setidaknya berteriak kesal. Namun yang terjadi malah membuatnya kehabisan kata-kata.

Mark merapikan helai surainya yang berantakan lalu berdiri menggeser kursi yang ia duduki. Pemuda itu berlutut di atas lantai menghadap Renjun.

"Njun, abang sadar kalau selama ini abang udah jahat banget sama kamu, adek abang sendiri. Abang minta maaf belum bisa jadi sosok abang yang baik buat kamu. Njun, abang cuma manusia yang kurang bersyukur. Tuhan kasih kamu dalam kehidupan abang sebagai jawaban dari doa-doa abang sebelumnya. Abang kesepian Njun, sampe kamu datang ke kehidupan abang, bawa warna baru yang buat hari-hari abang jadi cerah."

Pemuda itu mengusap air matanya, semakin menunduk dalam.

"Mungkin permintaan maaf ini gak setara sama semua yang udah kamu alamin, tapi percaya sama abang. Abang sayang banget sama kamu. Selama ini abang terlalu pengecut Njun, buat berlutut sama kamu aja abang rasa gak cukup. Sampe sahabat abang sendiri yang sadarin abang."

Flashback

Brugh!

"A-abang?"

Renjun terkejut saat sebuah kendaraan roda empat hendak menabraknya, ia akui untuk beberapa saat dirinya hilang fokus dan tiba-tiba saja sinar lampu yang sangat menyilaukan disertai dengan bunyi klakson memekakkan telinga tertuju padanya.

Sepersekian detik sebelum mobil itu menghantam tubuhnya, Renjun merasakan dirinya tertarik kuat kebelakang. Ia dan orang yang menyelamatkannya terjatuh dengan posisi yang kurang menguntungkan, menyebabkan luka di kedua siku dan lututnya.

Tetapi itu tentu saja lebih baik dari pada tertabrak bukan?

"Kalau nyebrang itu liat-liat bangsat!" Sentak Mark.

Keadaan pemuda itu tidak jauh berbeda dengannya. Banyak luka gores pada lengan juga kakinya, Renjun menundukkan kepalanya merasa bersalah. Sejujurnya ia ingin menanyakan tentang alasan keberadaan Mark disini, namun urung karena tatapan kakaknya itu sangat mengintimidasinya.

Pemuda itu menatap nanar pada ponselnya yang sudah tidak berbentuk terlindas mobil, juga bagaimana kendaraan beroda empat itu menabrak tiang lampu jalanan membuatnya bergidik ngeri.

Luka -Renjun ft. NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang