Pagi yang cerah ini ia mulai bersama secangkir susu dan selembar roti dengan olesan mentega hambar diatasnya. Jenna menghirup udara pagi dengan senyum manisnya kemuadian sesekali ia menyeruput amunisinya sebelum memulai hari yang menurutnya akan berjalan dengan kebahagiaan.
Setelah menikmati suasana pagi yang segar, kemudian Jenna melanjutkan aktivitas hariannya, yaitu kuliah. Nevasha el-Jenna adalah seorang gadis keturunan Belanda yang kini melanjutkan studinya di salah satu universitas di Indonesia. Ia tinggal bersama neneknya di suatu daerah di pinggiran kota. Tidak ada alasan tertentu mengapa ia memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya di negara kincir angin tersebut. Jenna hanya merasa nyaman dengan lingkungan rumah neneknya yang asri dan tetangga yang ramah.
"Pagi, pak!" Ucap Jenna yang berpapasan dengan tetangganya ketika hendak ke kampus.
"Pagi, Mba Jenna. Mau berangkat kuliah ya?" Ucap Pak Ben, seorang pria paruh baya yang selalu menyiram burung-burung kesayangannya dipagi hari.
"Iya, pak, mari." Kemudian Jenna melanjutkan perjalanannya menuju kampus.
Jenna dijuluki si-positive vibes oleh teman-temannya sebab selalu ada keceriaan disetiap kehadirannya. Tak hanya itu, beberapa temannya kerap memanggilnya dengan sebutan 'bocil' karena tubuhya yang mungil. Jenna tak masalah dengan hal itu, toh pendek gini juga lucu kan? Bukan kayak sendok Nyam-Nyam! Apa lagi botol Yakult.
"Pak Karis kayaknya gak akan masuk kelas deh, soalnya ini udah telat setengah jam. Gimana kalau kita nongkrong di kafe depan kampus aja?" Ujar Keisha, teman sekelas Jenna.
"Gak usah sok nongkrong di kafe, Kei, uang kas lo aja masih nunggak." Liam yang sebelumnya sibuk dengan game-nya menanggapi ucapan Keisha, kemudian diikuti gelak tawa dari seisi kelas.
"Yee... Sibuk aja lo, nanti juga gua bayar." Keisha membuat ancang-ancang untuk melempar bukunya ke arah Liam yang sedang Bersiap untuk melanjutkan tidur paginya diatas meja.
"Mending kita ke perpus aja ya, pusing gua liat lo berdua kayak jam abis batre." Ajak Jenna.
"Lah korelasinya jam abis batre sama gua apaan?" Keisha bertanya dengan heran.
"Ga pernah akur!" Jenna menarik paksa tangan Keisha menuju perpustakaan fakultas. Keisha meninggalkan ruang kelas dengan tatapan geram ke arah Liam yang kini menampakkan wajah menyebalkannya dengan lidah yang menjulur.
Liam adalah salah satu teman Jenna yang suka mencairkan suasana dengan candaan recehnya. Perlu diketahui juga kalau Liam dan Keisha tidak pernah akur dalam keadaan apapun. Seperti ketika Jenna pingsan, Liam sibuk memarahi Keisha karena gadis itu malah menelpon pemadam kebakaran. Keisha bilang, ketika ia menonton serial kartun anak Upin & Ipin, sang pemadam kebakaran berkata bahwa mereka dapat membantu segala hal, bahkan dalam keadaan mendesak sekalipun. Kemudian terjadilah keributan hingga Jenna tersadar dengan sendirinya, lalu bergegas meninggalkan dua makhluk itu.
***
Suasana hening di perpustakaan siang itu terpecah ketika beberapa orang mengalihkan pandangannya kepada seorang wanita yang tengah telungkup diantara rak buku yang ada di ruangan itu. Ya, itu adalah Keisha. Wanita berambut coklat gelap itu menyeringai sembari sesekali menunduk seolah meminta maaf kepada orang-orang yang ada di perpustakaan tersebut. Tak sehari pun Jenna lalui tanpa rasa malu ketika ia sedang bersama Keisha.
"Lo ngapain sih barusan? Ada aja kelakuannya." Jenna sedikit berbisik kepada Keisha sembari menutup wajahnya dengan buku yang sedang ia baca.
"Barusan ada cowok ganteng banget, Jen! Niat gua sih mau gua kenalin ke lo, tapi gua malah kesandung kaki rak buku." Keisha memasang wajah melasnya.
"Keisha, bisa diem gak sih? Gak penting banget tau, gua jadi malu." Jenna mulai kesal terhadap kelakuan Keisha.
