Kalo kangen bilang..
...
Angan-angan Rena memang bisa bekerja di RS yang sama dengan Jeno. Tapi dia nggak pernah nyangka kalo dia bisa menggapai angan-angan tersebut.
Mungkin Rena memang bukan perawat yang ngebantuin Jeno. Tapi dia sering kali papasan sama Jeno di tempat kerja.
Semua orang tau kalo mereka udah nikah. Dan mereka respect banget dengan keprofesionalan mereka di tempat kerja.
I mean, mereka nggak mengumbar kebucinan mereka sembarangan.
Tapi hal tersebut justru memicu berbagai macam uler deketin Jeno. Nggak tau aja mereka kalo Istrinya si dokter paling tampan itu seorang dewi ular.
Paling bikin sebel Renata sih para perawat genit yang dengan nggak tau malunya godain Jeno terang-terangan di depan mata kepala Rena langsung.
"Loh? Udah mau tidur?" Kata Jeno saat pria itu saat memasuki kamar sambil membawa secangkir kopi.
Rena yang udah bergelung dibalik selimut dengan posisi membelakangi Jeno pun menoleh ke belakang. Memperhatikan Jeno yang berjalan mendekat meletakkan secangkir kopinya ke atas meja.
"Ngantuk.."
Jeno terkekeh seraya mengusap kepala istri kesayangannya itu, "Capek banget ya?"
Perempuan itupun mengangguk dengan raut menggemaskannya.
"Eh?" Jeno sedikit membuka selimut yang menutupi tubuh Rena. "Piyama baru ya?"
Mendapat notice dari Jeno tentang piyamanya, membuatnya mengubah posisi tidurnya menghadap Jeno yang duduk di tepi tempat tidur.
"Iya.. Hehehehehehe.. dari Belanda, nitip Nana."
"Coba bangun bentar. Pengen lihat.." Kata Jeno mulai lebih tertarik, karena warna dan desainnya rare banget.
Rena nurut. Tanpa ngomong apa-apa dia bangun sambil menyibak selimutnya. Turun dari tempat tidur.
Jeno auto ngelihat dari atas ke bawah, terus ke atas lagi.
"Wah! Gilak sih! Cantik banget!"
"Iya kan?? Aku aja langsung suka. Hehe."
"Celananya.. mantep poll!" Kata Jeno sampe nggak kedip.
Tangan Jeno terulur mengusap paha Rena naik-turun secara perlahan. "Paham banget seleraku yang gimana." Katanya sambil tersenyum miring.
"Dah sini boboan lagi. Biar aku kekep sampe tidur." Kata Jeno seraya membawa tubuh Rena untuk kembali berbaring.
"Ngadep sana aja. Aku pengen mainin sesuatu." Imbuhnya saat keduanya sudah berbaring.
Rena udah mikir yang iya-iya. Pikirannya udah kemana-mana. Ngeres banget. Abis itu dia baring ngebelakangin Jeno.