1. Hidrogen dan Helium

77 2 0
                                    

On? 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠!

Let's Go!

>>>

Seorang guru tengah menatap seorang laki-laki yang tengah menunduk takut, berjalan layaknya setrikaan dengan tangan membawa penggaris besar. Menyipitkan matanya kala orang di depannya mencuri-curi pandang. "Apa?"

"Eng-enggak pak."

Guru itu melirik kearah jam tangannya. "Mana teman-teman kamu?" Tanyanya.

"Saya gak tau pak, mungkin mereka udah pulang!"

"Mana ada! Memangnya saya tidak tau kalian bolos kemana hah? Tempatnya tidak jauh dari raftop, taman belakang, ruang musik, dan kalo pun kalian bolos pasti lewat pagar pinggir deket kantin belakang kan!"

Laki-laki itu menelan ludahnya kasar.

"Jangan mentang-mentang kamu anak orang kaya kamu seenaknya!"

"Tapi emang iya pak."

"Diam kamu!"

Laki-laki itu kembali diam.

"Jupiter Roberta! Cucu ketua yayasan Bima Sakti, anak bapak direktur Anton Robert Hooke! Berdiri lapangan sampai jam ke lima!"

Namanya Jupiter Roberta, anak yang di pandang tinggi dan di takuti oleh orang-orang di sekolahnya. Laki-laki ini masih duduk di kelas 11, sekolah ini sudah seperti miliknya, peraturan hanya lah angin kecil menurutnya. Toh dia pikir tidak ada yang bisa melarangnya melakukan apapun yang dia itu inginkan, dia punya segalanya.

"Ganteng banget dia!"

Itu kata orang-orang yang melihatnya.

Laki-laki itu berdiri di tengah lapang yang panas dan gersang, beberapa kali menggaruk lehernya sendiri karena meresa tak nyaman dengan dirinya sendiri yang sudah berkeringat dan lelah. "Prihal kecil." Guraunya tak jelas.

"Bodoh! Di hukum malah ngajak-ngajak kita."

Jupiter menengok kearah samping lalu mengerutkan keningnya. "Lo pikir gue ngajak siapa hah? Temen gak tau diri!" Makinya pada dua orang laki-laki yang ikut berdiri bersamanya di tengah lapang.

"Terserah lu!" Ucap mereka serentak.

"Gak usah berisik! Memangnya kalian mau saya tambahin hukumannya hah?" Guru yang tengah memperhatikan mereka di depan sana menatap dengan sorot mata menyeramkan, layaknya akan menelan ketiga laki-laki itu.

"Enggak pak!"

"Makanya diam!"

Ketiga laki-laki itu kembali tegak untuk menghormati bendera di atas tiang sana.

Sangat melelahkan, tapi ini konsekuensinya.

"Abis ini makan baso ya boy?" Ucap salah satu temannya dengan berbisik.

"Hm..."

Jupiter sudah hidup berkecukupan dari kecil. Dia memiliki kuasa atas hidupnya, sifat yang besar kepala dan sedikit bandel, itu semua sudah menjadi ciri khas sang ketua basket.

Bukan hanya itu dia juga seorang ketua geng bernama Jovia...

>>>

"Ganteng banget dia ih!"

"Jupi ganteng!"

"Jupi mau gak jadi pacar kakak?"

"Dia tuh royal banget yah, udah ganteng baik lagi!"

Jupiter Aurora | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang