Tepat saat Nakhala berumur satu tahun, Kun masih tak mau percaya bahwa cintanya dan Yasha harus pupus. Kun masih selalu berpikir bahwa itu hanyalah sekedar mimpi yang tak akan menjadi nyata. Namun saat melihat Nakhala yang merengek karena haus di ranjangnya, Kun tersadar bahwa bayi di depannya itu bukanlah buah cintanya dengan Yasha. Karena Nakhala terlalu mirip dengan Syamil.
"Anak Abi, selamanya akan menjadi anak Abi." ucapnya berbisik pada telinga si kecil yang sibuk menyesap susunya.
"Jangan cepat besar ya, nak. Abi nggak pernah siap untuk ditinggalkan lagi."
Bayi kecil itu sesekali terpejam karena perlakuan lembut Kun padanya. Kakinya bergerak acak karena tak kunjung menjemput mimpinya. Kun tersenyum menatapnya, diangkatnya Nakhala agar dapat digendong, dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, Kun menggendong Nakhala yang masih asik dengan susunya. Hanya ada mereka berdua di sana. Suasana yang begitu sunyi membuat Kun lagi dan lagi harus teringat masa lalu.
Saat dirinya dan Yasha duduk berdua di taman dan berbincang tentang menjadi apa mereka nanti, saat keduanya sudah menjadi suami istri. Berbekal musik lembut yang mengalun melalui earphone milik Yasha. Yasha yang sibuk menikmati musik dan memandangi keadaan sekitar mereka, dan Kun yang menatapnya. Tatapan penuh cinta itu, hanya untuk Yasha dan Nakhala.
Ini, ku sudah yakin pada satu hati.
Yang kurasa tepat untuk temani.
Sekarang hingga aku tua nantiSuara lembut milik Yasha masih terekam jelas dalam ingatannya, wajah berseri itu, bibir tipisnya yang bernyanyi kecil, dan juga tubuhnya yang bergerak ke kanan kiri. Semuanya, Kun masih mengingat semua hal dari Yasha.
Ingin punya rumah, tuk tempat bermesra.
Kau dipanggil ibu sementara aku ayah."Nanti, kalau kita sudah menikah dan punya anak, kamu mau dipanggil apa?" tanya Yasha.
"Abi. Nanti kamu dipanggil Umi."
"Ihh aku maunya Abah dan Ambu." tolak Yasha merengut lucu.
"Haha boleh." jawab Kun, mengusap rambut hitam milik Yasha. Lalu beralih mengusap pipi merona milik Yasha.
Ingin punya rumah 'tuk tempat bermesra.
Kau dipanggil ibu, sementara aku ayah.
Bertukar cerita hingga lelap mata.
Lalu datang pagi, kau memasak, ku bekerja."Halaman rumah kita nanti yang luas ya? Biar aku bisa tanam sayur di halaman belakang. Halaman depannya kita tanam bunga matahari, oke?"
Kun mengangguk mengiyakan permintaan Yasha, "Iya, boleh. Kamu minta ditanami pohon kurma juga boleh."
Yasha tertawa mendengar ucapan Kun. Kun tak pernah berhenti untuk jatuh cinta pada Yasha.
"Rumahnya nggak usah gede-gede, aku nggak kuat kalau bersihin sendiri." pinta Yasha lagi. Kun masih mendengarkan dengan seksama. Tatapan laki-laki itu tak lepas dari wajah Yasha yang ekspresif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Fiksi RemajaNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?