"Kita harus pergi dari tempat ini ! Secepatnya ! "
--------DOR!!!
--------
"Baru saja aku terbiasa dengan semua ini... "
--------
"Mari kita lihat berapa peluru yang kau habiskan..."
***
"Apa yang terjadi paman ?" tanya ku heran.
"Ikuti aku...." jawab Paman Rob dingin.
Aku mengikutinya , Paman Rob berjalan ke arah garasi, menaiki mobil dan menyuruhku masuk kedalamnya.
Situasi hari itu sangatlah kelam.
"Pegang dan tembak..." ujar Paman ku secara tiba - tiba sambil memberiku sebuah pistol. Uh, tampaknya ini bukan pistol yang biasa ku gunakan, yang ini lebih besar dan menyeramkan.
Para zombie monster itu bangun dan mengejar mobilku saat Paman Rob meng-gas mobilnya.
"DOR!!! DOR!!!"
Suara tembakan terdengar dari pistol yang ku genggam. Hari itu sangatlah mengerikan, tapi lagi - lagi rasa kesal ku membuat tangan ini ingin membunuh zombie monster itu bagaimana pun caranya. Kini aku tak memikirkan apa yang ku rasakan, aku memikirkan apa yang harus ku lakukan. Karna sekarang menurutku, hidup bukanlah sekedar perasaan.
Setelah aku dan Paman Rob merasa lebih aman, aku menghela napas pelan.
"Kita akan kemana ?" tanya ku lagi.
" Washington... " jawab Paman Rob. Aku memutuskan untuk tak bertanya lagi hingga kami sampai di Bandara. Well, Bandara di Chigago tampaknya tidak beroperasi. Entah apa yang kini sedang dilakukan pemerintah.
Paman ku memutuskan untuk menaiki sebuah pesawat 'Chigago Airlines' dengan dirinya sendiri sebagai pilot.
Tampaknya pesawat itu kosong.
Dengan inisiatif ku, aku memeriksa gerbong belakang pesawat dan tampaknya itu tidak sia - sia. Aku menemukan 4 orang anak muda. Tampak salah seorang dari mereka terluka.
"Paman Rob !!!" Seru ku agak keras.
" obati saja !" Paman Rob membalas perkataan ku tanpa mengetahui apa yang ingin ku katakan. Dasar paman gila -.-Aku tak mengatakan apapun dan segera pergi mencari kotak pertolongan pertama itu, setelah beberapa saat aku menemukannya dan kembali pada gerombolan anak muda itu. "Tak ada yang terinfeksi dari kalian semua ?" Tanya ku langsung menuju intinya.
"Ku-kurasa tidak..." Jawab salah seorang perempuan yang pakaiannya lusuh.
Aku segera mengambil alkohol dan kain kasa untuk membersihkan luka salah seorang perempuan yang lainnya. Tampaknya hanya luka kecil.
Satu satu nya lelaki diantara mereka mulai berbicara.
"Pilot itu... Akan membawa kita kemana ?" Tanya nya dengan nada agak sendu.
"Ke Washington... Dan dia bukan pilot, dia paman ku..." Jawab ku pelan. Setelah selesai mengobati, aku dan segerombolan anak muda itu sempat berbincang bersama. Mereka merupakan anak anak yang lucu dan menyenangkan... Terkecuali Albert. Ya, Albert. Ia pria yang sangat dingin, pria yang dari tadi hanya bertanya sekali, itupun dengan nada yang menyebalkan.
Aku tak terlalu memperdulikannya dan asyik berbincang dengan para perempuan lain. Tampaknya mereka mulai melupakan suasana kelam ini selama paman Rob bermain dengan ruang kontrol pesawatnya.
Kami terus berbincang dan berbincang hingga akhirnya Paman Rob memanggilku dan menyuruhku untuk tidak terlalu banyak bicara.*skip*
Washington D.C , 03.27amKami mendarat mulus berkat kemampuan paman Rob. Saat pesawat berhenti, aku dan paman Rob berjalan keluar duluan sebelum gerombolan anak anak muda itu.
Kami berdua segera berlari pelan menuju pintu keluar dan mencari apa yang bisa dikendarai.
Keadaan Washington masih normal, beberapa petugas masih bekerja layaknya hari - hari biasa. Tak heran banyak warga yang masuk ke negara ini selama masa kelam. Tak ku sangka aku adalah salah satunya.Paman Rob memanggil taxi di jalan dan kami menaikinya. Semua nya sungguh normal, seperti biasanya. Orang bealu lalang, Polisi berjaga, anak anak muda di pinggir jalan. Tampaknya pemerintah merahasiakan kejadian diluar Washington ini. Paman ku meminta sang supir taxi untuk menuju pusat WHO Washington. Entah apa yang paman ku pikirkan, aku hanya mengikutinya.
- Washington, WHO -
Paman ku mendapat izin masuk dengan menunjukan kartu di dompet nya. Jujur aku sangat sangat sangat aneh dengan paman ku ini, ia bisa melakukan apapun."Paman, bagaimana kau bisa memiliki izin masuk ?" Tanya ku to the point.
"Cerita yang panjang nak..." Hanya itu jawaban paman ku.
Lagi lagi aku hanya terdiam.
Paman Rob memarkirkan mobil nya sembarang. Kami segera masuk menuju pusat WHO tersebut.
Saat masuk, ku lihat beberapa makhluk zombie monster itu lekat. Mereka tampak kesakitan di dalam sebuah tabung yang besar.
Masing masing zombie monster ditempatkan di satu tabung. Paman ku segera menemui seorang pria dan berbicara akrab dengan nya. Wajah pria itu cukup tampan, tapi saat itu hanya hidup lah yang ku pikirkan.'Para monster itu merasa kesakitan...'
Kata itu yang kupikirkan pertama kali melihat mereka.
Malam itu aku dan paman ku beristirahat di sebuah ruangan di WHO.
Esok pagi nya aku melihat lihat beberapa zombie monster itu dan mendapat sedikit info mengenai para zombie itu.
Mulai dari cara membunuh efisien, memancing nya menuju tempat yang kita ingin kan, makanannya, perasaannya, penyebarannya, bahkan ternyata mereka juga bercinta.
Itu hanya sebagian informasi yang kudapat selama tinggal di WHO. Selama itu, Paman Rob hanya bekerja dengan cairan cairan aneh nya bersama para ilmuwan aneh itu.
Hanya saja... Ada sesuatu yang aneh dari pria yang pertama kali kulihat berbicara akrab dengan paman Rob... Aku tak terlalu sering melihatnya..
Tapi...
Setiap kali aku melihatnya...
Ada suatu perasaan yang aneh, perasaan terlindungi oleh dirinya...----------
*next chapter*"Aku harus pergi..."
--
"Paman mu telah MATI..."
--
"Mereka meminta ku pergi keluaran sana..."
--
"Pergi dengan ku maka kau akan selamat..."
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Unimportant Me
Gizem / Gerilim"In the end, They'll judge me anyway" Ini adalah sedikit cerita tentang ku... Mungkin ini tak terlalu penting, tapi aku akan tetap menceritakannya... Karna ini semua, Hanyalah semata ilusi...