Chapter 3

314 34 18
                                    

Sam terbangun karena suara kamera dan juga gerakan Iyen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sam terbangun karena suara kamera dan juga gerakan Iyen. Dia kemudian memiringkan tubuhnya dan menarik tangan mereka berdua yang saling mengenggam sejak semalam. Tapi, dia kemudian bergerak mendekati Iyen, masih dengan mata terpejam dan memeluk laki-laki itu, menyamankan posisi kepalanya di dada si yang lebih muda dan berkata lirih "Hari ini lo gak usah ngantor" dan seuntai senyum terukir di bibirnya saat Iyen mengelus rambutnya lembut dan dan menjawab "Ok" dengan lirih, Sam pun kembali tertidur.

Lagi-lagi, Iyen hanya bisa diam dan merenung. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Sam inginkan. Bukankah laki-laki itu memintanya pergi? Tapi kenapa kini justru laki-laki itu seolah-olah enggan untuk jauh darinya? Apakah semua laki-laki dewasa—hampir kepala empat seperti ini? Benar-benar membingungkan. Bukankah sangat mudah untuk berkata iya atau tidak? Untuk menentukan benar atau salah? Sam sudah hidup lebih lama darinya.

Iyen kemudian memutar tubuhnya hingga kini dia berbaring menyamping. Sam yang sedang tertidur lelap langsung bergerak menyamankan posisinya dan kini kepala laki-laki itu kembali berada di dadanya dan tangannya memeluk pinggangnya, benar-benar tidak membiarkannya untuk bergerak menjauh bahkan hanya satu senti.

Iyen bisa merasakan pergolakan batin Sam. Jika laki-laki itu bingung, bukankah seharusnya dia meyakinkannya? Tapi, apa yang harus dia yakinkan? Meyakinkan Sam untuk melepasnya atau meyakinkan Sam untuk bersamanya? Jujur saja, dia sendiri pun tidak tau. Berkali-kali teman-temannya menanyai hubungan mereka, menanyai perasaannya pada Sam. Tapi, lagi-lagi, dia sendiri hanya tau bahwa dia sangat menghormati Sam. Cinta? Ntahlah, jika teman-temannya itu menjadi patokan, maka apa yang mereka rasakan—dia rasakan— sepertinya tidak masuk dalam semua kategori itu.

Peter, dia mencintai Rhino, tentu saja. Laki-laki itu tidak pernah mengeluh tentang suaminya selain tentang Rhino yang merupakan seorang mafia dan akan melakukan apapun untuknya, melindunginya. Dan ya, Rhino, seorang mafia yang seharusnya berdarah dingin, justru bersikap begitu lembut pada suaminya. Di matanya, Peter adalah yang paling sempurna untuknya. Kedua orang itu begitu saling mencintai bahkan tanpa perlu mereka berdua mengatakannya, semua terlihat dari bagaimana mereka bersikap terhadap satu sama lain.

Lix? Jangan ditanya. Hubungannya dengan Lewis bagaikan sebuah kisah sempurna di negeri dongeng. Seorang laki-laki yang terombang-ambing di lautan yang ditemukan oleh seorang saudagar kaya yang sedang berlayar. Meskipun Lewis dulunya adalah seorang playboy, tapi rasa cinta laki-laki itu begitu terpancar untuk Lix, dan untuk Lix seorang. Lewis begitu perhatian dan pengertian, meskipun terkadang Lix bersikap keanak-kanakan, tapi Lewis selalu bisa begitu sabar dan memberikan pengertian pada suaminya itu.

Dan Sky? Oh... meskipun laki-laki itu sering mengeluh tentang Chris—bahkan sangat sering. Tapi percayalah, Iyen tau bahwa laki-laki itu begitu mencintai suaminya. Sky berasal dari keluarga kaya, salah satu konglomerat di Korea. Tapi, laki-laki itu tidak pernah menggunakan kekuatan keluarganya untuk kehidupan pribadinya. Sky memilih untuk menjalani hidupnya sesuai dengan keinginannya. Dan meskipun perjalanan cintanya dengan Chris begitu berkelok-kelok, nyatanya mereka berdua kini memiliki sebuah keluarga kecil yang begitu harmonis.

DLMLU - HyunJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang