bismillahirrahmanirrahim.
semoga suka sama ceritanya, ya! anw, ini cerita sequel dari Cerita Kita di Pasuruan udah terbit. kalau mau, kalian bisa ... aku spill nanti.
oiya, kalian nemu cerita ini dari mana, bestie?
juga pengen tahu cerita ini dibaca sama orang mana aja niih?
***
Keluarga besar tengah berkumpul, melepas rindu setelah sekian lama tidak berjumpa. Reagan Alfian Nawifa sudah menjadi seorang ayah, Mazaya Aina Zahra sudah menjadi seorang ibu, dan Allah menitipkan mereka dua putri kembar.
Sekarang mereka sudah dewasa, Allah memberikan dua putri cantik untuk mereka rawat dan menjaga dengan penuh kasih sayang.
“Abi, Bunda! Qiara main sama Qiana, ya?” Izin bocah usia enam tahun itu.
Reagan dan Aza mengangguk bersama. “Iya, jangan jauh-jauh,” pesan ibunda memperingati anak sulungnya.
Qiara mengangguk patuh. “Siap, ” ucapnya seraya berhormat di depan Aza seperti sang komandan.
Mereka geleng-geleng kepala melihat anak sulungnya selalu ceria dan aktif, sehingga dua orang tua selalu dibuat kagum dengan adaptasi sang kakak.Bocah perempuan yang memakai jilbab kebesarnya baru saja menemukan adiknya di taman kompleks, sedari tadi sudah jalan kaki. Akhirnya pun ia sampai di taman perbatasan kompleks sebelah.
“Qiana, aku cariin kamu dari tadi nggak ada ternyata kamu di sini, kamu mainnya jauh banget nanti kena marah abi, dan bunda, loh!” omel bocah gembul. Napasnya masih terengah-engah karena jalan dari rumah sampai taman cukup jauh.
“Maaf.” Satu kata yang terlontar dari bibir kecil Qiana. Mungkin satu kata itu sudah cukup untuk meredakan kemarahan kakaknya.
“Kamu ke sini sendirian nggak capek?” tanya Qiara bingung.
Adiknya mengedikkan bahu acuh. “Naik sepeda,” ucap anak bungsu tenang.
Mata cokelat itu membola mendengar jawaban Qiana barusan. “Jadi, kamu ke sini naik sepeda? Aku tadi ....” Belum selesai berbicara, bocah ayu itu langsung memotong pembicaraan Qiara.
“Aku nggak minta kamu buat ikutin aku, aku mau pulang,” sambar Qiana, lalu meninggalkan Qiara yang diam di tempat.
Alishira Qiara Zava Stabita adalah anak ceria dan aktif, punya kepribadian mandiri dan mudah beradaptasi.
Alishahira Qiana Zava Stabita adalah anak yang suka kesepian, pendiam, cuek dengan sekitar, punya kepribadian mandiri, tetapi sulit untuk beradaptasi. Qiana berbeda dengan sang kakak, anak bungsu itu kaku dan kikuk.
“Terus aku?” beo anak bungsu menanyakan keadaannya sendiri.
Qiana membalik badan, tatapannya dingin dan tidak ada rasa kasihan. “Aku nggak peduli,” balasnya datar.
Qiara menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang keluar ketika jawaban dari adiknya yang selalu menyedihkan hatinya.
Sesak. Bocah itu selalu menahan rasa sesak di depan kedua orang tuanya dan tidak menangis di depan Qiana, sudah berulang kali seperti itu, tetapi rasa sesak itu semakin menjadi-jadi.
Qiara memanglah anak kecil, tetapi masalah perasaan ia tidak bisa berbohong. Tanpa disadari sang netra, tiba-tiba saja mengeluarkan bulir-bulir kecil membasahi pipi imutnya.
Entah kesalahan apa yang ia perbuat, adiknya selalu bersikap dingin dengannya, bahkan dengan keluarga pun begitu.
“Jangan nangis,” ujar bocah kecil yang lebih tua dari Qiara.
Bocah gembul itu mengelap air matanya kasar, mendongakkan kepala menatap laki-laki yang lebih tinggi darinya.
Putri sulung itu mengerjapkan matanya berulang-ulang. “Aku nggak nangis!” sentak Qiara dengan wajah manisnya mengelak.
“Kata mamaku, kalau nangis nanti jelek,” ucap bocah laki-laki itu mencoba menghibur.
Qiara menggeleng tidak setuju. “Kata bunda, Qiara cantik!” Bocah perempuan itu bersedekap dada.
“Kalau nangis jelek!” kukuhnya masih pada pendirian.
“Qiara cantik nggak?” Idenya terlintas dalam otak untuk bertanya pertanyaan konyol itu.
Qiara hanya ingin tahu jawaban dari laki-laki di depannya.
“Cantik.”
Senyum bocah perempuan itu mengembang. Ia tidak menyangka jika laki-laki berwajah bagus di depannya akan memuji dirinya.
“Nama kamu siapa?” Qiara melupakan perkenalannya dengan bocah seumurannya.
Ketika ditanyakan namanya, bocah pendek tengah gugup. “Na-namaku Lio.”
Rasanya sangat malu ketika ada sesuatu yang ada disembunyikan darinya, pasti kalian akan mengerti apa di balik rasa gugupnya itu. Namanya Muhammad Marvelio Alvaro.
“Qiana!” pekik anak sulung spontan.
Qiara mulai panik, ia mulai beranjak dari tempatnya untuk kembali ke rumah, pikirannya mulai bercampur aduk.
Saat hendak pergi, ia dihadang oleh Lio. Anak kecil itu mengembuskan napasnya pelan. “Kamu mau ke mana?” tanyanya bingung karena sedari tadi suasana tenang, tetapi ketika teman barunya menyebut nama Qiana, bocah itu berteriak.
“Pulang,” balas Qiara, lalu mengambil langkah kanan dan pergi dari hadapan laki-laki di depannya.
“Rumah kamu jauh!” tegas bocah rambut keriting masih diam di tempat.
“Aku bisa pulang sendiri, kamu nggak usah khawatir sama aku!” sentak Qiara berubah galak.
Tidak ada sahutan dari Lio, bocah perempuan itu sudah di tengah jalan untuk melangkah kembali.
Qiara tidak sadar ketika ada mobil di perempatan jalan itu mengendarai dengan kencang.
“QIA ... AWAS!” teriak Lio sekencang mungkin.
Matanya mulai berkaca-kaca, anak kecil itu sudah lelah dengan hari ini, bahkan ia sama sekali tidak sadar ketika mobil itu semakin dekat dengannya.
Ketika ia masih berdiam diri di tengah jalan perempatan, tubuhnya sangat merasakan tamparan keras, bahkan tubuhnya menghantam pohon di tempat kejadian.
Brak!
Suara benturan terdengar dari seluruh kompleks, ibu-ibu sudah keluar dari rumah mereka. Semuanya terkejut melihat kecelakaan itu, orang-orang di sekitar juga melihat korban yang sudah terpental jauh.
Saat dicari penyebab kecelakaan, mereka tidak menemukan satu orang di taman dan di tempat kejadian.
Pikiran mereka terpenuhi dengan kejadian ini adalah kecelakaan tabrak lari, mereka memanggil ambulance untuk menangani dan membersihkan luka dan darah-darah segar itu yang bercucuran deras, mereka juga menghubungi keluarga pelaku.
Bersamaan saat mata Qiara terpejam, bocah pemilik pipi gembul tidak melihat keberadaan Lio.
***
hayo, gimana sama prolognya?
ada yang tegang ngga?
sport penulis dengan vote, ya! gratis, kok.
terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Lagi Salah (Terbit)
Teen FictionKeluarga Qiara dan Qiana sangat bahagia dan penuh keharmonisan itu terpecah belah, setelah kecelakaan menimpa pada Qiara, gadis itu mengalami tunawicara, sehingga banyak rahasia yang masih menjadi teka-teki keluarga mereka. Pada suatu hari tidak sen...