Han Jieun's view: getting ready for battle
Hari ini adalah peringatan 5 tahun hubunganku dengan Jihoon. Aku menandainya di kalender HPku sebagai "hari untuk putus". Aku sudah banyak menahan, dan aku tidak ingin lagi meneruskan hubungan ini. Dalam hubungan ini, cintaku pada akhirnya akan membunuhku, secara harfiah.
Setiap aku melihatnya di TV, terkadang aku tertawa karena menikmati kelucuannya. Namun lebih sering tersenyum ironi karena ketika denganku, sisi dirinya yang diketahui publik sudah sulit sekali untuk kusaksikan dengan mataku sendiri. Dia seperti dua orang yang berbeda, seorang Jihoon dengan orang lain, dan Jihoon denganku.
Sudah cukup lama aku memikirkan ini dengan matang. Seringkali aku mendiamkan ide ini karena aku masih mencintainya. Bahkan sampai detik ini. Namun semakin lama Jihoon seperti tidak lagi mencintaiku. Dia terlihat berusaha keras untuk mempertahankan hubungan kita hanya karena dia sudah terlanjur terbiasa bersamaku.
Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9.06 malam. Dia sudah berjanji untuk bertemu denganku pukul 9.30 di taman dekat apartemenku. Sebenarnya aku sudah lelah setelah seharian ini mengerjakan tugas akhir kuliahku yang mendapat cukup banyak koreksi dari dosen.
Ditambah dengan pekerjaan sampinganku, yang meskipun bisa dikerjakan dari rumah, namun beban pekerjaannya tetap saja terlalu banyak dan tidak pernah habis. Tapi aku juga mengerti Jihoon yang pasti juga lelah setelah seharian syuting untuk acara program TVnya. Dan kenyataan bahwa sulit untuk menyesuaikan jadwalnya yang padat membuatku mau tak mau harus menemuinya hari ini.
Aku terduduk di depan meja riasku. Ketika aku melihat pantulan refleksi diriku di cermin, satu pertanyaan terus saja muncul di otakku. Bagaimana bisa aku membiarkannya sampai sejauh ini? Semakin lama semakin sulit untuk menutupinya dengan make up dan baju panjang karena sekarang sudah memasuki musim panas, di mana memakai baju dan celana panjang akan jadi salah satu cara bunuh diri dengan dehidrasi dan serangan panas.
Bunga berwarna ungu pemberian Jihoon empat hari yang lalu masih ada di atas meja riasku. Dua tahun belakangan, dia tidak pernah lagi memberiku bunga kesukaanku, meskipun dia tahu apa saja itu. Awalnya aku hanya menerima saja semua bunga berwarna ungu yang dia berikan padaku, berpikir bahwa mungkin dia sedang menyukai warna ungu. Bodohnya aku baru menyadarinya sebulan terakhir ini bahwa inilah red flag yang seharusnya aku hindari.
Saat aku sedang menyisir rambutku, aku melihat HPku yang bergetar dengan layar menyala, menunjukkan adanya notifikasi pesan masuk.
Dari: Jihooni my luv
Sebentar lagi aku sampai, jangan lupa ya hari ini di taman
***
Song Mino's view: found the purple
Dari: Jieun-ing♡
Iya, aku akan menunggumu di ayunan. Hati-hati di jalan.
"Siapa?"
Aku berusaha untuk mengintip pesan masuk di HP Jihoon di tangannya.
"Jieun. Hari ini aku akan menemuinya di taman dekat apartemennya. Sorry, lupa kasih tahu. Jadi nanti kau tunggu di mobil ya sebentar, aku tetap akan mengantarmu pulang. Aku tidak lama bertemu Jieun, hanya untuk memberinya sesuatu," jelas Jihoon padaku sembari memasukkan HPnya kembali ke kantong jeansnya.
"Harusnya kau bilang dari awal, dasar bodoh!" balasku bersamaan dengan tanganku memukul bahunya, bercanda. "Aku jadi tak enak dengan Jieun, mengambil kesempatan kalian buat berduaan malam ini. Padahal kalian orang-orang sibuk. Untung saja rumahku dan Jieun searah, jadi kau tidak perlu khawatir, aku bisa menunggu selama yang kau inginkan di mobil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Out
FanfictionIni adalah fiksi berjudul Getting Out. Akan berfokus menceritakan perjalanan masing-masing karakter untuk "keluar" dari zona yang menyedihkan dan buruk dalam hidup mereka.