BAGIAN 28 Ngambek untuk yang pertama kalinya

9 2 0
                                    


Happy Reading


Langit membantu Sabit untuk keluar dari mobil. Karena penampilannya yang tidak biasa itu, membuat gadis itu sedikit kesusahan. Langit bahkan tak segan menggandeng tangan Sabit ketika mereka memasuki gedung yang sudah dihias sedemikian rupa. Sebagai pertanda bahwa pesta pernikahan tengah berlangsung hari ini.

Ketika memasuki gedung itu. banyak sudah yang menyambut Langit. Sangat terlihat sekali bahwa pria itu sangat terkenal dikalangan para pembisnis. Yah, siapa yang tidak mengenal sosok pria muda dengan pekerjaan yang matang dan bakat yang luar biasa dalam hal berbisnis. Sesekali saja, Sabit sering merasa dirinya jauh di bawah Langit. seolah dirinya tidak memiliki apapun untuk bisa di sandingkan dengan Langit.

"Langit!" Pak Handoko yang tampaknya sedang berbincang-bincang dengan para rekan bisnisnya yang lain mengangkat satu tangannya tinggi-tinggi agar Langit dapat melihatnya. Langit balas mengangkat tangannya dengan masih menggandeng Sabit, ia membawa gadis itu untuk bertemu dengan pak Handoko.

"Terimakasih, sudah hadir," Begitulah kata Pak Handoko. Mereka sempat berjabatan tangan. dan Pak Handoko juga kerap menepuk pundak Langit. Dapat Sabit tanggap bahwa pria yang usianya sudah menginjak angka 50 tahun itu sangat akrab dengan Langit. dilihat dari gaya mereka berintraksi.

Ketika tatapan Pak Handoko melihat ke arahnya, Sabit sedikit membungkuk dan tersenyum canggung. Lalu Pak Handoko beralih menatap Langit. Dalam tatapannya itu, Pak Handoko mempertanyakan siapa kiranya gadis yang laki-laki itu bawa.

"Oh, Perkenalkan, Pak, ini Sabit. Sabit, ini Pak Handoko rekan bisnis King's Group." Sabit menerima uluran tangan yang Pak Handoko tawarkan padanya.

"Your girlfriend?" Pak Handoko menatap jenaka kearah Langit,

Mendengar pertanyaan Pak Handoko membuat Sabit menahan napasnya. Jujur dalam dirinya penasaran akan jawaban apa yang akan Langit ucapkan. 

"No, Just Friend." Jawab Langit di selingi tawa.

Senyum yang awalnya mengembang perlahan-lahan memudar. Bahunya pun perlahan meluruh, kecewa akan ekspentasinya sendiri. Lagian, apa yang di pikirkannya? Mengharapkan menjadi pacar pria itu padahal pria itu belum ada mengatakan cinta padanya? atau memang hanya dirinyalah yang menyimpan perasaan itu sendirian. Sedangkan Langit, mungkin pria itu tak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Sabit tersenyum tipis. Dalam hati, Sabit menertawakan dirinya yang begitu berharap lebih. Lagi-lagi Sabit menertawakan dirinya yang begitu bodoh jika sudah dihadapkan dengan Langit. 

"Awas lepas," Bisik Pak Handoko di telinga Langit yang samar-samar dapat Sabit dengar. Sabit tidak tahu apa maksudnya, tapi Langit meresponnya dengan gelak tawa.

"Mau ketemu sama rekan bisnis saya yang dari London? Khusus nih saya bawa untuk saya perkenalkan sama kamu, Langit. Makanya saya suruh kamu datang siang ini karena nanti malam dia bakal balik lagi ke London. Orangnya enjoy banget, Seumuran lah sama kamu, beda-beda tipis. Yuk,"

Dengan begitu saja, Pak Handoko sudah menarik Langit darinya. Tanpa mengizinkan Langit untuk sekedar berpamitan pada Sabit, sehingga membuat Sabit merasa sangat asing seorang diri di tengah-tengah tamu yang terlihat sibuk berbincang. Entahlah, Sabit sendiri tidak tahu apa yang mereka perbincangkan. Tapi yang pasti, tidak jauh-jauh dari hal bisnis, membuat kepala Sabit pusing dan ia jengah berada di sini. Ia tidak suka ketika ia terlihat begitu asing di lingkungan ini. Ini bukan gaya sabit, dan Ini juga bukan Lingkungannya. Tempatnya tidaklah disini. 

Dibandingkan ke acara pesta, Sabit lebih memilih untuk duduk sendirian di atas Balkon apartemennya dengan gitar dipangkuannya. Atau Sabit lebih memilih jalan-jalan menyusuri jalanan Bali sendirian. yang sedikit banyaknya jalanan itu sudah mulai ia hapal. Sabit tidak suka berada di tengah-tengah keramaian pesta seperti ini. Jika bukan karena Langit yang mengajaknya untuk datang dan menemani pria itu, Sabit tidak akan mau. Sekarang, ia jadi memikirkan tentang rebahan dikasur jika sudah kehabisan energi di tengah-tengah manusia asing ini.

Langit Sabit (KUN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang