Fated Encounters
by
@bebebkawai
______Thank you for being a part of this chapter.
Please, Dont forget to vote and Comment._____
______
Delapan tahun lalu, tepatnya ketika istana sedang menggelar pesta perayaan ulang tahun secara besar-besaran. Gilbert dan Eric memilih untuk pulang lebih dulu, entahlah, mereka hanya tak nyaman terlalu lama di keramaian. Apalagi jika harus terus-terusan bersikap baik di depan para Bangsawan itu.
Saat itu, mereka tengah melewati jalan kecil di hutan kerajaan—mereka baru saja menyelesaikan lomba berburu yang di adakan istana pada hari kedua pesta. Awalnya tidak ada pembicaraan di antara mereka, hanya terdengar bunyi derap langkah mereka.
Hingga, tiba-tiba Gilbert menghentikan langkah nya, membuat Eric keheranan. "Ada apa, Gilbert?"
Gilbert menunjuk ke arah salah satu pohon besar dan berkata, "Lihat." Dia menyipitkan matanya. "Bukankah itu terlihat seperti kaki anak kecil? Apa yang dia lakukan di tempat gelap seperti ini?" tanya lelaki yang usianya baru 12 tahun itu.
Belum sempat Eric menjawab, Gilbert sudah lebih dulu berlari ke arah pohon itu.
"Gilbert!" panggil Eric, sambil berusaha mengikutinya. "Jangan asal pergi seperti itu."
"Kalau kau jatuh-" Eric menghentikan ucapannya, terkejut saat melihat seorang gadis kecil tengah bersandar di pohon dengan mata terpejam. Pakaian gadis itu lusuh, dan ada beberapa luka gores di pipinya. Gadis kecil malang itu adalah... Asteria.
Bangsawan? Ku rasa tidak, penampilannya terlihat cukup berbeda dari bangsawan pada umumnya. Tapi, mengapa dia bisa disini?, Eric bertanya-tanya, memperhatikan penampilan Asteria dengan seksama.
Eric merendahkan tubuhnya. "Hey... Mengapa kau berbaring sendirian disini, nona kecil?" tanya Eric, menepuk pipi Asteria pelan. Dahinya mengernyit saat merasakan sesuatu. "Tubuhnya begitu panas."
"Hm, sungguh kasihan. Bagaimana jika kita membawanya pulang? Kita bisa merawat nya hingga sembuh, lalu bertanya untuk apa dan mengapa dia bisa berada disini sendirian," putus Gilbert.
Eric tertawa kecil, menertawakan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Gilbert. Ayolah, sudah sewajarnya anak kecil berkata hal aneh, kan? Tidak mungkin dia serius, kan?
"Kenapa kau tertawa? Aku serius!" kesal Gilbert, dia melipat kedua tangannya di depan dada.
Eric mendelik. "Yang benar saja! Kau bercanda? Kita tidak tahu siapa dia sebenarnya," katanya. "lagi pula seluruh penjuru istana saat ini di jaga ketat oleh prajurit, tidak mungkin bisa membawanya tanpa harus melewati introgasi dulu," lanjutnya.
"Aku bisa menggunakan sihir ku," jawab Gilbert cepat.
"Ayolah, tak biasanya kau seperti ini? Bukankah kau tidak suka—astaga," Eric memijat kepalanya frustasi ketika menyadari lelaki dihadapannya kini sudah mengarahkan sihir pada tubuh Asteria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated Encounters
FantasyKetika seseorang yang telah menyelamatkan nyawa Asteria menghilang sebelum ia sempat mengucapkan terima kasih, Asteria memutuskan mencari keberadaan orang itu tanpa ragu. Meskipun dia tak pernah sepenuhnya memahami perasaan yang ia rasakan, ia tetap...