Asa (1)

17 6 0
                                    

Gumitir paham tidak semua orang akan berniat buruk padanya seperti saat Ildan mempermainkan perasaannya dan mempermalukan dirinya di depan seluruh siswa saat ia SMP, namun Gumitir dihantui ketakutan masa lalu. Meski mengobrol dengan Bentala sangat menyenangkan dan membuatnya tenang, jauh di lubuk hatinya ia ketakutan membayangkan ujung dari obrolan dengan Bentala adalah sebuah rasa sakit yang baru untuknya. Dia begitu paham bagaimana sakitnya perasaan seseorang yang dipermainkan. Namun, semakin lama Gumitir dekat dengan Bentala membuat Gumitir merasakan kenyamanan di dalam hatinya. Hatinya selalu bertengkar tentang Bentala, sisi hatinya menyatakan Bentala adalah orang yang baik namun sisi hatinya yang lain menyatakan Bentala pasti berniat buruk dan berniat mempermainkan perasaannya sama seperti yang dulu pernah Ildan lakukan padanya. Kejadian Ildan benar-benar membekas di hati Gumitir.

Gumitir dan Bentala keluar dari mall setelah menonton film, mereka menikmati film yang baru saja mereka tonton. Film yang diadaptasi dari buku yang pernah mereka baca, ini pertama kalinya Gumitir menonton bioskop setelah sekian lama ia hanya menonton di aplikasi streaming film ataupun jika Gumitir tidak sabar ia menonton bajakan dari internet. Hari sudah gelap ketika mereka keluar dari mall, Bentala menarik tangan Gumitir dan menuntunnya turun ke tangga yang menuju parkiran bawah tanah "yuk pulang, sudah malam" ucap Bentala sementara Gumitir gugup karena sikap Bentala yang sering tiba-tiba menarik tangannya.

"A— aku bisa pulang sendiri" Gumitir merasa dia tidak bisa terlalu dekat dengan Bentala, namun kenyamanan yang Gumitir rasakan ini— Gumitir bingung dengan deskripsi perasaannya sendiri. Dia ingin lebih dekat dengan Bentala atau tidak— Gumitir masih takut akan luka lama yang dulu begitu dalam menancap hatinya.

"Sudah malam, ibuku bilang tidak boleh membiarkan wanita pulang sendirian waktu malam" Bentala tersenyum yang membuat perasaan Gumitir menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kini dirinya sudah lebih tenang.

Dan begitulah mereka dengan motor Bentala membelah jalanan Kota Cirebon di malam hari. Bentala merasa Gumitir adalah gadis yang baik, Bentala berpikir mungkin mereka bisa berteman baik ataupun menjadi lebih dari sekadar teman— memikirkan hal itu membuat Bentala malu sendiri. Sudah lama dia menutup hatinya rapat-rapat, apakah dengan mudah saja terbuka? Tidak mungkin, bagi Bentala mungkin ini adalah rasa kagum yang sementara seperti dirinya kagum pada gadis lain seperti yang sudah-sudah. Mungkin hanya rasa sementara, tak mungkin hinggap di dalam hatinya begitu lama. Bentala tidak mau merasakan sakit yang sama, ia sudah muak dengan kebohongan dan kecurangan dalam suatu hubungan. Dia sudah merasa cukup dengan sakit hati yang pernah merusak hidupnya. Tak perlu ia mengisi hidupnya dengan perasaan yang menyiksa. Ini mungkin hanya sebentar dan setelahnya ia dengan Gumitir akan menjadi teman yang baik— sama seperti teman-teman perempuannya yang lain.

Bentala hanya tidak terlalu peka dengan perasaan gadis yang ia anggap "teman baik," memendam rasa cinta pada dirinya. Sudah beberapa gadis yang menaruh harapan pada Bentala karena perlakuan Bentala yang diartikan begitu spesial dan berujung pada hubungan menggantung dan akhirnya gadis itu sadar dirinya tak pernah ada di hati Bentala. Beberapa gadis pernah menyampaikan perasaannya secara langsung pada Bentala, namun Bentala hanya menyampaikan dirinya lebih baik berteman daripada berhubungan khusus. Bentala sendiri hanya membuat orang lain tidak membenci dirinya, artinya Bentala selalu memperlakukan orang lain dengan baik. Walaupun perlakuan kadang berlebihan sampai disalahartikan oleh gadis lain. Tapi bukan bermaksud Bentala menebar cinta pada semua gadis dan mematahkan harapan mereka untuk bersama. Bentala hanya berusaha bersikap baik, dan sikap baiknya itu memakan banyak korban patah hari. Korban patah hati yang "bagaimana bisa berakhir? Mulai saja belum."

