"Jadi pacar gue, dan gue bakal bermanfaat buat lo."
-----------------------------------------------------------------------
Araina Silvanska. Cewek yang selalu ingin hidup bebas, lingkup pergaulannya yang 'dianggap' aneh oleh ayahnya. Membuat Ara in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Ketiganya menyebrang, menghampiri Bu Fina yang masih belum menyadari kehadiran mereka. Ara tersenyum jahil, ia mengendap-endap mendekat. Bulan yang sudah tau apa yang ada dipikiran Ara dengan cepat berseru.
"Siang Bu Fina!"
Ara menghempaskan tangannya lantas melirik Bulan dengan ekspresi kecewa. Susah berbuat jahil kalau Bulan sudah turun tangan.
"Eh udah datang, pas banget, nih ibu udah buat tempat untuk bunga. Nanti pas lampu merah kalian tawarin ke orang-orang," jelas Fina langsung.
"Wah ide ibu bagus juga, bolehlah setiap hari," ungkap Zidan.
"Ini baru uji coba, kalo semisal cukup bagus nanti ibu pikirin tiap hari. Ya udah, kalian mulai jualannya," pamit Fina. Ketiganya lantas mengangguk.
Ara masih memanyunkan bibirnya, dengan kaki yang menggesek-gesek trotoar. "Bul bul, padahal tadi tuh ya, kesempatan emas buat ngagetin Bu Fina."
"Terlalu jahil itu gak baik kali Ra. Udah yuk, kita siap-siap, udah mau lampu merah lagi," ucap Bulan sambil melirik ke jalanan.
Ara meringis. "Aw sakit, gak lo gak Jaka, doyan amat narik pipi gue."
"Siapa suruh pipi serupa sama bakpao," ucap Zidan sambil tergelak, membuat pipi Ara semakin menggembung. "eh Ra gue ada ide."
Ara menyipitkan matanya. "Apaan?"
Setelah membisikkan sesuatu Zidan dan kompak menyembunyikan kedua tangan mereka di belakang. Lampu sudah berubah warna, Bulan sudah bersiap dengan beberapa tangkai mawar di tangannya. Namun, dari Ara maupun Zidan masih tetap bergeming.
"Kalian kok diem, ayo kita jualan."
Zidan dan Ara tetap diam, saling melempar senyum jahil. Bulan yang sama sekali tak curiga lantas mendekat. Tepat saat cewek di hadapan mereka, Ara dan Zidan mengambil kesempatan mencubit kedua pipi Bulan.
"Iya Bulan cantik!" kata keduanya.
"Ih kalian ya!"
Bulan mengejar Zidan dan Ara, alhasil ketiganya saling kejar-kejaran di tengah kendaraan yang berhenti di lampu merah. Zidan terlalu lincah untuk Bulan kejar sehingga Ara lebih dulu tertangkap bersamaan ketika Ara menepi lagi di trotoar, keduanya tertawa, karena bukannya membalas mencubit pipi Ara, Bulan justru menggelitikinya hingga posisi mereka terduduk.
"Udah-udah ampun nyonya," ucap Ara sambil menyatukan kedua telapak tangannya. Bulan menghentikan aksinya.
"Nyerah 'kan, jahil sih!"
"Iya gue nyerah."
Zidan menghampiri keduanya sambil melipat kedua tangan. "Gimana udah selesai bermainnya ibu-ibu?"