06. Keluar Hutan

138 71 2
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┓
THE GOLDEN EYES
&
DRAGON SWORD
┗━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┛

.
.
.

Danien terbangun paling terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danien terbangun paling terakhir. Ezza sudah meregangkan tubuh, dan Reno telah kembali dari panggilan alamnya. Dia masih sesekali mendengar seluruh sulur-suluran itu mendesis, sepanjang malam. Kendati begitu, mereka semua memutuskan untuk mengabaikannya. Meski Ezza bersikukuh para sulur itu lebih dari menakjubkan dari penampakannya, Danien tidak ambil pusing. Dia membasuh wajahnya, meneguk dua genggaman dari sungai, lalu makan biskuit kemarin yang jelas sudah tidak lagi gurih.

"Kita akan segera berangkat." Ezza membantu Danien bangkit dari duduknya, ia membantu menyapu banyak debu pada bokong Danien dan punggungnya yang kelewat kotor. Danien bahkan tidak tahu sebau apa dirinya sudah beberapa hari tidak mandi. Dia masih memikirkan banyak kemungkinan, sulit dipercaya, sesungguhnya. Ia masih tidak sepenuhnya yakin akan semua ini. Pijakannya melemah setelah tiba-tiba ada beberapa sulur yang membawanya ke tepian sungai, menarik kedua kakinya hingga terendam disana.

"Arghhhh!!"

Ezza menarik tubuh Danien yang hampir terendam. "Kalian bajingan. Tidak terhormat. Jika punya tangan dan kaki, aku akan segera memotongnya langsung detik ini juga!" Ezza mencaci para sulur yang terus mendesis.

Bukan itu maksud kami!

Yang Mulia, ada yang harus anda dapatkan

Benar-benar! Kami mencoba membantu

Tidak ada maksud lain

Kami semua patuh hanya kepada Pemimpin Yang Abadi nan Agung

Reno terkejut mendapati suara sesuatu yang tercebur. Danien setengah basah. "Apa apaan?" Sulur itu kembali mendesis.

Ratapi dasarnya dengan kemulian

Yang Dicari, akan hadir sendiri

Benar, Yang Mulia, kami hanya patuh pada Anda

Tidak ada maksud lain

Tidak ada maksud lain pada Anda

"Ya, kalau saja kalian tahu sopan santun." Ezza akan menebas banyak dari mereka kalau saja mereka bukan tumbuhan suci, dilindungi di negerinya yang penuh imaji.

Danien hanya tersenyum kecil. Untuk beberapa alasan, dia nyaman dengan para sulur itu. Mereka nampak kelewat jujur, dengan baik hati menawarkan tubuh mereka sebagai alas tidur. Dia tahu ada maksud lain. Untuk itu, menilik sungai yang kini agak deras alirannya, samar-samar Danien mendapati sesuatu yang berkilau. Bukan hanya dasarnya yang nampak seperti emas, namun ada hal lain yang lebih mengejutkan. Pedang. Bersinar, dengan pendar emas yang sulit dilihat meskipun dengan seksama. Ia perlu beberapa waktu untuk menyadarinya. Ezza mengambil pedang itu, mengangkatnya tinggi-tinggi.

The Golden Eyes & Dragon SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang