3 Maret 2023
Sore itu mendung. Aku yang telah siap pergi dan sudah berdiri di teras rumah mendongak, menatap langit yang sepertinya enggan mengizinkan aku untuk pergi.
Benar saja, satu tetes, dua tetes dan semakin banyak tetes air hujan jatuh membasahi tanah.
Aku menghela napas kecewa.
Aku tentu tidak bisa membatalkan janji kali ini, karena seseorang yang telah memiliki janji denganku telah lebih dulu sampai. Namun, aku sangat malas jika harus basah.
Aku menghela napas lagi. Terpaksa, aku harus menerjang gerimis sebelum semakin deras dan aku harus menggunakan jas hujan. Itu lebih merepotkan.
Aku memakai helm yang sejak tadi aku pegang, dan segera berjalan menuju garasi untuk mengambil beat putih biru kesayanganku.
Ngomong-ngomong mengenai hujan yang sedang ku terjang sekarang, aku mengingat satu moment yang sangat berkesan dihidupku.
Itu kenangan yang indah, menurutku. Namun, itu juga menyakitkan jika harus diingat. Ada beberapa kenangan yang indah, namun hanya cukup untuk dikenang saja, tidak perlu selalu diingat apalagi berharap bisa terulang kembali.
Benar, aku tidak ingin itu terulang kembali. Bahkan, jika boleh aku meminta aku lebih memilih tidak pernah memiliki kenangan ini.
Tanpa sadar, aku telah sampai ditempat tujuan. Setelah memarkir motor dan melepaskan helm, aku sedikit merapikan penampilanku yang sedikit basah terkena air hujan.
—lebih tepatnya gerimis kecil.
Aku berjalan mendekat ke sebuah cafe yang menjadi tempat aku dan seseorang ini bertemu. Aku berhenti sebentar dibalik jendela kaca yang menampakkan suasana didalam sana. Itu tidak terlalu ramai dan sepertinya nyaman untuk mengobrol. Tanpa sadar, mataku melihat siluet seseorang yang menjadi tujuanku datang.
Dia disana, duduk dengan tenang dengan ponsel ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma
Teen FictionDia pernah akan kembali percaya, namun hubungan terakhirnya membuatnya kembali jatuh kedalam jurang yang bahkan sekarang sepertinya jurang itu semakin dalam. Yang membuatnya kini kembali merasa "trauma".