2. 8 AM & 8 PM

2.1K 248 7
                                    

〔༻ 🌠 ༺〕

Lima menit sudah Arel kelimpungan di dapur. Membuka kulkas lalu menutupnya lagi. Membuka semua kabinet atas dan bawah lalu menutupnya lagi. Dia juga memandangi meja dapur dari ujung ke ujung kemudian bengong.

Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Usai bangun tidur dia hanya ke kamar mandi untuk sikat gigi lalu langsung ke dapur. Namun begitu tiba, dia malah mendadak lupa ingin melakukan apa.

"Lemon water?"

Tangan Nila yang memegang segelas air lemon tiba-tiba muncul di hadapan Arel.

Mata Arel akhirnya terbuka sepenuhnya. Dia mengambil alih gelas di tangan Nila sambil menatap wanita itu takjub. "Kok tau?"

Benar, lemon water! Arel tadi ingin membuat itu.

"Tau dong. Lo suka minum itu tiap pagi, kan?" Nila menempati kursi meja makan lalu mengulas senyuman misterius. "Gue itu tau semua kebiasaan lo, Rel."

"Semua?" Arel terkekeh dengan nada meremehkan. "Jangan sok tau," cibirnya.

Arel, yang kini sudah terduduk di hadapan Nila, bertanya penasaran sesudah meneguk lemon water-nya, "Itu lo masak sendiri?"

"Hmm." Nila membalasnya dengan gumaman karena masih mengunyah. "Mau?"

Sesendok nasi goreng Nila arahkan ke mulut Arel. Namun ketika Arel membuka mulutnya, Nila malah memutar balik arah sendok itu yang kemudian berakhir ia lahap sendiri. "Bikin aja sana sendiri," cibirnya.

Arel yang baru saja menelan angin itu melayangkan tatapan sinis pada Nila. Sementara Nila sedang tertawa renyah tanpa memedulikan pria itu.

"Sorry, sorry, lo mau? Sebentar gue ambilin dulu," kata Nila di sela-sela tawanya.

Sepiring nasi goreng Nila letakkan di depan Arel. Arel melirik piring itu sekilas. "Gak usah gue gak laper."

Segelas lemon water Arel teguk dengan brutal sampai tandas. Dia kemudian bangkit dari duduknya. Baru dua langkah berjalan meninggalkan meja makan, perutnya malah berbunyi di waktu yang amat--sangat--tidak tepat.

Nila menahan tawanya begitu mendengar suara perut Arel.

Arel yang berdiri membelakangi Nila itu menghela napas berat. Gagal sudah niatnya ingin kesal dengan keren. Mau tak mau, dengan mengubur rasa gengsi, dia berbalik dan duduk kembali di kursi yang sama.

Sebelum menyantap nasi goreng, Arel berujar, "Bukan gue yang laper, tapi perut gue."

***

Satu hal yang menyambut Arel ketika masuk ke kamarnya adalah suara nada dering ponselnya yang menggema. Buru-buru ia memeriksa siapa si pemanggil. Oh, ternyata orang yang kini menghubunginya secara video call itu adalah kakeknya, Kakek Cahyadi.

Buru-buru Arel mengibrit kembali lagi ke dapur. "Nilaaa!!"

Nila terlonjak. Dia ingin ke kamar usai mencuci piring namun teriakan Arel menginterupsinya. Tak lama kemudian, pria itu muncul. "Kenapa sih, Rel?"

"Sini." Arel tiba-tiba merangkul pundak Nila dengan sebelah tangan sedangkan sebelah tangan lainnya memegang ponsel di hadapan wajah mereka berdua.

"Pagi, Kakek!" sapa Arel sebisa mungkin berekspresi bahagia.

"Pagi. Ke mana aja kamu? Dari tadi Kakek vc gak diangkat-angkat."

"Tadi lagi sarapan."

"Yang bener?" Kakek kelihatan tidak percaya. Tatapan penuh selidiknya itu tertuju pada Arel.

520 | aedreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang