[33] Hanya Satu Orang, Dan Itu Adalah Aku

39 18 107
                                    

Dilarang plagiat.
Plagiat, adalah tindakan kriminal. Dampak negatif, anda bisa viral, malu dan mendapatkan dosa.

Tetap berkarya, meski sepi.
Menerima krisar dan penandaan typo.

"Kau tidak butuh banyak orang untuk mendapatkan banyak lampion, cukup satu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak butuh banyak orang untuk mendapatkan banyak lampion, cukup satu saja. Dan itu adalah aku."—Hafiz.

...


"Gapi."

"Hm?"

"Apa enaknya kencan di perpustakaan?"

"Kencan? Tujuanku memang untuk belajar, kau sendiri yang mau repot-repot mengikuti."

Ah, Rega kembali ke mode setelan pabrik. Kemana Rega yang membuat Hafiz salah tingkah habis-habisan di puncak malam festival atau yang kemarin-kemarin selalu bersikap manis pada Hafiz, apakah itu hanya mimpinya Hafiz?

Sepertinya yang kemarin-kemarin itu khodamnya Gapi, deh. Lihatlah, dia kembali menjadi serpihan salju, pikir Hafiz.

Tapi apa yang dikatakan Rega adalah kebenaran. Hafizlah yang dengan suka rela mengikuti Rega ke perpustakaan kota. Ketika mereka selesai berziarah dari makamnya Kafila, Marsello mengantar pulang Aulia dan Prina. Sedangkan Rega berencana pergi ke perpustakaan sekadar belajar untuk persiapan ujian akhir.

Modus Hafiz menawari Rega untuk mengantarnya. Rega pikir ini akan berakhir hanya dengan Hafiz mengantarnya, siapa sangka ternyata pria itu ikut masuk ke dalam perpustakaan.

Rega melirik Hafiz yang sedang memanyunkan bibirnya sembari menatap lalu lalang kendaraan di luar. "Oh, hujan," ucap Hafiz membuat Rega tertarik untuk melihat cuaca di luar. Rintik hujan pelan-pelan berubah menjadi deras, menciptakan suara menenangkan di ruangan sepi yang menjadi peraduan keduanya.

"Aku lapar," ucap Hafiz lagi.

"Di samping perpustakaan ada kafe, mau mampir ke sana?" tawar Rega sembari menutup buku yang ia baca.

"Bisa pesan mie kuah campur telur?"

"Aku bilang kafe, Hafiz, bukan warkop."

Hafiz menghela napasnya. "Hujan begini enaknya sarmento¹."

Rega tertawa kecil. Mengejutkan karena seorang sultan seperti Hafiz ternyata mengetahui dan menyukai hal sederhana seperti itu. Kalau dipikir-pikir lagi, kesukaan Hafiz sebenarnya tidak jauh beda dengan Rega.

Di kala hujan, gadis itu suka menikmati waktu dengan memakan mie kuah dan tambahan telur sembari mendengarkan lagu, berakhir rebahan. Itu adalah kegiatan yang menurut Rega luar biasa menyenangkan.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang