Chapter 38 : Reception Or...Trap? {Last}

21 2 0
                                    

Jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Happy reading guys!!

Warning!!!

Ada adegan 17+ jika tidak berkenan silahkan di skip.

****

      Felicia menghela napas pelan, akhirnya dia bisa keluar dari kerumunan para tamu. Wanita itu terdiam memandang lekat pemandangan indah yang ada dihadapan nya, kini dia sedang ada dibalkon salah satu ruangan yang ada disana.

     Setelah diskusi tadi mereka segera bubar menyapa tamu. Setidaknya acara mereka tidak boleh ditunda. Ya walau hanya acara formal bukan resepsi sesungguhnya, tapi Felicia lebih menyukai seperti itu.

      Felicia tersentak saat merasakan ada orang yang memeluknya dari belakang, dia menghela napas lega saat tau sang suami lah yang memeluknya.

     "Kenapa hem?" tanya Alan dengan lembut yang dibalas gelengan pelan oleh Felicia.

     "Cuma...capek doang. Cia gak pernah ngerasain hari sepanjang ini," ucap Felicia sambil bersandar pada Alan.

     Hening mereka sama-sama terdiam, Alan mencium bahu Felicia kemudian pipi istrinya itu. "Jangan terlalu dipikirin Cia."

    "Gak bisa Mas, Cia tetap kepikiran, Ay bakal baik-baik aja, kan?" tanya Felicia dengan nada sendu.

    "Tentu dia akan baik-baik saja. Itu hanya perkiraan Om Leo Cia. Kamu lihat sendirikan, anak kita sehat gitu kok," ucap Alan.

     Itu hanya penghibur, Felicia tau itu dan Alan sadar dengan ucapannya. Dia tau itu bukan hanya prediksi dari Leo tapi memang kenyataannya.

     "Mas, Cia memang harus pergi ke sana," lirih Felicia.

    "Gak bakal Mas izinin," tegas Alan membuat Felicia berbalik dan memandang Alan dengan wajah memeles.

     "Sayang."

     "Nggak Ci. Mas gak siap. Biar Mas cari jalan keluar lain ya, kamu tenang aja oke, Mas yang bakal lindungin kamu bukan sebaliknya. Mas bakal lakukan apapun untuk Ay, jadi kamu tenang aja oke," ucap Alan memandang Felicia dengan meyakinkan.

     Felicia mengangguk pelan kemudian memeluk Alan yang balas memeluknya dengan sesekali mencium puncak kepalanya.

    Walau Alan berkata seperti itu dan tak mengizinkan nya, tetap saja Felicia akan pergi ke desa itu. Jiwa nekatnya terlalu melekat kuat di dirinya.

     "Kamu menemukan banyak informasi tadi?" tanya Alan.

     "Hem, lumayan, aku berutang punya suami seperti ini. Koneksi Mas gak main-main. Ya wanita-wanita yang berbicara dengan Cia, beberapa punya informasi menarik dan beberapa bagian DE," ucap Felicia sambil terkekeh kecil mengingat informasi yang dia dapatkan.

     Alan tersenyum melihat itu, tidak semangat seperti biasanya namun itu cukup untuk membuat pikiran Felicia teralih. Dia senang, dia mengangkat topik yang tepat kali ini.

     "Lalu gimana sama rencana kamu? Kamu belum bilang sama Mas loh, katanya mau bilangin malam ini," ucap Alan mengelus pipi Felicia yang menatapnya sambil tersenyum.

     "Cia hampir lupa. Hehe, Cia pengen menuang minyak kedalam api, biar apinya tambah gede," ucap Felicia membuat Alan tersenyum.

     "Oke gimana caranya?"

     Baru Felicia ingin berucap dia merasakan seseorang didekat mereka, Felicia tersenyum mengangkat tangannya dan mengelus lembut rahang Alan yang tampak menikmatinya.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang