Prolog

1.5K 93 22
                                    

"You're the demon, and I'm the disguise."

***

Jake telah menutup telinganya sejak lima menit lalu akibat perdebatan yang memekakkan telinga antara tamak dan rakus.

Keduanya bergantian melempar argumen yang tidak jelas landasannya dan tujuannya, membuat keduanya terdengar sama-sama seperti idiot.

Jake bahkan sudah menyelesaikan buku yang dibacanya ketika dua yang tengah berdebat tadi mulai mencekik kerah satu sama lain, membuat yang bersurai pirang itu mengerang malas. "Fuck it, LUST CAN YOU HELP ME?!" teriak Jake pada akhirnya.

Yang dipanggil namanya menghampiri ruang tengah dengan terpogoh dan kemudian terkekeh setelahnya kala menangkap maksud dari permintaan tolong dari Jake. Ia menggeleng, "Aku pikir aku gak akan bisa dan mau melerai dua idiot itu, ini malah tontonan yang begitu menarik, bukan?"

Dosa hawa nafsu itu mengambil tempat disebelah Jake yang sibuk menggerutu dan dosa kemalasan yang hanya menguap bosan, terlihat mengantuk dan kepayahan.

"I swear to god- wait, do i even deserve to call him like that?" alis si pemuda pirang menyatu dalam kebingungan yang ternyata mampu membuat dua yang tengah bertengkar tadi ikut diam. Mereka saling melepaskan kerah satu sama lain dan bergabung dengan tiga orang yang duduk di sofa.

Kelimanya masih diam. Hawa nafsu yang cekikikan melihat wajah bingung Jake, kemalasan yang menguap namun ikut menyimak, serta tamak dan rakus yang saling berpandangan. Mereka mencoba menemukan jawaban yang cocok untuk pertanyaan spontan Jake tadi.

"Kamu masih manusia, aku rasa kamu boleh bicara begitu?" ujar rakus tak yakin.

Tamak mengangguk setuju, "yang dosa kan kami. Kamu paham kan maksudku disini?"

Jake mengangguk. "Whatever, thank god karena kalian sudah bisa diam." ia menyatukan kedua tangannya dan memanjatkan syukur pada yang kuasa.

Melihat tamak dan rakus yang akan kembali berdebat, kemalasan dengan segera menendang wajah mereka keras secara bersamaan, membuat yang diperlakukan demikian mengaduh dan memekik keras.

"BANGSAT!"

"SIALAN, BRENGSEK!"

Tawa menggema di ruang tengah mansion milik Jake. Bahkan, Jake sudah mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. Sialan, mereka ini memang para dosa yang berperan sebagai komedian sebagai pekerjaan utama.

"Aduh, aduh, sialan!" ujar Jake, "perutku sakit. Kalian memang sialan."

Lantas mereka kembali tertawa bersama.

Ketukan langkah jadi hal yang membuat kelimanya sama-sama menoleh ke arah tangga, mendapati satu dosa lainnya yang terlihat begitu senang dan bahagia. Mungkin kenyang memperdaya manusia.

"Habis dari mana kamu? Tumben sumringah begitu, seperti habis dapat pulau saja." tegur kemalasan pada saudaranya itu.

"Habis makan." jawab sang kemarahan tersenyum, "Oh, aku bertemu dua saudara kita yang lain, mereka mungkin akan mampir malam ini."

Alis Jake kembali menukik bingung, ia menghitung dengan jarinya. "Empat.. Lima.. Benar juga, kalian tujuh bersaudara tapi hanya lima yang menumpang hidup disini." ujarnya kemudian. Jake mampu menangkap kemarahan dan hawa nafsu yang menggeleng atas perkataannya.

"Siapa lagi, sih, mereka ini?" tanya Jake melanjutkan.

Mendengar pertanyaan tersebut, yang bersurai gelap mencoba bertingkah seperti dosen yang siap memberikan kuliah pada Jake, dimulai dari ia yang mengambil lilin yang ada di nakas dan berdiri di hadapan Jake serta dua orang lain yang duduk di sofa. Sementara itu, saudaranya yang lain, kemarahan dan rakus hanya duduk memperhatikan diatas karpet depan sofa.

unlock the unlucky | jake haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang