"Annyeonghaseyo! Aku (y/n). Salam kenal semuanya! Terima kasih telah merekutku menjadi bagian dari tim producer musik Seventeen. Aku akan bekerja keras!"
Aku menunduk 90 derajat sembari tersenyum girang. Pipiku memerah karena terlalu bersemangat. Bagaimana tidak? Woozi adalah producer musik idolaku sejak Seventeen merilis lagu 'Thanks' atau dalam bahasa Koreanya adalah 고맙다 (dibaca : Gomabda).
Ruangan itu disambut hangat dengan suara tepuk tangan para staff dan manager. Selagi Woozi mengobrol dengan managernya, mataku melirik ke beberapa bagian sudut ruangan itu. Bisa kuperkirakan ruangan itu adalah ruang studionya Woozi. Beberapa kertas lirik terletak begitu saja di atas keyboard yang mungkin sebentar lagi akan diselesaikannya.
Aku jadi tidak sabar bekerja satu ruangan dengan Woozi-ssi. AAA membayangkannya saja sepertinya aku akan mimisan.
Fuh tenangin diri kamu (y/n). Jangan sampe buat kesan malu maluin.
"Halo, (y/n). Aku Woozi sebagai pengurus dari tim producer musik Seventeen. Senang berkenalan denganmu. Maaf ya malah ngebuat kamu nunggu. Ada yang harus aku urus tadi," sapa Woozi sembari tersenyum manis. "Semoga betah kerja bareng kita sampe seterusnya ya. Aku bakal meminta managerku buat nemenin kamu keliling dulu atau kau mau langsung buat lagu aja?"
Belum sempat mengeluarkan satu kata pun, Woozi tiba tiba tertawa kecil sembari mengibaskan tangannya.
"Aniyo, itu cuma bercanda. Oia kamu lebih muda dariku kan? Kelahiran 97?"
"Iya Woozi-ssi," jawabku tetap memakai bahasa formal.
"Santai aja. Ga usah formal banget sama aku, panggil senyamannya aja oke?" tawanya lalu pamit akan kembali bekerja. "Selamat menikmati tournya (y/n)-ah."
Aku mengangguk cepat. Kedua ujung bibirku membuat ukiran senang.
Tampaknya menyerahkan CV dan portofolioku ke ke alamat yang salah tidak terlalu buruk dan malah membawaku ke sebuah keberuntungan. Iya, aku tidak berniat mengirimkan lamaran kerjaku ke Pledis karena kupikir peluangnya terlalu kecil untuk lolos seleksi. Apalagi Pledis merupakan agensi yang cukup terkenal. Jadi, awalnya aku berniat mengirimkannya pada agensi kecil dahulu dengan harapan aku akan memiliki pengalaman kerja yang mampu menjadi batu loncatanku di kemudian hari.
Lalu dengan segala kecerobohanku saat akan mengirim berkas, aku malah menekan tombol Pledis dan ya semua CV dan portofolioku terkirim ke sana. Tapi siapa sangka aku akan diterima dan bekerja di sini?
Sesampainya di lantai 5 alias satu lantai dibawah ruangan kerja Woozi, manager itu berhenti di depan suatu pintu yang menghubungkan ruangan tersebut ke ruangan utama para member seventeen biasa berkumpul.
Tok tok tok
"Ini udah sampe tapi tolong jangan kaget ya," manager itu menggaruk kepalanya lalu membuka pintu perlahan. Aku bisa mendengar keributan yang ada di balik pintu dan entah kenapa aku merasa seperti akan ada sesuatu.
"Oii kalian! Jangan berisik! Ada tamu disini-"
Begitu pintu terbuka, aku mendapati sebuah handuk menuju ke arahku dan ya handuk itu mengenai mukaku secara langsung.
Say the name! Seventeen! Haii semuaa cerita baru nih hehe semoga suka yaa! Selamat membacaa~ have a good day semuaa♡
- cia_cacaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love || Yoon Jeonghan
Fanfiction"Sampai detik ini pun, aku tidak pernah menyesal telah menyayangimu sampai akhir." ~ Yoon Jeonghan "Maaf, ternyata hatiku seegois ini memintamu hadir dalam setiap doaku." ~ (y/n) Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah cara takdir menuli...