"Waktu mengubah seseorang."- Darez Samudera -
Suasana menjadi hening, sampai ketika pesanan mereka datang. Dua cangkir kopi yang telah mereka pesan sebelumnya. Ya, kali ini zada sangat ingin menyeruput kopi apalagi ditambah dengan suasana dingin nya puncak malam ini.
"Dua cangkir kopi panasnya, nak." ucap wanita paruh baya yang kebetulan adalah pemilik dari warung yang berada di puncak tersebut.
Darez tersenyum sipul kepada wanita itu.
"Loh, den arez?." tanya wanita paruh baya itu.
Sedangkan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya.
"Sudah lama ngga kesini, anak-anak yang lain pada nyariin loh, den." ucap wanita itu yang memiliki nama Darmi. Biasa nya darez sendiri memanggilnya dengan sebutan ibu sejak beberapa tahun terakhir.
"Terima kasih banyak, bu. Lagi banyak kesibukan jadi jarang bisa kesini lagi." ucap ramah darez.
"Anak-anak yang lain gimana keadaan nya, mbok?." tanya darez kepada bu Darmi.
"Alhamdulillah, baik semua den." jawab Darmi yang diakhiri dengan senyuman.
"Alhamdulillah." jawab darez bersyukur.
"Den, ini pacar den arez ya?" tanya Darmi berbisik penasaran. Karna baru kali ini ia melihat darez membawa seorang perempuan ke puncak ini. Karna setau nya hanya Alvin, Alvino dan Bagas yang sering bersama Darez.
Zada yang tidak sengaja mendengar nya hanya bisa menundukkan kepala nya seraya memainkan ujung bajunya.
Enggan menjawab darez hanya tersenyum lebar kearah mbok darmi. Tentu saja senyuman itu memiliki makna yang luas.
Darmi membalas senyuman darez dengan senyum mengejek.
Zada tidak tau sama sekali apa yang terjadi di hadapannya itu, karna ia masih terjaga menundukkan kepalanya. Lagi pula itu bukan urusan nya bukan? Mereka berdua hanya sebatas teman tidak lebih.
"Ya sudah, ibu pamit ke belakang dulu yaa den arez dan mbaa ayuu." pamit darmi karna ada pelanggan lain yang sudah menunggu.
Keduanya pun menganggukkan kepalanya bersamaan tidak lupa dengan senyuman.
POV DAREZ
"Gue sering kesini bareng Alvin, Alvino sama Bagas."
"Beberapa minggu terakhir ini gue rasa ada problem antara gue sama Alvin. Tapi gue sendiri masih bingung karna apa."
Banyak sekali pertanyaan yang ingin zada lontarkan, namun ia memilih untuk mendengar kan nya saja. Barang kali darez hanya butuh untuk didengarkan saja.
"Gue rasa pertemanan gue sama alvin merenggang. Beda antara ke Alvino sama Bagas. Kita benar-benar ngga seakrab dulu."
Darez menghela nafas panjang sebelum melanjutkan pembicaraan nya.
"Harusnya sekarang yang di sini bareng gue itu mereka bertiga, bukan lo."
Jleb. Mendengar penuturan terakhir dari Darez lumayan membuat zada tidak enak hati.
Melihat zada yang diam karna ucapannya, ia merasa bersalah. "Gue minta maaf za. Gue ngga bermaksud bikin lo ngga nyaman disini."
"Santai aja kali kak, lagian kan memang bener kan faktanya gitu." jawab zada berusaha untuk memaklumi.
Ditengah percakapan mendadak suara telepon berdering. Suara itu berasal dari ponsel Darez.
Panggilan tersambung
"Lo dimana bro?."
"Gue lagi diluar ditempat biasa."
"Tumben, lo sendiri? Apa mau gue sama yang lain nyusul kesana?."
"Gaperlu, bentar lagi gue balik."
"Oh oke."
Bagas mematikan panggilan telepon secara sepihak. Memang sahabat nya yang satu ini selalu saja menanyakan keberadaan ketiga sahabatnya. Jadi, tidak heran jika setiap hari selalu ada notif panggilan telepon dari sahabat nya yang satu itu.
"gaada niat lanjutin, tapi kgn juga sih:)."
mff, agak aneh sama ga nyambung alurnya🙌Jika menyukai chapter ini, silahkan mempertimbangkan untuk memberikan vote.
Terima kasih🙏🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
DAREZA
Teen Fiction[𝘿𝙖𝙧𝙚𝙯 𝙯𝙖𝙙𝙖] 𝟶𝟾 𝙰𝚐𝚞𝚜𝚝𝚞𝚜 𝟸𝟶𝟸𝟸 Kejadian malang yang menimpa kedua orang tuanya membuat zada terpaksa harus mengubur sikap kekanak-kanakannya. Namun, dibalik peristiwa menggenaskan itu, rupanya ada sekelompok orang yang harus bert...