Terseret-seret gadis bermarga Han itu menarik koper pink besar miliknya ke dalam sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar untuk diisi oleh dua orang. Dengan halaman hijau yang segar, kolam renang di samping rumah, sangat cocok jika dipakai untuk piknik. Baiklah, dia mengakui keluarga Kim memang sangat kaya raya.
Rumahnya memang hanya satu lantai, tapi luas. Dalam hati ia bersyukur tak perlu repot naik turun tangga karena sudah cukup muak dengan keadaan rumahnya yang juga menggunakan tangga. Jika boleh Sungyoung jujur, ini adalah rumah impiannya. Bangunannya tidak terlalu besar seperti rumahnya, namun memiliki lahan hijau yang cukup luas.
Oh tidak, apa dia akan betah disini?
Terkadang ia tak mengerti apa yang ada dibenak kedua orang tuanya. Seringkali Sungyoung berdikusi dengan mereka perihal jodoh. Awalnya orang tua Sungyoung santai, termasuk yang sangat open minded. Dalam artian bahwa mereka tidak seperti kebanyakan orang tua Asia pada umumnya yang begitu mengedepankan pernikahan diatas segalanya. Mereka tak keberatan Sungyoung menikah atau tidak dan kapan dia ingin menikah atau pula tak masalah jika Sungyoung ingin mendaki titik tertinggi karirnya. Semua bebas dan orang tuanya selalu mendukung itu.
Tapi kenapa harus Mingyu?
Kenapa harus pria itu yang menjadi faktor besar perubahan pandangan orang tuanya?
Apa yang spesial dari Mingyu?
Kesan pertamanya memang Sungyoung mengakui ketampanan anggota boygrup Seventeen itu. Dinilai dari percakapan singkat mereka pun ia bisa sekali memberi nilai bahwa Mingyu memang tipe anak yang berbakti pada orang tuanya. Kesudian Mingyu untuk diatur bahkan jalan jodohnya pun sudah membuktikan dia anak yang baik.
Oh God!
Salah ia menduga. Ternyata rumahnya lebih besar dari yang ia bayangkan. Satu lantai apanya? Rupanya yang tadi adalah bangunan di depan, setelah masuk ternyata ada bangunan lain. Rumahnya ada dua lantai.
"Dimana asisten rumah tangganya?" tanya Sungyoung pada supir yang membantunya membawa barang.
"Maaf, nona! Yang saya tau memang tidak ada asisten rumah tangga. Nanti yang mengurus rumah sepenuhnya adalah nona dan tuan Mingyu."
"A-apa? Ini gila!" Sungyoung kesal sekali rasanya.
Tanpa ART? Yang benar saja! Apa semua orang tidak berpikir sibuknya Mingyu dan Sungyoung? Bagaimana bisa harus mengurus semua pekerjaan rumah sendiri?
"Jam berapa Mingyu tiba?"
"30 Menit lagi, nona."
"Tolong bawakan semuanya ke kamarku! Biar nanti aku yang berkemas."
Dilemparkan tubuh rampingnya ke atas sofa empuk di ruang tengah. Semua perabotan sudah terisi dan Sungyoung berani bertaruh bahwa semuanya bernilai ratusan dollar. Tak peduli! Yang penting ia bisa merasakan kemewahan tanpa mengeluarkan uangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pattiebo
FanfictionKisah klasik tentang sebuah perjodohan yang mengubah hidup seorang Han Sungyoung