1

14 0 0
                                    

Semua bermula dari rintik hujan, itulah yang terbesit dipikiranku jika mengingatnya. Rintik hujan yang aku sukai mulai berubah menjadi hal yang mulai kubenci. Harusnya aku menyalahkan diri sendiri tetapi malah mencoba mencari pelampiasan dengan membenci hujan.
Ya namanya juga manusia rasa egois itu ada begitu pun denganku.

Aku ingat hari itu adalah hari dimana hujan lumayan lebat. Seakan-akan langit ikut merasakan kesedihanku hari itu. Di persimpangan Jalan Cempaka, aku berjalan menerobos lebatnya hujan tanpa payung dengan pakaian dress berwarna putih. Jika diingat sekarang terdengar bodoh memang diriku saat itu.

Dress sudah lepek rambut pun demikian, tetapi aku berjalan seakan-akan masuk dalam musik video Time Machine. Dilubuk hatiku hari itu, aku berangan-angan bertemu pangeran berkuda putih. Lucu bukan diriku saat itu, tetapi tuhan seakan mendengar isi hatiku.
Aku bertemu dengannya, pangeran berkuda putihku. Saat itu, ada sebuah tangan yang menarik erat diriku sembari memanggil namaku.
"Clarissa!!"
Aku menoleh ke arahnya, dan terdengar suara "Dorr!! Dorr!!". Aku ingat itu suara pistol, dan perlahan penglihatanku memudar berubah menjadi kegelapan.

***

Aku kembali memimpikan kejadian itu berulang kali. Entah itu hanya mimpi atau memori masa laluku. Kepalaku terasa pening setiap mengingat mimpi itu. Keluargaku seolah bungkam saat aku bercerita tentang hal ini. Entah rahasia apa yang terdapat di dalamnya.

Aku kembali memulai hariku dengan meminum vitamin-vitamin yang lumayan banyak, mungkin sekitar 6-7 butir sehari. Efek vitaminnya akan terasa setelah 15 menit meminumnya. Perlahan pening yang kurasakan memudar.

Kubuka jendela kamarku, agar udara sesak ini dapat berganti dengan yang baru. Langit biru dan cantiknya awan seakan memberi tanda baik hari ini. Aku mulai bergegas membereskan barang-barangku dan berangkat ke kampus.

***

Ruang kelas yang penuh dengan suara riuh ramai bak pasar malam membuatku mulai merasa tak nyaman. Selama perkuliahan semester awal hingga kini, hanya ada 1 temanku yang juga teman bisnis keluargaku. Tara namanya beruntung ia selalu menemaniku. Dibalik sikap baiknya pada semua orang, kekurangannya hanya satu yaitu selera humornya yang rendah.

Seperti biasa dia sudah menungguku di depan mejaku dengan tingkah sok akrabnya.
"Sayang lama banget lo hari ini, gue udah lama nungguin."
"Manggil gitu lagi, mobil lo gua ancurin."
"Kalo lo ancurin ya gua tinggal minta beliin yang baru sama papa mertua."

Mendengar kata-katanya membuatku menatap sinis Tara, sembari mengeluarkan buku catatanku, karena Tara pasti ke mejaku untuk menyontek tugas.

Kelakuannya yang seperti ini yang terkadang membuatku kesal.
"Emang Clarissa doang yang ngerti telepati gue, tapi jangan galak-galak lah."
Tara mulai menyalin tugasku seperti biasa. Namun seperti biasa juga, aku terheran-heran dengan nilai tugasnya yang lagi-lagi lebih besar dariku. Entah sulap apa yang dia lakukan, saat menyalin jawabanku.
"Tar kok bisa sih nilai lo lebih gede mulu padahal lo yang nyontek."
"Kepo ya lo? Ini tuh namanya ilmu sulap, kata mahaguru gua gak boleh dispill."
"Tar lumayan deh lawakan lu naik lah ratenya jadi 1,5 persen lucunya."

Tara mulai mengoceh semrawut tanpa henti, namun aku terjatuh ke dalam lamunan memikirkan arti mimpiku yang terus menerus berulang. Tanpa sadar ada yang menempelkan kertas note tertulis Caffe Paradise pukul 10.00.

***

Dengan bodohnya aku berada di Caffe Paradise tepat pukul 10.00. Kutebak kertas note itu pasti Tara yang menulisnya, alih-alih salah tetapi tebakkanku benar. Tara dengan senyum tengilnya berjalan menghampiri mejaku dan duduk di sampingku. Refleks aku menarik bangkuku untuk membuat jarak diantara kita.

"Ya tuhan, jijik banget lo ya deket-deket gue kayaknya."
"Bukan jijik Tar. Takutnya lo makin suka sama gue."
"Bilang aja lo yang dugun dugun deket gue Sa. Gue pesen dulu lo biasakan americano?"
"Iya. Eh bentar Tar, lo ngajak ke cafee kenapa kuno banget sih ngasih kertas begini."
"Bukan gue Sa. Tulisannya aja beda lebih jelek dari tulisan gue.

Tara akhirnya beranjak ke meja kasir untuk memesan menu. Kembalinya Tara membawa kopi dan bungkusan kecil yang diberi pita. Entah apa lagi kelakuannya yang akan membuatku marah hari ini.
"Ice americano buat lo sama ini katanya temen lo yang ngasih."
"Ih apaan sih Tar, temen gue kan cuma lo disini jangan bikin merinding deh."

Tara membuka bungkusan kecil itu, dan berisi cincin serta robekan kertas yang tertulis "jika kamu tidak mengingatku, aku akan selalu mengingatmu". Tara tiba-tiba merobek kertas itu dan membuang cincin itu.
"Kenapa sih Tar? Kok lo panik gitu tulisan dikertasnya apa?"

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang