Jari-jari Xino terkepal kuat, rahangnya ikut mengeras, "Tidak peduli, aku pasti akan membayarnya... Bagaimanapun juga." - batinnya.
"Sialan, aku pasti akan membayarnya! Sekarang menyingkir dariku!" seru Xino mencoba mendorong tubuh G menjauh darinya.
"Pffft... Padahal ada cara yang lebih mudah, tapi kau justru mempersulitnya. Betapa bodohnya..."
"Persetan dengan semua omong kosong yang keluar dari mulut orang cabul sepertimu! Menyingkir dariku sekarang juga, keparat!"
"...?"
G menatap Xino dengan malas, G lalu bangkit dan berbalik. Pria itu berjalan keluar dari ruangan kemudian kembali. Beberapa saat kemudian, dua orang pria datang dengan membawa nampan bersamanya.
"Kalau begitu... Sayangku? Ayo kita lakukan kesepakatan." ucap G sambil melepas ikatan pada lengan Xino, pria itu menjadi lebih ramah dari sebelumnya, akan tetapi itu justru semakin membuat Xino gugup.
Xino mengernyitkan dahinya, "...?!"
"Di sini..."
Xino mengalihkan tatapannya pada nampan yang ada di tangan bawahan G, nampan itu berisi sebuah gelas dengan cairan bening menyerupai Rum(alkohol) di dalamnya. Sementara nampan yang satunya berisi setangkai bunga mawar merah yang hampir layu.
"Apa yang dia rencanakan...?" - batin Xino bertanya-tanya.
"Diantara Bunga dan Rum ini, apa yang akan kau pilih...?" tanya G dengan nada rendah.
"Apa maksudmu...?"
"Pilihan mu ... menentukan jawaban mu." jawab G dengan senyum tipisnya yang penuh akan kelicikan.
G mengeluarkan rokok dari sakunya kemudian menyalakan rokok itu sebelum menghisapnya dengan santai sambil duduk di tepi ranjang yang sama dengan Xino. Pria itu memejamkan matanya seolah menikmati rokok yang sedang ia hisap, akan tetapi hal itu justru membangkitkan memori Xino akan sesuatu.
Rambut hitam, bulu mata yang panjang, dan bentuk wajah yang tampak familiar itu entah bagaimana mengingatkan Xino akan seseorang. Seolah-olah ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan orang di hadapannya itu.
"Orang ini..." - Xino membatin.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"..."
***
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"..."
Untuk beberapa saat, keadaan menjadi hening, G membuka matanya dan memalingkan wajahnya ke arah Xino. Sorot mata G tampak sulit di baca, seolah-olah pria itu sedang menggali sesuatu lewat sorot mata Xino.
Glek.
Xino meneguk ludahnya susah, sekarang keadaan benar-benar membingungkan dan membuat Xino gugup, apalagi sorot mata G yang tampak menelanjangi itu, itu benar-benar mengganggu hingga membuat Xino merasa tak nyaman.
"Hey, Nak..."
Xino mendongak.
"...?"
"Bukankah ini rayuan lama?"
BLUSHHH...
"Aku tidak tau tipe mu adalah pria yang lebih tua, haha..." lanjut G dengan tawa renyahnya.
Xino membulatkan matanya penuh, pipinya bersemu begitu saja seperti sebuah tomat ditengah musim panen. Memang benar banyak orang yang menanyakan hal yang sama hanya untuk merayu orang lain dan berlagak seolah-olah mereka pernah bertemu sebelumnya demi memperpanjang obrolan, akan tetapi bukan itu yang Xino maksud! Sekarang, apa pria itu baru saja berpikir bahwa Xino berusaha merayunya lewat rayuan yang sama?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower And Rum || Dewasa
Romance⛔ 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚, 𝐚𝐠𝐞𝐠𝐚𝐩 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧 Xino adalah gadis naif dan sedikit kasar yang selalu bekerja keras sambil menyembunyikan fakta bahwa ia adalah putri dari seorang gangster. Suatu hari, di tengah lauta...