Gadis yang menyukai Bentala pasti semuanya setuju jika bukan karena wajah tampan mereka menaruh harapan untuk bersama dengan Bentala, lagipula wajah Bentala tidak terlalu tampan jika dibandingkan dengan aktor film. Tidak pada fisiknya yang membuat seseorang menaruh harapan di hatinya, namun pada perlakuan yang Bentala berikan dan rasa nyaman yang dapat orang lain rasakan. Barisan Gadis Patah Hati Bentala pasti setuju akan hal itu, mereka tidak pernah jatuh cinta dengan fisik Bentala yang biasa saja.

Mereka sampai di depan rumah Gumitir, Bentala lihat rumah Gumitir terlihat megah dan sepertinya Gumitir adalah anak orang yang berada. Bahkan ada seseorang yang membukakan gerbang untuknya, Bentala sedikit terkejut dengan fakta ini. Bentala pikir ekonomi Gumitir tidak jauh berbeda dengan ekonomi miliknya, memang menilai orang lain dari tampilan saja tidak cukup— tapi jika diingat-ingat bukankah Gumitir bersekolah di sekolah elite? Bentala merasa bodoh memikirkan itu, dia jadi tersenyum geli.

"Terimakasih, mau mampir?" Gumtir melepas helm dan memberikannya pada Bentala.

"Sudah malam, lain waktu mungkin aku akan mampir— tidak apa-apa kan?" Bentala membuat Gumtir tersipu untuk yang kesekian kalinya "kalau begitu aku pamit pulang, sampai ketemu" dan begitu saja Bentala membelah jalanan malam Kota Cirebon.

Gumitir menaruh novel-novel yang baru ia beli di rak buku yang masih kosong, dia sudah tidak sabar untuk membacanya. Hari ini ia merasa penuh, ia tidak merasa kosong seperti biasanya. Gumitir merasa dirinya terasa lebih hidup, Gumitir tidak mampu mendeskripsikan perasaannya namun dekat dengan Bentala membuatnya merasa nilai dalam dirinya lebih berarti dan kehidupan yang ia jalani jadi lebih memiliki makna. Namun trauma masa lalu Gumitir tiba-tiba saja datang— melintas dalam benaknya, ingatan bagaimana Ildan membuat hatinya hancur tak bersisa. Gumitir hendak membaca saja, dia ambil salah satu novel yang baru ia beli, menyobek plastik dan mencium buku dalam-dalam dan membiarkan bau buku baru memenuhi hidungnya. Itu adalah salah satu hal baik dari membeli buku fisik daripada buku digital.

Gumitir baru ingat jika dia belum membeli stok camilan untuk menemani ia membaca novel, namun tak apa— Gumitir segera menyelam ke dalam dunia penuh kata yang dibangun pengarang. Gumitir membalik lembar demi lembar, semakin tenggelam ke dalam cerita hingga malam semakin larut dan dia tertidur dengan novel di tangan. Di dalam mimpi Gumitir tidak perlu risau akan bertemu dengan siapa pun. Karena di dalam mimpi dia tidak perlu menderita.


n.b. 

Terimakasih buat yang selalu ngikutin cerita Cirebon dan Pohon Balas Dendam. Cerita ini memang banyak kekurangan dari berbagai sisi. Tapi aku harap kalian para pembaca tetap enjoy dengan cerita ini dan baca sampai tamat ya :) 

Aku juga punya IG (promosi dikit hhe) akunnya @andipati17 di sana aku sering nulis cerpen. Yang mau baca, cek aja ya. 

Pokoknya terimakasih banyak udah ngikutin cerita Cirebon dan Pohon Balas Dendam :D 

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang