14

2K 83 0
                                    

"Selamat siang."

"Selamat siang pak."

"Maaf saya sedikit terlambat."

"Ah tidak papa pak, jangan khawatir."

"Kalo begitu, kita mulai rapat kali ini dengan pembahasan proyek kita yang ada di Bandung."

Baru saja tuan besar akan memulai meeting nya, tiba-tiba hp yang ada di atas meja bergetar dan menampakan nama anaknya.

Tanpa berbicara tuan besar itu pun langsung mengangkat sambungan telponnya.

"Maaf sepertinya saya tidak bisa melanjutkan meetingnya."
___________

"Selamat siang."

"Siang."

"Gimana sudah membaik?" Tanya dokter muda dan tampan itu.

"Alhamdulillah udah baikan sih."

"Boleh saya tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Apa orang tua mu sudah ke sini?"

Wajah ceria Raden seketika terlihat murung sekali, entahlah Raden tidak suka jika ada yang menanyakan orang tuanya. Masa lalu yang sangat kelam yang pernah Raden alami, begitu membekas di dalam dirinya sampai saat ini. Emosi Raden yang sering memuncak ketika ada yang membicarakan orang tuanya.

"Boleh kamu telpon orang tuamu untuk ke sini? Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan kepada mereka mengenai kondisi kamu."

"Langsung ke saya aja dok, nanti saya kasih tau mereka."

"Tidak bisa, saya butuh wali kamu."

"Mereka gak bakalan ke sini, dan sampai kapanpun mereka gak bakalan ke sini," ucap Raden begitu lirih, dia juga malah membuang mukanya.
_________________

"WOY JANGAN MAEN CURANG LO BANGSAT!"

"NGACA ANJING! KALIAN YANG CURANG, KALIAN NANTANG KITA ITU MALEM BUKAN DI SIANG BOLONG KAYA GINI!"

"BACOT LO ANJING!"

"ANJING KOK BILANG ANJING!"

"cuaksss"

"Bacot!"

Bughhh
Bughhh

"Kalo lagi tawuran gunain otot bukan mulut!"

"Eheheh maaf put," orang itu hanya cengengesan, untung saja ada Putra yang menolongnya jika tidak mungkin golok musuhnya akan membelah dirinya menjadi dua.

Mereka semua tak henti hentinya saling memukul satu sama lain, mengerahkan semua tenaga dan kemampuannya untuk melumpuhkan satu sama lain. Mereka tidak memperdulikan seberapa parahnya luka yang mereka alami, yang terpenting mereka harus memenangkan tawuran ini, jika tidak mereka yang kalah akan merasa malu dan tertindas, jadi mereka akan mati-matian memenangkan tawuran ini.

"MUNDUR!"

Geng Cilvin mundur dari area pertempuran meskipun ada beberapa orang dari geng Arik mengejarnya dan memukulinya tanpa ampun, Arik sebagai ketua merasa gak masalah toh dia yang ngajak berarti dia juga yang berani nanggung resikonya dan juga asalkan teman-temannya itu tidak kenapa-kenapa Arik boleh saja.

"Bisa biasanya kita di serang dadakan kaya gini," ucap Putra.

"Kur kur kur, jir gelap banget."

"Ada burung yang lepas nih mana besar banget lagi, gak tau malunya lewat di depan kita."

"Burung apaa?"

"Yaz Lo punya burung gak?"

"Heheh burung gue lepas." Ucap salah satu teman Arik sembari menutup bagian bawahnya, ya mungkin karena tempat tawurannya itu tepat di depan rumah teman Arik jadi dia langsung turun ke bawah, tidak memikirkan apapun lagi dia malah langsung ikut tawuran.

"Tapi ada yang aneh sih menurut gue."

"Apa?"

"Kok orang yang nantang kita gak ada ya?"

"Kok ISO?"

"Ya mana gue tau, mungkin dia udah tahlilan kali," ucap putra.

"Si anjir, masa cuma nantang doang langsung doit, Cemen banget."

"Bisa jadi sih, kan Lo tau sendiri si putra psikopat berdarah domba."

Semua nya tertawa karena lelucon yang di lontarkan salah satu teman mereka. Putra cuma diam saja toh mereka sangat random sekali jadi biarlah jangan di masukan ke dalam hati. Toh mereka juga cuma bisa bercanda dengan Putra dan yang lainnya kecuali dengan Arik.

"ZIRAAAJJJJJ ASTAGHFIRULLAH PAKE DULU CALANA KAMU! ADUH GIMANA KALO GADIS TETANGGA LIAT BISA MALU MAMAH!"

"Emak gue udah keluar kandang, yok yang mau ke rumah masuk aja."

"Mau main dulu gak Rik?"

"Gak," hanya itu yang di ucapkan oleh Arik, setelah itu dia langsung pergi mengendarai motornya dan pergi.
____________

keesokan harinya Raden sudah kembali ke sekolah dengan tubuh yang sepertinya sudah segar bugar. Raden berjalan santai di lorong sembari menggoda siswi-siswi yang ada di sana ya meskipun mereka malah melontarkan kata-kata pedas kepada Raden.

"Ah akhirnya gue sekolah lagi," ucap Raden di depan kelasnya.

"Awas ih ngalangin jalan banget," salah satu teman sekelasnya sedikit menyenggol tubuh Raden, untung saja tubuh Raden itu gagah dan sedikit berisi ya walaupun sedikit pendek, ingat ya hanya sedikit!

"Dasar kurcaci main nyenggol-nyenggol aja!" Ucap Raden yang sedikit emosi.

"Cih! Sadar diri!"

"Eh btw hari ini pelajaran apa ya?" Tanya Raden.

"Kimia, biologi, fisika, sama MTK minat."

"Kalo gue gak minat gimana? Boleh dong gue gak masuk kelasnya?"

"Gak gitu konsepnya dodol!" Dia menoyor kepala Raden ke samping.

"Sakit bangke, gue baru keluar dari rumah sakit, gimana kalo gue masuk rumah sakit lagi, emang Lo mau nanggung semem-----"

"Bacot Lo kaya cewek!"

"TITAAAAA GUE ALERGI STROBERI BANGSAT!"

"Bodo."

"Awas aja kalo alergi gue kambuh lagi, Lo yang pertama gue salahin ya!"

"Bacot banget Lo kaya cewek, bisa diem gak sih, sakit telinga gue dengernya!"

"Kalo kata tita mah BODO!"

"Nyebelin banget sih lo jadi cowok!"

"Lebih nyebelin lagi pacar Lo!"

"Awas Lo ya."

"Gue gak takut!"

"Awas Lo!"

Setelah pertengkaran itu, akhirnya ke dua cewek itu mengalah, Raden juga sama dia sekarang hanya diam di bangkunya, paling belakang dan paling pojok, dia melihat ke sekelilingnya, semua teman-teman sekelasnya terlihat sangat akrab dan mereka berbaur sama sekali. Iri? Tentu saja,  Raden juga ingin mempunyai teman, bisa akrab seperti mereka, bermain bersama, tapi apakah daya Raden tidak bisa melakukan itu semua karena Raden tidak punya teman.

"Bunda temenin Raden," lirih Raden sembari menatap ke luar jendela, jika di pikir hidupnya sangat miris sekali.

"Masih hidup aja gue gak di anggap, apalagi kalo gue mati, apa mereka bakalan peduli? Mereka bakalan ngerasa kehilangan gak ya?"

"Pas perpisahan nanti kelas dua belas kalo gue udah gak ada mereka bakalan bawa foto gue gak ya? Tapi emang mereka punya foto gue? Gue rasa nggak."

"Kalo gue mati apa yang bakalan mereka lakuin?"

"Raden! Di panggil sama pak Ikmal tuh!"

"Okey."



___________________________________

Double ah biar kalian seneng ya

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang