utusan bunda.

23 7 5
                                    

◇◇◇◇◇

◇◇◇◇◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Howaaa...", Aku berjalan mendekat begitu indra penciumanku menangkap aroma sedap sebuah kue brownies dari dapur. Disana kudapati bunda yang sedang mengeluarkan dua buah loyang roti dari dalam oven dan meletakkannya ke atas meja.

"Hmm... Bronis cokolat picang weh", ucapku khas nada bicara saat aku masih cadel dulu. Bunda tersenyum kecil sambil menanggalkan kedua sarung tangan anti panasnya.
"Iya... Tunggu dingin dulu baru nanti kakak yang potong potong ya",

"Ara tebak pasti mau dibagi bagikan ke tetangga yah?", Aku semakin mendekat kearah meja makan dan meraih sebuah kipas plastik bergambar Barbie pemberian Haikal hadiah menang lotre saat kami gabut dan membelinya dari pedagang mainan pinggir jalan. Yeah, Haikal mengincar sebuah bola pantul yang bagus dan enak untuk melempariku sepuasnya tanpa sakit namun yang ia dapatkan malah kipas barbie mini berwarna pink.

Aku ngakak kritis saat itu, awalnya haikal tampak tidak menpermasalahkannya dan memakainya dengan santai saat di sekolah atau di dalam angkot, tapi sepertinya karena terus menerus kuledek akhirnya ia pun memberikan kipas itu kepadaku.
_okay tips sederhana cara merampok barang dari teman ya kawan :')

"Tumben bunda bikin brownis banyak seperti ini?", Tanyaku lagi sambil terus mengipasi kue brownis yang masih mengepul panas tersebut.

"Lagi pengen aja, kemarin bu Karina ngobrol lama sama bunda, ternyata Bu Karina malah suka sama brownies pisang coklat yang bunda bawakan itu, jadi bunda bikin sekalian kasih resepnya deh",

"Bu.. Bu karina?", Tanyaku membeo dengan alis berkerut. Bunda mengangguk sekali, "iya, bundanya nathan..., Kakak kan ngeluyur seharian sama haikal waktu itu",

"Oh iya",

"Kakak malam ini ngga sibuk kan?", Tanya bunda. Aku langsung menjawab dengan sebuah gelengan, "why?",

"Hmm... Bunda minta tolong antarkan ini ke rumah ikal, om yanuar sama ke rumahnya nathan bisa?",

Aku tidak memiliki alasan lain yang bisa kupakai saat ini, jadi tentu saja tanpa butuh waktu lama aku pun mengiyakannya, "bisa.. Ara kan anak serba bisa", aku tersenyum nyengir kuda sesaat namun dengan sedikit tambahan toping wajah datar.

Setelah beberapa menit momenku menikmati brownies pisang coklat buatan bunda yang tiada taranya, kini tibalah saatnya tugasku menjadi utusan bunda alias petugas delivery dadakan. Hmm.... Baiklah, ada tiga target menantiku, rumah Nathan disebelah kanan, rumah om yanuar di depan dan terakhir rumah Haikal di sebelah kiri.

Meskipun aku tinggal di kota solo yang terkenal cukup padat, namun daerah perumahan di kampung tempat tinggalku ini malah cukup lenggang, solo memang padat tapi di beberapa tempat lumayan dekat juga dengan persawahan.
Di sekitar rumahku hanya ada 4 rumah lainnya yang berdekatan. Selain yang kusebutkan diatas tadi, sebenarnya ada rumah seorang tetanggaku lagi, pak budi namanya dia adalah saudara kandung dari pak diman, pemilik anjing herder hitam yang mengejarku beberapa hari lalu.

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang