27

1.6K 60 0
                                    

Bulu mata yang sangat lentik, alis yang tebal dan kulitnya yang putih itu tersorot sinar matahari dan mata yang terbentuk sangat indah itu masih senantiasa memejamkan matanya.

Mungkin karena tidak ada siapapun yang bersamanya, jadi tidak ada yang menolongnya menutup gorden.

Clekkk

"Masih belum mau bangun?" Tanya seseorang.

"Apa kau tidak lapar hah? Kalo hanya infus saja tidak akan kenyang kau tau, sebagai warga negara Indonesia itu kamu harus makan dengan nasi bukan hanya air saja, itu tidak akan kenyang."

"Cepat bangun lah, aku sudah tidak sabar ingin mengejek mu."

"Dia sudah sadar dok," ucap suster.

Dokter muda yang sendari tadi mengoceh pun melihat mata seorang pemuda yang mencoba membuka matanya, namun sepertinya tidak bisa karena cahaya matahari yang menyorot langsung ke matanya melalui celah-celah jendela.

"Bukalah matamu," ucap dokter itu setelah menghadang sinar matahari yang menyorot ke wajah Raden menggunakan punggungnya.

Dan secara perlahan dia mulai membuka matanya, dia masih belum bisa melihat dengan jelas siapa orang yang ada di hadapannya ini.

"Akhirnya kamu bangun juga," sang dokter menempelkan telunjuknya di dahi dia.

"Siapa?"

"Dari hasil pemeriksaan nya sih, kamu tidak mengalami amnesia ya. Kamu ingat siapa yang kamu kunjungi tadi siang di rumah sakit ini?" Dokter itu mengangkat alisnya, dan memasang wajah tengilnya.

"Ah...," Dia memalingkan wajahnya kesal.

"Raden, katanya sih gak mau balik lagi ke sini ya? Kok malah asik tiduran di sini selama 28 jam?" Ucap Dokter itu di hadapan Raden.

"Ya siapa juga yang bawa saya ke sini, mana ketemu sama lo lagi," ucap Raden.

Suster yang berada di sana hanya menggelengkan kepalanya, wajahnya nampak begitu pasrah ketika melihat kelakuan mereka berdua. Selama ini dia sudah sangat capek sekali dengan kelakuan Dokternya ini yang sangat tengil sekarang dia juga menemukan pasien yang sama-sama tengil.

"Wahaha saya gak tau tuh siapa yang bawa kamu ke sini, siapa ya sus? Tau gak? Siapa ya?"

"Kamu bisa di sini karena dokter Seiji yang menemukan kamu pingsan di tengah jalan dengan wajah kamu yang babak belur," ucap sang suster.

Seketika Raden terdiam, benar kah? Kenapa dia bisa ada di tengah jalan? Bukannya dia kemarin ada di rumah, dan bertemu dengan nya.

"Kaca kaca kaca, gue butuh kaca cepet," Raden ribut sendiri mencari kaca untuk melihat wajahnya. Setelah mendapatkannya dia nampak terkejut karena ternyata ikat kepalanya sudah di ganti. Terus wajahnya yang ganteng ini sudah di penuhi dengan lebam.

"Kenapa se parah ini sih?!" Dumel Raden kesal.

"Sama-sama," ucap Dokter Seiji.

"Siapa Lo!" Raden menatap Tegar dengan sinis.

"Sus suntik mati aja," ucap dokter Seiji sembari berjalan keluar, dia sangat kesal menghadapi Raden yang sialnya akan menjadi salah satu pasien tetapnya.

"Heh sini gak Lo anjir! Lo harus tanggung jawab! Akhhs.." Raden berniat mengejar Dokter Seiji tapi perutnya tiba-tiba sakit tak tertahankan.
__________

Sore hari yang cerah ini, Raden duduk di kursi taman rumah sakit hanya di temani dengan angin saja tapi hatinya sudah terasa tenang. Raden teringat kembali dengan mereka. Sudah bertahun-tahun lamanya Raden sudah terlepas dari mereka, begitupun sebaliknya mereka sudah terlepas dari anak yang bernama Raden ini. Tapi kenapa ingatan itu terus saja menghantui pikirannya.

Apa mungkin karena Raden berusaha melupakan mereka sendirian tanpa orang yang mendukungnya sedikitpun? Sehingga ingatan waktu itu kembali lagi.

Raden menghela nafasnya, kenapa hidupnya seperti ini, apa mereka menunggu Raden di sana? Apa suatu saat nanti mereka akan bertemu lagi, dan berkumpul lagi. Yah semoga aja mereka mau menjemput Raden untuk pulang, jika tidak pun Raden akan bertekad menyusul mereka semua yang sudah meninggalkan Raden di sini.

"Aku sudah tidak sabar bertemu kalian."

"Makasih bunda, karena udah memberikan kenang-kenangan yang paling indah, dan sampai mati pun sepertinya tidak akan ku lupakan."

"Bulan ijinkan matahari kembali bersinar." Sederhana tapi ungkapan kata itu sangat bermakna sekali untuk hidup dan mati seorang remaja yang bernama Raden.

"Bumi itu terus berputar, kalo berhenti itu artinya kiamat!" Ucap seseorang yang membuat Raden terkejut dengan kedatangannya.

"Anak muda mau sok sok an punya masalah, paling cuma masalah cinta doang," ucapnya kembali.

"Congor Lo minta gue sambelin," ucap Raden dengan gemesnya.

Prok
Prok
Prok

Raden heran dengan orang yang ada di sampingnya ini, kenapa dia bertingkah sangat aneh sekali, dia terlihat sangat bar-bar berbeda dari dokter yang lainnya.

Tak lama kemudian ada sekitar lima ners yang menghampirinya sembari membawa branka. Tentu saja Raden terheran heran dengan ini semua.

Awalnya Raden tidak peduli dan menganggapnya bercandaan saja, tapi entah kenapa si ners ini mengangkat tubuh Raden yang kecil mungil tapi bertenaga ini ke atas branka, ya meskipun tenaga Raden kuat tapi jika di pegang oleh lima orang apa boleh buat, Raden mah hanya berteriak aja seperti pasien rumah sakit jiwa sungguhan.

"Woy woy woy, eh anjir lepasin!"

"LEPASSS WOY, GUE MAU MASUK SENDIRI!"

"EH SESAJEN SETAN ANJIR JANGAN MACEM-MACEM SAMA GUE YA LO!"

"Woy, sesajen! Suruh mereka lepasin gue!"

"Gak papa, sebagai dokter yang profesional, saya akan membawa kamu ke rumah sakit jiwa, karena itu tempat yang pas banget buat kamu," ucap dokter Seiji sembari mencolek hidung pari purna Raden.

"DOKTER GILA LO ANJIR! YANG PANTES DI SANA ITU LO, BUKAN GUE!"

"CEPETAN LEPASIN GUE, TANGKAP DIA, KITA BAWA DIA KE RUMAH SAKIT JIWA, KALO PERLU, KALO PERLU NIH YA KITA JUAL SEMUA ORGANNYA BIAR KITA KAYA AHAHAHA!"

"Bakalan jadi pasien tetap," ucap dokter Seiji, dengan menggelengkan kepalanya dan jangan lupakan punggung tangannya yang menempel di kening Raden.
___________

Setelah kejadian tadi, kini Raden tengah bersiap-siap untuk kabur dari rumah sakit, karena selain dia tidak betah tinggal di sini lama-lama, dia juga tidak suka dengan dokter yang menanganinya. Menurutnya dia terlalu kejam dan juga sepertinya sedikit tidak waras. Raden sampai bingung sendiri kenapa rumah sakit menerima orang seperti dia.

Dia kabur dari ruangannya itu melewati jendela, karena kebetulan dia di tempatkan di ruangan lantai satu, jadi sangat mudah sekali untuk dirinya kabur.

Susah payah Raden berusaha mengelabuhi petugas rumah sakit ini dengan berpura-pura sebagai pengunjung, ya meskipun tadi ada sedikit kendala karena tadi sempat ketahuan.







____________________________________

Weh tambah bingung we gimana ini kelanjutan ceritanya :(

Makin sini makin kacau, alurnya amburadul gak sih :(

Maaf ya ges cuma penulis amatiran
Makasih udah ada yang baca
Jangan lupa VOTE dan KOMEN aku tunggu ya

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang