Hertz 8

2.2K 291 32
                                    

Hertz 8.

--
Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya gadis pirang bermata indah itu menganggukkan kepalanya pasrah. Ia menyerah dengan ke-keras kepala-an seorang Greyson Michael Pevensie.

"Aku janji besok aku akan mendapat pekerjaan baru dan tak akan merepotkanmu lagi, Mr. Pevensie"kira-kira itulah kalimat terakhir yang Orion ucapkan pada Greyson sebelum mereka menaiki mobil Greyson menuju rumahnya, dan saling diam satu sama lain.

Mata Orion membulat ketika lelaki jangkung yang dikenalnya di taman itu membawanya kedalam sebuah kamar yang sangat besar, dengan sebuah kasur berukuran jumbo tentunya. Dan oh, jangan lupakan televisi keluaran terbaru yang menempel di dinding berlatar belakang gambar dedaunan itu.

"Sumpah demi apapun, aku bisa tidur di kamar tamu, Grey"ucap Orion sambil menatap Greyson tak percaya. 'bisa-bisanya lelaki ini menyuruhku untuk tidur dikamar adiknya'

Greyson meletakkan koper pakaian milik Orion di dekat sebuah lemari berwarna putih di sudut ruangan, dan menghampiri gadis yang sedari tadi masih membeku di depan pintu. "Ya, ini kamar tamunya, nona Lippershey. Kau pikir ini kamarku, Huh?"

Orion menaikkan sebelah alisnya, "bukan kamar adik atau kakakmu?"

"Bukan, saudara kembar ku tinggal di rumah yang berbeda"jelas Greyson seraya menyalakan penghangat ruangan yang ada di kamar tersebut. "Kalau kau butuh apapun, kau bisa mengetuk kamarku, tepat berada disebelah kamar ini"

"Ta--tapi--"

"Tak ada tapi-tapian"Greyson mendorong tubuh Orion untuk memasuki kamar. "Selamat malam, Orion"ucap Greyson sambil menghilang dari balik pintu kayu berwarna coklat yang membatasi ruangan luar dengan kamar tamu keluarga Pevensie tersebut.

---
Sinar mentari menembus jendela sebuah kamar yang penghuninya masih terlelap dibalik selimut nya. Seorang lelaki tampan, yang memiliki rambut berwarna coklat. Zedd Edward Horan, remaja yang kini sedang menempuh pendidikan dokter itu sempat mengerjapkan matanya beberapa kali karena kesilauan, namun detik berikutnya lelaki itu kembali mencoba memasuki alam tidurnya.


Ceklek..

Pintu kamar tersebut terbuka pelan dan menampilkan sosok gadis berparas cantik dengan manik mata birunya. Perlahan, ia masuk dan kembali menutup pintu. Gadis itupun berjalan mendekati Zedd, dan tertawa kecil ketika melihat ekspresi wajah Zedd yang benar-benar lelah. Mungkin karena semalam lelaki itu sibuk begadang mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke Amerika. Tak ingin menyia-nyiakan moment berharga, gadis berambut pirang tersebut mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar Zedd yang sedang tertidur pulas memeluk gulingnya layaknya seorang bayi.

"Zedd.. Wake up!"ucapnya sambil menggoyangkan tubuh kakak lelakinya tersebut.

Zedd mengerang, dan membuka matanya malas. "Jangan mengganggu tidur ku dan urusi saja kura-kura mu, Pearl"kata Zedd seraya berbalik badan membelakangi Pearl. "Aku tak akan bangun sampai aku benar-benar ingin bangun"


"Woah, kura-kura ku sudah kuurus sejak pagi, Zedd."Pearl melipat kedua tangannya didepan dada lalu mengangkat alisnya jahil. "Hm... Begitu ya?kau tak akan bangun sampai kau benar-benar ingin bangun?"

Zedd diam, namun ia menjawabnya dengan mengangkat ibu jarinya.

"Walaupun Alicia sedang menunggumu dibawah?"kata Pearl dengan senyum penuh kemenangan. Ia yakin, sebentar lagi kakaknya akan segera bangun dari tidurnya dan langsung menghampiri kekasih hatinya, Alicia.

Dugaan Pearl ternyata benar 100%. Tiga detik setelah Pearl menutup mulutnya, Zedd sudah duduk dan melempar selimut nya ke sembarang tempat. Ia menghampiri Pearl dengan wajah khas bangun tidurnya.

Hertz // g.c and a.bTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang