ACDD 35# JAWABAN DOA

23.8K 1.2K 93
                                    

ACDD 35# JAWABAN DOA

"Ada luka yang terasa candu. Semisal melepas dia bahagia dengan yang lain, karena bahagianya adalah bahagiamu dan lukanya adalah lukamu."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Gus Alfatih berusaha mengalihkan rasa sakit istrinya yang sedari tadi mengadu lemah saat berada di fase transisi, pembukaan terakhir. Semua keluarga sudah berkumpul di rumah sakit sejak tadi pagi menemani Ning Izza yang akan melahirkan.

Kini tibalah saatnya Ning Izza harus mengejan menahan rasa sakit dan perih. Mempertaruhkan nyawa demi buah hati tercintanya.

Gus Alfatih tak henti-hentinya memberikan kalimat penenang sesekali berdzikir dan berdoa untuk keselamatan istri dan bayinya. Pemuda itu menaut erat tangan istrinya dengan segala kecemasan. Bayangan kehilangan orang istimewa untuk yang kedua kalinya dalam hidupnya mendadak menghantuinya. Setelah ditinggal Aisfa, Gus Alfatih tak mau ditinggal istrinya juga. Dia berharga dalam hidupnya. Gus Alfatih menggeleng pelan berusaha menepis pikiran buruk itu.

Dalam waktu beberapa menit saja, suara bayi sudah menghiasi ruangan itu. Gus Alfatih bertakbir dan memekik syukur.

"Terima kasih, Ning. Terima kasih," bisik Gus Alfatih tak henti-hentinya di telinga istrinya.

Ning Izza yang sudah kewalahan memejamkan matanya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis mungkin karena mendengar perkataan suaminya sebelum akhirnya tertidur.

"Kamu pasti kecapean ya, Ning. Yasudah istirahat dulu ya. Biar saya yang gendong bayi kita."

Gus Alfatih mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang. Lalu mendekati suster yang membawa bayinya yang telah dibersihkan.

"Selamat ya, Pak. Bayinya perempuan," ujarnya sembari tersenyum.

Gus Alfatih mengambil alih bayinya dengan penuh kehati-hatian. Netranya langsung berkaca-kaca saat menatap bayinya, terharu. Setelah melewati banyak fase dalam hidupnya, akhirnya ia menjadi seorang ayah. Pemuda itu mendaratkan kecupan gemas di pipi sang bayi, lalu mulai mengumandangkan adzan di telinganya dengan lirih.

"Selamat datang di kehidupan barumu, Aisfa Naziya Almahyra. Abi dan Umi mencintaimu."

Bagai dipanggil kembali ke dunia nyata, gadis itu perlahan mulai membuka matanya. Sebuah ruangan bernuansa putih mengunci pandangannya. Perlahan tangannya bergerak. Bibirnya berusaha mengeluarkan suara untuk memanggil seseorang tapi suaranya tertahan. Alhasil ia hanya terdiam.

Sejenak benaknya bertanya, apa yang telah terjadi pada dirinya? Dan otaknya pun mulai memberikan respon dengan berbagai cuplikan sebelum ia mengalami mimpi yang terasa nyata itu. Saat itu dirinya tengah melaksanakan salat tahajud. Tiba- kepalanya terasa sangat berat lalu semuanya menjadi sangat gelap.

🕊🕊🕊

Adzriel menggerutu kesal setelah memarahi kariawannya yang pekerjaannya tidak becus. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan tu masih berbaik hati tidak memecatnya karena teringat akan kesulitan mencari nafkah usai mengalami bangkrut. Kini perusahaan barunya mulai berjalan dengan baik setelah dua tahun lebih ia merintisnya atas bantuan sahabat karibnya, Danil.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang