Hot Sauce

136 30 1
                                    

Myungsoo menatap tanpa ekspresi pada wanita di hadapannya. "Abonim bilang kau tidak mau makan akhir-akhir ini. Wae?"
Ye Eun tak berniat menjawab. Wanita itu hanya menunduk, menatap sepatu kets milik Myungsoo yang berwarna putih gading dengan garis cokkat tua.
"Kau masih mencintai dia?"
Myungsoo kini mengernyit. "Kau belum menjawab pertanyaanku tapi malah bertanya soal lain?"
"Jadi benar..." lanjut Ye Eun.
"Kenapa kau tidak mau makan?" Tegas Myungsoo. "Mau membunuh bayi itu?" Lanjutnya.
"Bukankah itu akan membantumu kembali ke mantan tunanganmu?"
Myungsoo terkekeh sarkas. "Aku atau kau yang terbantu dengan itu?"
Ye Eun terdiam.
"Dia tidak adapun tak akan merubah keadaan."
"Keadaanmu mungkin begitu.". Ye Eun kini menatap Myungsoo.
"Kau fikir kau tidak? Kau justru akan semakin berada di posisi sulit. Orang-orang dari keluarga Jung akan semakin menolakmu- mengecapmu sebagai pembunuh."
"Kau-"
"Besarkan bayi itu bersama. Setidaknya jangan membuat kesalahan baru. Itu kesalahan kita berdua. Jadi, jangan membuat dosa baru dengan menjadikan bayi itu seolah tak diharapkan."
"Aku tak mau."
"Kalau begitu, hanya lahirkan dia dan berikan padaku. Aku bisa membesarkannya tanpa wanita sepertimu." Myungsoo memilih beranjak dari sana, melangkah keluar kamar Yee Eun.
--

"Masitta?" Baekhyun mengusap rambut hitam Rowoon sembari menatap lembut si kecil yang tengah menikmati makan siangnya di cafe rumah sakit.
"Masitta." Ucap Rowoon senang. "Samchon tidak makan?" Anak itu menatap ke arah Baekhyun juga Jaehyun secara bergantian. Keduanya hanya tersenyum lalu menggeleng.
"Paman Baek dan Paman Jaehyun sudah kenyang." Ucap Baekhyun memberi pengertian. Rowoon hanya mengangguk lalu kembali melahap makanannya.
"Maaf jadi merepotkan anda Jaehyun~ssi." Ucap Baekhyun. Pria itu merasa tidak enak hati karena saat dia mencari si kecil Kim di ruangan dokter magang malah menemukan kekacauan yang dibuat Yohan dan berakhir menemukan Rowoon bersama Jaehyun di cafe rumah sakit.
Jaehyun hanya tersenyum kecil. "Tidak masalah Dokter Byun. Lagipula, aku dan Rowoon sudah pernah bertemu sebelumnya." Jaehyun tersenyum ramah sambil menatap sayang pada Rowoon.
Baekhyun mengangguk paham. "Benar juga. Rowoon pernah menceritakannya pada kami. Anda sendirian?"
Jaehyun seketika membulatkan kedua matanya, ingat kalau tadi datang bersama Johnny. "Itu- sebenarnya tadi aku datang dengan kakak sepupuku- tapi tidak masalah. Dia juga sedang menelpon kekasihnya tadi." Jaehyun tertawa hambar.
Baekhyun hanya bisa tersenyum, meskipun merasa canggung.
"Samchon?"
Baekhyun dan Jaehyun menoleh bersamaan, membuat Rowoon kebingungan lalu selanjutnya terkekeh-terlihat menggemaskan- karena merasa dirinya ceroboh sudah memanggil kedua pamannya, padahal maksudnya hanya mau memanggil Baekhyun. "Hihi, maksudnya Paman Baek." Ucapnya.
"Aigoo~ wae?" Tanya Baekhyun gemas.
"Paman hari ini boleh tidak menungguku sampai selesai berlatih Taekwondo?" Tanya Rowoon penuh harap.
Baekhyun terdiam sesaat. "Em- Paman... tentu saja sangat mau menemani uri Rowoon. Tapi maafkan paman ya? Paman harus mengantar Seulgi imo ke suatu tempat. Begini saja- nanti paman jemput lagi, paman janji hanya mengantar imo lalu segera ke tempat Rowoon, bagaimana?"
Si kecil itu menundukkan kepalanya. Kecewa. Baekhyun yang melihat itu tentu saja merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi, ia dan Seulgi harus pergi ke penampungan anak untuk melakukan kunjungan.
Jaehyun yang melihat itu akhirnya mengambil inisiatif. "Dokter Byun, kebetulan aku tidak ada acara hari ini, aku mungkin bisa membantu sampai kau kembali menjemput Rowoon."
Baekhyun buru-buru menolak. "Aigoo~ tidak perlu. Anda tidak perlu khawatir, aku bisa meminta tolong Suzy untuk menjaga Rowoon. Lagipula, aku sudah merepotkanmu pagi ini tadi." Ucap Bakehyun.
Mendengar itu, Jaehyun justru tersenyum. "Kalau begitu, itu akan lebih baik, aku dan Dokter Choi berarti bisa menunggu Rowoon bersama kan?"
Baekhyun mengerjabkan kedua matanya, kebingungan.
"Y-ye?"
--

Setelah menidurkan Jiae, Suzy memilih untuk menikmati drama. Sesekali perempuan itu menahan gemas tapi tak beberapa lama wajahnya justru terlihat sedih lalu tiba-tiba tertawa. Jaemin yang baru saja pulang dan tak mendapati siapapun di ruang tengah juga dapur, akhirnya naik ke kamar Suzy dan menemukan bibinya itu sedang asik menonton drama.
"Pantas saja tidak ada orang. Mwoya- kenapa ekspresinya seperti itu." Jaemin menatap heran ke arah Suzy. "Nuna..tidak masak untuk makan malam?"
"Tidak. Beli saja." Sahut Suzy cepat. Jaemin tersenyum lebar. "Uangnya?"
"Tulis saja nomor kartuku." Suzy menjawab enteng.
"Ok." Remaja itu lalu melangkah ke kamarnya sembari menghubungi layanan pesan antar.
Setengah jam kemudian, Suzy memutuskan untuk mengecek keponakan kecilnya. Saat mencapai separuh junlah tangga, perempuan itu terkejut begitu mendapati banyak sekali makanan di meja makan.
"Astaga! Choi Jaemin...apa yang kau pesan eoh?!" Suzy buru-buru menuruni tangga.
Jaemin menatap bibinya itu dengan wajah lugu. "Makan malam? Nuna bilang pesan saja.." ucapnya sambil melanjutkan menata makanan yang sudah ada.
Suzy menatap pasrah. Perempuan itu lalu duduk di salah satu kursi, masih merasa terkejut. "Jaemin...maksud nuna itu- aishh...tidak harus beli sebanyak ini.."
"Aku akan menghabiskannya- Jeno bilang dia akan kema-"

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang