🍂🍂••
Hai, ini adalah Better with you versi revisi. Jika berkenan untuk kembali membaca nya ulang, silahkan.
••
ANDAI saja jatuh cinta bukan sebuah pilihan, atau lebih tepatnya jatuh cinta adalah pilihan. Maka sebenarnya Marsha juga enggan untuk memilih jatuh cinta dengan laki-laki itu sedalam-dalamnya yang dirinya mampu, bahkan mungkin sudah habis semua cinta nya di sana. Laki-laki yang membuat nya bersemi dengan indah hingga gugur pada akhirnya. Wajahnya berpaling mencoba untuk menahan tangisnya yang terasa begitu sesak, rasanya begitu menyakitkan sekalipun tak mampu di jelaskan bagian mana yang terasa begitu menusuk. Marsha Lenathea - sekalipun dirinya selalu mengatakan bahwa ia selalu sanggup dengan apa yang dia lalui, pada kenyataannya dia tak begitu mampu untuk mengahadapi ini sendirian. Rasa sakit yang selalu menghujam nya selalu ingin dia telan habis-habisan, tapi rasa pahitnya mecekat tenggorakan begitu menyiksanya.
Dan pada akhirnya air mata itu harus ikut serta membasahi kulit pipi nya.
Ada sakit yang selalu ingin Marsha gumamkan, ada perih yang selalu ingin dirinya keluhkan juga, bahkan jika perlu semua manusia di muka bumi ini harus tau bagaimana perasaan sakit yang dirinya tanggung selama ini. Akan tetapi semuanya selalu berhasil membawa Marsha pada ruang dimana dia mengatakan bahwa ; dia mampu. Sekalipun harus dengan pincang dan tertatih-tatih, pada akhirnya dia tetap akan mengatakan semuanya baik-baik saja, Marsha selalu merasa begitu. Buru-buru Marsha menyapu bersih air matanya ketika bahu itu merasakan lembut tepukan seseorang dibelakang sana. Helaan nafas berat mampu Marsha dengar dengan jelas, seseorang yang menjadi saksi bagaimana dirinya melewati semua ini.
"Sha are you oke?"
"I'am oke Kak indah."
"Aku enggak baik-baik aja sha, selama ini kamu selalu sendiri. Kita enggak bisa kaya gini terus, semuanya enggak bisa kamu lewatin sendirian. Kita bilang semuanya yah, kita belum terlambat." Ucap Indah dengan lembut, mencoba untuk memberikan perasaan tenang dan hangat pada sahabat juga sosok yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
Marsha menggeleng kuat. Kokoh dengan pendiriannya sendiri. Bahwasanya seorang Marsha mampu.
"Sha - "
"Aku masih mau tanggung semua nya sendirian kak."
Kembali nafas itu harus berbenturan dengan udara mendengar penuturan yakin dibalik getar suaranya. Pada akhirnya Indah hanya mampu mengangguk mengiyakan, dia bukan tipekal manusia yang kolot dengan apapun itu. Perihal masalah ini, biarkanlah Marsha sendiri yang menanggung nya, kan? "Oke, aku ke depan dulu yah."
"Kak indah."
"Ya?"
"Thank you."
••
Next
Cerita ini udah berkali-kali di revisi, mempertimbangkan untuk lanjut atau enggak yah? Pada akhirnya memilih untuk terusin, dan mengubah isi nya. Jadi engga akan fokus pada satu tokoh aja. Semoga kalian lebih menikmatinya yah.
Terima kasih untuk semua yang sudah menemukan cerita ini, dan udah mampir untuk membacanya. Semoga kalian suka.
🤟🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
AcakBagaimana aku jatuh cinta, berakhir atau bersama, senang bisa menjalini bersama mu.