DS 78

2.3K 417 29
                                    

***

Lysander menatap ke arah langit-langit rumah, kepalanya dibelai dengan lembut oleh Doyoung yang memangku kepalanya, kakinya sedang dipijat oleh Hendery.

"Kau kenapa?" tanya Yuta karena tak mendengar suara sang istri sejak keluar dari ruang kerja.

"Hmm... aku bingung.." perkataan Lysander membuat yang lain langsung menatap si cantik, yang kini terbaring menatap langit-langit kediaman mereka.

"Bingung, tumben kau bisa bingung hyung?" Chenle dengan kurang ajarnya berujar demikian, Lysander yang mendengarnya mendengus.

"Aku juga punya kebingunganku sendiri, Lele-ya.." Chenle terkekeh.

"Jadi, apa yang membuatmu bingung?" tanya Jisung.

"Hmmm... kenapa Nyonya Besar Choi begitu ingin harta keluarga Jaemin sedangkan ia sudah punya begitu banyak uang. Apa dia memang sangat rakus dan haus akan harta?" Lysander bergumam lalu menggeleng pelan.

"Karena kau bertanya, aku jadi memiliki pemikiran yang lain, berhubungan dengan Nyonya Besar Choi tentunya." Ujar Taeil.

"Apa itu hyung?" tanya Lucas.

"Kenapa Nyonya Besar Choi begitu ingin menguasai semuanya, maksudku, kalau memang hanya mendapatkan hak waris Jaemin, dia bisa memintanya langsung karena jelas Jaemin pasti akan memberikannya mengingat ia sangat menghindari yang namanya keributan, namun tidak, Nyonya Besar Choi benar-benar berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, dengan membunuh yang lain. dia sepertinya punya tujuan lain selain mendapatkan harta." Jabar Taeil.

"Kenapa aku mendengarnya itu menjadi sesuatu yang lebih kompleks dari apa yang kita ketahui." Ujar Mark dengan raut yang penuh kebingungan.

"Ah sekarang aku juga jadi memikirkanya, dia bahkan sampai ingin bekerjasama dengan Warren. Itu, meski tidak besar, namun tetap adalah sebuah klan mafia. Aku jadi penasaran, tujuannya apa ya?" Lysander bergumam, dia menghembuskan nafas pelan, sebelum matanya menutup dan dengkuran halus terdengar.

"Loh? Tidur?" Jeno terkejut melihat betapa cepatnya Lysander tertidur.

"Biarkan dia istirahat," Doyoung berujar sembari tetap mengusap kepala Lysander dengan begitu lembut.

"Hyung, aku... aku jatuh hati padanya, apa kita sama saja dengan berkhianat dari Jaemin?" tanya Haechan.

"....."

***

Lysander terbangun sore hari dan menemukan dirinya masih ada di pangkuan Doyoung, namun mengejutkannya, semua suaminya tertidur bersamanya di ruangan itu dengan posisi tersebar di sekitarnya.

"Nyonya Muda?" Lysander mendongak, ia bangun dari posisinya, suaminya pasti pegal, kepalanya ada di pangkuan Doyoung, kakinya ada di pangkuan Hendery.

"Sudah hampir jam makan malam, tapi saya tidak berani membangunkan Anda semua." Lysander mengangguk, dia duduk dan mengumpulkan nyawanya.

"Doyoung hyung, bangun yuk, kasihan tubuhmu pegal semua ini." Doyoung mengerang pelan dan membuka matanya.

"Lysie?" Lysander tersenyum dan mengangguk.

"Bangun yuk, maaf ya membuat badanmu pegal." Doyoung yang nyawanya masih belum sepenuhnya mengangguk, Lysander terkekeh.

"Dery ge, ayo bangun, sudah sore." Hendery mengerang pelan, dia meregangkan tubuh dan membuka matanya.

"Lysie?" Lysander terkekeh dan mengangguk.

"Ayo bangun!" Hendery menggumam pelan.

Lysander mendekati Jeno dan Mark yang tidur dalam posisi duduk di dekat sofa yang ia duduki, diguncangnya pelan tubuh keduanya.

"Mark hyung, Jeno, ayo bangun!" bukan mereka berdua yang bangun, justru Taeyong yang bangun, yang kebetulan posisinya ada di dekat keduanya.

"Jam berapa sekarang?" tanya Taeyong dengan suara serak.

"Sudah jam empat sore, sebentar lagi masuk waktu makan malam, ayo cepat bangun dan bersih diri." Taeyong meregangkan tubuhnya dan mengguncang tubuh Yuta dan Ten.

"Ayo bangun kalian!" tidak ada halus-halusnya, membuat kedua pria itu mengerang kesal. Lysander geleng kepala dan kembali membangunkan Mark dan Jeno.

"Mark hyung, Jeno, ayo bangun!" beruntungnya kali ini keduanya berhasil bangun.

"Haechan, Renjunnie, ayo bangun!"

"Shotaro, Yangyang, ayo bangun sudah sore."

"Jisungie, Chenle-ya, Sungchannie, ayo bangun, mau sampai kapan kalian akan menggelung diri?"

"Johnny hyung, Jaehyun hyung, Lucas ge, ayo bangun!"

"Hey hey Dejun ge, ayo bangun!"

"Kun ge, ayo bangun!"

"Win ge, ayo bangun sudah sore!"

"Tae- oh, Taeil hyung sudah bangun, segera mandi ya?"

Lysander meregangkan badannya dan menatap satu per satu suaminya yang mulai mendapatkan nyawa mereka kembali.

GREP!

"Oh astaga, kau manja sekali Haechannie?" Haechan tidak menjawab, dia menyembunyikan wajahnya di leher belakang Lysander.

"Aku mencintaimu, aku tidak mengkhianati Jaemin kan?"

DEG!

'Kenapa aku jadi kepikiran?'

***

Lysander duduk termenung di teras belakang selepas makan malam. Dia kepikiran perkataan Haechan tadi.

'Mengkhianati? Ah jika diingat pernikahan ini adalah pernikahan Jaemin dengan mereka. Meski aku mengisi tubuh Jaemin, aku bukanlah pasangan mereka secara sah.'

"Kau memikirkan apa?" Lysander mendongak dan menemukan Jeno menatapnya dengan pandangan lembut penuh kekhawatiran.

"Ah- Jeno—!" Jeno tersenyum, dia menyelimuti tubuh Lysander dengan selimut yang ia bawa dari dalam, menghalau udara malam agar tidak mengenai tubuh sang istri.

"Terimakasih, dan aku sedang kepikiran sesuatu." Jeno duduk di sebelah Lysander.

"Boleh aku tahu apa itu?" tanya Jeno.

"Haechan mengatakan jika ia mencintaiku tapi dia jika juga bertanya, dia mengkhianati Jaemin atau tidak, aku jadi kepikiran akan itu." Lysander menunduk, menatap kaki yang terbalut sandal rumah.

"Aku juga baru ingat, meski aku mengisi tubuh Jaemin, namun aku bukan pasangan sah kalian, aku hanya entitas baru di sini." Jeno menatap ke arah Jaemin dengan pandangan kompleks.

"Jika dipikir, itu memang ada benarnya." Ujar Jeno.

"Nah ak-"

"Tinggal menikah lagi, kami denganmu. Lysander Anthea Sanchez."

.....

"N... Ne?"

JENO BILANG APA BARUSAN?!

_TBC DS 78_

[ALL X JAEMIN] Different SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang