Chapter 1 [Pertemuan tak terduga]

28 3 1
                                    

"Dae jung, Apa impianmu nanti?"

Wanita yang biasa di panggil 'Ibu' itu, bertanya kepada Dae Jung tentang impianya kelak. Dae Jung terdiam, memikirkan jawaban yang akan ia berikan.

"Ehm.. suatu hari nanti aku ingin dikenal oleh banyak orang agar aku bisa mengundang mereka untuk makan sup kimchi buatan ibu yang sangat enak." jawabnya

Ibu hanya tertawa mendengar jawaban Dae Jung yang sederhana, bahkan sang ayah yang tidak sengaja mendengar hal itu pun, tak kuasa menahan tawanya.

"Nak, selama kau memiliki keinginan, berusahalah untuk meraihnya. Jangan menyerah dengan impianmu itu." ucap ayah seraya mengelus elus kepala anaknya itu

"Berjanjilah kepada ibu, suatu hari nanti kau akan membawa banyak teman berkunjung kesini. Ibu akan menyiapkan sup kimchi dan patbingsu kesukaanmu." Kata ibu

"Dan mungkin, kita juga bisa melakukan pesta barbeque nanti." Tambah ayah

"ASIKK! Aku berjanji akan mengundang banyak teman untuk makan bersama disini." Ucap Dae Jung seraya melompat lompat senang

Ibu dan ayah hanya tertawa sebagai respon. Namun, samar-samar Dae Jung melihat sosok mereka yang perlahan mulai menghilang dari dirinya.

"Jangan lupakan janji mu itu ya, Dae Jung." Ujar ibu

"Benar, ibu dan ayah akan selalu bangga padamu," saat ayah mengucapkan itu, mereka sedikit demi sedikit mulai lenyap seperti Dandelion yang tertiup angin

"Ibu?! Ayah?! Kalian mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendirian!!"

Dae Jung kembali dari mimpinya dengan bermandikan keringat dingin. Terbangun disebuah apartemen yang kumuh dan sempit, sampah berserakan dimana-mana seolah kamar itu telah ditinggalkan selama 1 tahun.

Tanpa sadar, setetes air mata jatuh dari matanya setelah ia bangun dari mimpi.

"Ah.. aku memikirkannya lagi." gumamnya seraya mencoba mengelap air matanya itu

Pada usianya yang ke 12 tahun, orang tua Dae Jung mengalami kecelakaan lalu lintas. Namun sayangnya, mereka tidak dapat di selamatkan lagi.

Seolah tak selesai dengan kepergian kedua orang tuanya. Dae Jung harus membayar semua hutang yang ayahnya miliki semasa ia masih hidup. Rumah, perabotan, dan bahkan semua kenangan masa kecil Dae Jung diambil dengan paksa oleh orang orang yang rakus akan uang itu.

Yang tersisa dari semua kenangan itu, hanyalah sebuah kalung. Kalung yang diberikan ibu ketika Dae Jung merayakan ulang tahunya yang ke 10 tahun.

Dae jung beranjak dari sofa usangnya dan berjalan kearah rak rak tempat makanan berada. Satu persatu rak ia buka namun tak ada makanan yang tersisa.

"Sepertinya aku harus menahannya lagi," Gumam Dae Jung seraya meraba perutnya yang mulai meraung.

Ia mengambil masker, kacamata hitam, dan sarung tangannya lalu ia membuka gerbang menuju dunia luar.

▪︎ ▪︎ ▪︎

Dae Jung berjalan dari timur ke barat kota Seoul hanya untuk mencari pemasukan uang sakunya. Tak terasa langit sudah berganti warna, namun Dae Jung tetap belum mendapatkan pekerjaan sama sekali.

"Sepertinya, hari ini masih belum saatnya," Gumamnya dalam hati seraya berjalan berbalik arah menuju apatemen kumuhnya.

Ditengah perjalanan, Dae Jung melihat sebuah piano yang tak tersentuh didekat sebuah pohon. Di tengah lalu lalang orang orang, sepertinya tak ada yang mau memainkan piano itu. Mata Dae Jung sedikit terhipnotis dengan not not piano. Selangkah demi selangkah, Dae Jung mendekati piano itu

Destiny's Stage: The Epic Saga of Five StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang