Setelah mandi, Yasmin langsung tertidur pulas. Badannya sudah jauh lebih baik sekarang setelah tidur selama berjam-jam. Bahkan dia masih malas untuk beranjak dari ranjang empuk hotel itu.
Tapi dia teringat bahwa sekarang saatnya dia bertemu dengan sang kakak. Dia melihat ponselnya dan mendapat pesan dari Zayyan.
From : bang Zayyan
Jika kamu sudah siap kabari aku. Aku akan menjemputmu.
Itulah isi pesan yang begitu singkat dan langsung pada intinya. Yasmin langsung bergegas mandi dan bersiap untuk pergi. Dia sudah tak sabar bertemu dengan kakaknya yang menyebalkan itu.
Setelah siap, Yasmin menghubungi Zayyan untuk menjemputnya. Yasmin tak lupa membawa bucket bunga yang sudah ia siapkan untuk merayakan wisuda abangnya. Dia belum mengucapkan selamat atau apapun. Dia ingin mengucapkannya secara langsung.
Senyum Yasmin merekah melihat lelaki itu sudah menjemputnya. Dia langsung naik ke mobilnya dan bersiap untuk bertemu dengannya. Yasmin sudah tak sabar untuk meninju perut abangnya, dia akan melampiaskan segala kekesalannya selama ini karena abangnya sudah membuatnya begitu penasaran.
"Kenapa gak bang Saddam aja yang jemput aku? Memangnya dia malas apa bertemu denganku?" tanya Yasmin penasaran.
"Tidak Yasmin. Sebentar lagi kamu akan tahu jawabannya." Ujar Zayyan membuat Yasmin mengerutkan dahinya bingung.
Setelah sekitar tiga puluh menit perjalanan, mobil Zayyan berhenti di sebuah hamparan tanah yang begitu luas. Disana ada sebuah plang tapi tertulis dengan bahasa arab jadi Yasmin tidak bisa membacanya. Dia tak tahu kenapa mereka berhenti disana.
"Ini tempat apa? kenapa sepi sekali?" tanya Yasmin penasaran.
Zayyan hanya tersenyum lalu membuka pintu mobilnya. Yasmin pun melakukan hal yang sama.
Perempuan itu mengikuti langkah kaki Zayyan. Lelaki itu tak banyak berbicara, walaupun Yasmin sudah ribuan kali menanyakan hal yang sama.
Sampailah dia disebuah gundukan tanah dengan batu nisan sederhana. Yasmin berjongkok dan melihat lebih jelas nama di batu tersebut. nama yang tak asing lagi baginya. Tanggal lahir yang selalu ia ingat selalu.
"Ini tidak benar kan? ini makam siapa? Siapa yang membuat lelucon gila seperti ini?" teriak Yasmin tak terima.
Dia menatap kearah Zayyan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia ingin penjelasan. Dia tak ingin terus dibuat penasaran seperti ini.
"Yasmin. Abangmu telah tiada."
Deg.
Satu kata itu membuat kaki Yasmin seperti tak berdaya. Badannya luruh ke tanah seketika. Dia tak menangis meraung. Dia termenung tak berdaya.
"Kamu bercanda kan? Abang Saddam kan yang nyuruh kamu ngerjain aku?"
Perempuan itu masih tidak percaya. Dia masih mengira bahwa ini semua hanya lelucon belaka.
"Yasmin, baca ini."
Yasmin menerima sebuah surat yang Zayyan sodorkan kepadanya. Dia membaca surat itu dengan seksama.
Dear,
Yasmina Alleia
Hai adek abang yang cantik tapi nyebelin. Yang setiap hari pengen abang cubitin pipi gembulnya.
Maaf ya, abang selalu bikin kamu kesel, bikin kamu nangis, kadang bikin kamu marah juga. Abang gemes soalnya kalau gak gangguin kamu. Itu juga salah satu tanda sayang abang sama kamu.
Oh ya dek, abang bersyukur banget Allah kasih abang adek seperti kamu. Abang jadi ada teman bermain. Ada teman untuk bertengkar. Ada yang abang usilin juga. Abang beruntung banget punya kamu.
Dek, jika nantinya surat ini sampai kepada kamu dan ternyata abang sudah gak bisa lagi menemanimu, abang harap kamu tetap menjadi gadis yang ceria ya. Abang yakin adek bisa menjadi wanita yang kuat, adik bisa sukses, adik bisa mencapai apa yang adik inginkan walau tanpa abang disisi kamu.
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Abang senang di dunia ini bertemu dengan bidadari cantik seperti kamu. tapi jika abang pergi meninggalkanmu itu bukan semata-mata kehendak abang. Itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa.
Takdir Allah itu indah dek, apapun yang Allah takdirkan untuk kita itu adalah rencana terbaik dari-Nya. Jadi abang minta, setelah membaca surat ini, kamu bisa tetap tegar. Tersenyumlah untuk abang.
Sebenarnya banyak sekali yang ingin abang utarakan padamu. Secarik kertas tak akan cukup mengungkapkan rasa terimakasih dan syukur abang memiliki adik sepertimu. Yang perlu kamu ingat, abang itu sayang banget sama kamu. abang akan terus mencintaimu sampai kapanpun.
Jangan takut menghadapi dunia ini Yasmin, ada Allah yang selalu bersamamu.
Abang pamit ya adiku sayang.
Aku titipkan kamu kepada sebaik-baiknya penjaga, Allah Subhanahu wataala.
Dari,
Abangmu tercinta :)
Air mata Yasmin mengucur tanpa henti. Perasaannya hancur seketika. Dia masih tak percaya jika abangnya benar-benar tiada. Dia tak ingin mempercayai semua ini.
"Abang! Kenapa abang pergi duluan? Kenapa abang tega ninggalin aku?"
Yasmin berteriak sembari memeluk batu nisan abangnya itu. Zayyan ikut menitikan air mata menyaksikan itu. dia tahu betapa sayangnya Saddam kepada adiknya. Dia yang selalu mendengarkan cerita Saddam mengenai adiknya itu. dia mengerti betapa hancurnya Yasmin sekarang.
"Bang Zayyan, ini bohong kan? tolong katakan ini Cuma mimpi saja. tolong bang." pinta Yasmin dengan raut wajah yang menyedihkan. Zayyan duduk berjongkok disebelah Yasmin.
"Yasmin, Saddam tidak ingin melihatmu menangis. Dia hanya ingin kamu mengirimkan doa terbaik untuknya, agar dia bisa tenang beristirahat disana. aku tahu ini berat untukmu, tapi ajal tidak ada yang tahu. Ketika Allah sudah mengambil waktu kita di dunia, maka tak ada yang bisa kita perbuat lagi. semua sudah diatur oleh sebaik-baik Perencana." Zayyan mencoba memberikan pengertian kepada Yasmin. Berharap Yasmin bisa lebih tenang.
"Tapi kenapa semua orang menyembunyikan ini? kenapa aku baru tahu sekarang?" tanya Yasmin dengan nada marahnya.
"Itu permintaan Saddam Yasmin. Dia tak kuasa jika melihat kamu menangis. Dia tak ingin melihatmu sedih melihat keadaannya waktu itu."
Yasmin, memejamkan matanya. kepalanya terasa pusing. dia pusing memikirkan apa yang telah terjadi. Kejadian yang sungguh diluar perkiraannya.
Ternyata inilah jawaban dari segala perasaan tak enak yang dia alami beberapa minggu lalu. Mimpi-mimpi itu juga adalah salah satu pertanda untuknya. Yasmin baru menyadari itu.
"Abang, aku harus apa sekarang? bisakah aku melanjutkan hidupku tanpa abang? Akankah aku baik-baik saja bang?" lirih perempuan itu.
Dia sudah tak punya tenaga lagi untuk berteriak. Rasanya semua energi Yasmin sudah terkuras habis.
"Bang Zayyan, aku ingin penjelasan mengenai semuanya. Tentang bang Saddam dan segala yang terjadi padanya."
***
Thanks for reading guys...
See you to the next part....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...