• Chapter 8 •

2.4K 230 12
                                    

enjoyy!

update dalam rangka hpbd wonuu xixixi... ada yang masih bacaaa kan?☝🏻 hehe

***

Karina bangun lebih awal dari biasanya, matahari belum sepenuhnya menampakkan diri, ia sudah terbangun. Lebih tepatnya, ia tidak benar-benar tidur. Tubuhnya menempel di kasur, matanya terpejam, tetapi kepalanya ramai. Gadis itu bangun dengan perasaan yang hampa. Dadanya kembali terasa ditekan. Sesak.

Karina mengusap air mata yang lagi-lagi jatuh tanpa disuruh dari pipinya. Karina menghembuskan napas dalam-dalam. Ia tidak boleh seperti ini. Karina pun bertekad untuk lari pagi demi menghibur dirinya sendiri.

Udara pagi yang sejuk mungkin bisa membuat perasaannya lebih baik. Karina menyibakkan tirai jendela kamarnya, pemandangan rumah seberang--tepatnya kamar Wisnu langsung terpampang nyata di depannya. Hanya melihat kamarnya saja membuat perasaan sedih kembali menghampirinya.

Karina pun segera berbalik dan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya lalu berganti pakaian yang pas untuk olahraga.

Suasana rumah masih sepi di jam setengah enam pagi. Karina menghampiri ruangan tempat Leo berada. Gadis itu mengambil harness yang tersimpan di dalam storage box dan memasangkannya ke tubuh kucing berwarna putih-oren tersebut. Karina memutuskan untuk membawa Leo jalan-jalan pagi bersamanya.

"Ayo Leo! Temenin babu kamu yang lagi patah hati ini, okay?" ujarnya sambil mencium Leo yang ada di gendongannya.

Begitu Karina membuka pintu, udara pagi yang sejuk menyambutnya. Memutuskan untuk berolahraga di pagi hari di tengah mood-nya yang berantakan adalah keputusan yang sangat tepat. Setidaknya ia tidak begitu menyedihkan dengan hanya ada di kamar meratapi kisah cintanya yang tragis.

"Leo! emang aku kurang apa sih? kok bisa ya Mas Wisnu nggak pernah gitu ngelirik aku barang sekaliiii aja!" Karina memulai curahan hatinya kepada Leo yang berjalan santai dengan tali harness di genggaman Karina.

Jalanan kompleksnya cukup sepi sehingga Karina tidak malu-malu banget curhat kepada seekor kucing yang hanya bisa menanggapi dengan 'meow meow'.

"Apa? Aku nggak kurang apa-apa?" kepala Karina sedikit menunduk seolah-olah mendengarkan jawaban Leo. "Bener! aku nggak kurang apa-apa. Emang Mas Nu aja yang eror! Liat aja nanti dia nyesel karena nggak sama aku! Iya kan, Leo?"

"Nanti dia pasti nyesel karena kehilangan orang kaya aku! Cowok-cowok pada ngejar aku, suka sama aku, pada rebutan pengen jadi pacar aku." ketika mengatakan ini Karina sungguh merasa narsis tapi tidak apa-apa. Orang yang sedang patah hati lebih baik dibiarkan saja, takut gila. "TAPI KENAPA DIA ENGGA?! Pasti ada, kan, cowok yang lebih baik dari Mas Nu, Leo? Yang benar-benar cinta dan sayang aku?"

"HUEEE TAPI MAUNYA CUMA MAS WISNU AJA LEO!!"

Bisa dipastikan siapapun orang yang melihat Karina sekarang akan mengira gadis itu gila.

***

"Darimana aja, lo, Dek? Mami panik tuh dari pagi lo nggak ada." ujar Gio sesaat setelah melihat Karina yang baru saja turun dari taksi online. Nampaknya Gio baru saja selesai mencuci mobilnya jika dilihat dari ember kecil di tangan kanannya dan baju serta celananya yang agak basah.

"Eh bawa si gembrot juga. Pantesan nggak ada yang ngeong-ngeong seharian." Gio berjalan ke arah Karina, mengambil Leo dari gendongannya.

Ready to Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang