Di sofa yang empuk dan nyaman, aku duduk menyilangkan kaki.
Di genggaman tangan kananku, sebuah minuman, anggur terbaik terguncang pelan di dalam gelas merry yang elegan.
Sementara itu mataku terfokus memperhatikan setiap bagian di dalam ruangan yang kutempati.
Ruangan yang cukup besar untuk satu orang, tetapi cukup banyak diisi dengan dengan bermacam jenis benda.
Perlahan kuseruput cairan tersebut dari gelas, mengalirkannya kedalam mulutku hingga habis tak tersisa.
Cahaya hijau mengelilingi tubuhku sesaat setelah kutenggak cairan alkohol ini.
Aku tidak mempedulikannya, pikiranku terlalu lelah.
"Uang, Materi, koneksi, aku memiliki semuanya", ucapku bermonolog seraya munjuk beberapa barang.
Berlian bergantugan di atas langit-langit menemani terangnya sinaran lampu. Karpet merah darah berbahankan sutra terbaik dari ras Caterpillar raksasa. Meja kerja dengan kayu pohon elf yang telah punah. Dan juga, tulang kepala naga yang ada didepanku ini.
Kuletakkan gelas yang sudah kosong ini dari tanganku dan berdiri, melepaskan diri dari lembutnya sofa.
Aka berjalan pelan di tengah ruangan.
Ruangan ini adalah tempat kerja pribadiku, kondisinya seperti gudang karena setiap sisi dipenuhi berbagai benda. Meski terdapat berbagai macam dan jenis barang, semuanya tetap tersusun rapi.
Aku sekali lagi memperhatikan satu persatu barang-barang yang kumiliki tersebut.
Semua barang disini memiliki cerita masing-masing. Dan jika berkenaan dengan nilai, harga semua barang di dalam ruangan sudah melebihi pendapatan tahunan kerajaan.
Semua barang disini sangat berharga bagiku. Terlebih lagi yang ada di dalam kotak kaca ini.
Langkahku terhenti di depan sebuah lemari. Dari sana, aku mengarahkan telapak tanganku yang kemudian mengalirkan mana biru dengan perlahan. Lemari kaca itu melahap mana yang berterbangan di udara. Saat semua mana menghilang, kedua pintu lemari tersebut terbuka dengan sendirinya.
Aku disambut oleh benda-benda yang sangat tersusun sesuai dengan jenis dan ukurannya. Kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan beberapa barang lain. Aku tersenyum melihat betapa rapinya mereka, dengan tanganku sendirilah aku mengumpulkan dan menyusun semua yang ada di dalam lemari ini.
Di antara banyaknya benda tersebut aku mengambil beberapa barang. Satu kalung, satu gelang dan dua cincin, Sementara itu disisi lain lemari aku mengambil sebuah jubah lusuh dan mencabut sebuah tongkat putih dengan sebuah batu merah diatasnya.
Semua benda tersebut langsung kukenakan, termasuk jubah lusuh berwana coklat dan tongkat putih yang sudah berada di dalam genggamanku.
Aku meratapi benda lain yang tidak-ku ambil dan menggelengkan kepala.
Dengan perasaan sesak di dada, aku mengalihkan pandangan kepada kaca berwarna yang membentuk perpaduan warna-warni yang indah. Itu adalah sebuah jendela besar yang kumiliki.
Aku menarik nafas panjang.
Kedua tanganku terkepal kuat. Gigi ku saling menekan saat melihat ke arah jendela yang masih tertutup.
"Semua kudapat sampai saat ini adalah kerja kerasku," Di setiap langkahnya, kusalurkan semua emosi kepada apa yang ada di balik jendela kaca tersebut.
Aku melepaskan pengaman jendela dengan sihir, membukanya dua bagian jendela lebar-lebar dengan tanganku sendiri yang penuh amarah.
"Tapi kenapa?"
Di kejauhan dua ekor Naga dengan sisik hitam pekat berdiri perkasa. Tubuh raksasa mereka menduduki pusat kota yang telah di telan merahnya kobaran api.
"Kenapa?!"
Raungannya memekakkan telinga di ikuti kibasan sayap yang mementalkan benda apapun dihadapannya. Ekor-ekor mereka saling mencambuk bergatian, melayangkan beberapa rumah keangkasa, nafas api keduanya membakar semua yang ada di bawah cakar dan kakinya.
"Kenapa kau kalah pahlawan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM NOT A HERO
FantasyAries Grastian mengalami perpindahan kesadaran ke salah satu karakter permainan yang dia sukai. Bertahun-tahun berlalu Aries tidak menyadari bahwa campur tangannya di dunia itu telah menyebabkan mengacaukan pada "akhir yang seharusnya". Raja iblis y...