"Kalau malu ya pake baju, Jen." Ucap Keisha yang kemudian dibalas tatapan sinis oleh Jenna.
Sesaat setelah percakapan antara kedua wanita itu berakhir, Keisha memutuskan untuk pergi ke toilet untuk merapihkan pakaiannya. Kemudian datanglah seorang pria berbadan gagah dan tinggi menghampiri Jenna.
"Permisi, kursinya kosong, kan? Gua boleh duduk disini?" Gumam pria itu memecah fokus Jenna terhadap buku yang ia genggam.
"Oh iya, duduk aja." Dengan sedikit gugup Jenna menanggapi pria tersebut.
Suasana canggung menyelimuti antara Jenna dan pria itu, Jenna berharap Keisha akan kembali secepatnya. Tak lama kemudian datanglah seorang wanita dengan aksi hebohnya yang berlenggak-lenggok bagai miss universe.
"Wah... siapa ini, Jen?" Keisha yang baru datang langsung melemparkan pertanyaan kepada temannya itu.
Tanpa sepatah kata, Jenna melototkan matanya melirik Keisha kemudian mengalih pandangannya ke kursi di depannya seakan mengisyaratkan agar Keisha duduk tanpa bersuara karena sejujurnya ia tak mau menanggung malu untuk yang kedua kalinya di hari ini.
Namun, bukan Keisha namanya jika penasaran masih mengganjal tak ia tuntaskan. Gadis itu masih ppenasaran dengan wajah pria yang sekarang duduk disampingnya. Keisha hanya melihat sekilas sisi wajah pria yang sedang fokus dengan bacaannya. Ketika Keisha mengalihkan pandangannya kepada pria di sebelahnya, ia terkejut karena itu adalah sosok pria yang ingin ia perkenalkan kepada Jenna.
"Hai, kak! Sendirian aja?" Tanpa rasa malu Keisha bertanya kepada pria disampingnya.
"Oh hai, iya sendiri aja sih. Anyway, lo yang jatoh di depan tad ikan?" Pria itu menanggapi pertanyaan Keisha.
"Iya nih, tadi gua mau ngenalin lo ke temen gua ini, tapi malah kesandung." Keisha menjawab dengan tawa sembari menunjuk Jenna seakan pria itu dan dirinya adalah teman lama. Kemudian pria itu menanggapinya dengan tawa kecil.
Sepertinya tanpa dijelaskan kita semua akan mengerti bagaimana Jenna menanggung rasa malunya. Ingin rasanya Jenna menarik lengan Keisha untuk pergi dari tempat tersebut, namun sepertinya sulit. Pada akhirnya Jenna berhasil menarik Keisha keluar dari perpustakaan itu.
Baru beberapa langkah mereka menjauh, Jenna menyadari bahwa handphone-nya yang sedang di charge tertinggal di atas meja tepat di depan pria tadi. Gadis itu mengalahkan rasa malunya untuk kembali ke dalam ruang baca untuk mengambil barang miliknya. Namun ketika ia hendak memasuki ruangan, tepat di depan pintu ia menabrak seseorang hingga terjatuh. Telapak tangan Jenna terkena batu sehingga terluka karena menopang tubuhnya.
"Aduh! Maaf ya, gua buru-buru soalnya handphone gua ketinggalan." Ucap Jenna merasa bersalah sembari ia merapikan kembali barang bawaannya.
"Are you okay, Jen?" Pertanyaan pria itu sambil menjulurkan sebuah handphone ditangannya membuyarkan aktivitas Jenna.
"Sorry?" Gumam Jenna seakan bingung, seseorang yang ia tabrak ternyata pria yang duduk didekatnya tadi. Kenapa handphone-nya harus berada di genggaman pria itu? Lalu, bagaimana ia bisa tau nama Jenna?
"Verry nice to meet you again, Jenna." Pria itu mengembalikan handphone Jenna kemudian meninggalkan gadis itu begitu saja.
Jenna salah akanpersepsinya bahwa hari itu akan berlalu disertai kebahagiaan. Terlepas darikekesalannya terhadap Keisha, harinya malah diselimuti rasa bingung. Cukupmerasa lelah dengan semua yang terjadi, Jenna mengakhiri harinya dengansecangkir jahe hangat buatan neneknya. Berharap hari berikutnya akan lebih baik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai
Teen FictionMengisahkan tentang seorang gadis polos yang hidup bahagia sebelum orang-orang terdekatnya menghancurkan kebahagiaan itu. Mereka membuat gadis polos itu terpuruk berkepanjangan. Cerita ini hanya fiksi dan murni dibuat oleh author. Mohon untuk dimakl...